Invasi ke Ukraina Bakal Jadi Perang Nuklir? Ini Jawaban Menlu Rusia
Sabtu, 12 Maret 2022 - 01:52 WIB
MOSKOW - Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov angkat bicara ketika ditanya apakah invasi Moskow ke Ukraina akan berubah menjadi perang nuklir.
Dia tidak percaya perubahan mengerikan itu akan terjadi. Namun, dia memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan Eropa bahwa Moskow tidak pernah lagi ingin bergantung pada Barat.
Ekonomi Rusia menghadapi krisis paling parah sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991 setelah Barat menjatuhkan sanksi berat pada hampir seluruh sistem keuangan dan perusahaan Rusia menyusul invasinya ke Ukraina sejak 24 Februari.
Ditanya oleh koresponden surat kabar Kommersant, apakah dia pikir perang nuklir dapat dipicu, Lavrov mengatakan kepada para wartawan di Turki: "Saya tidak ingin mempercayainya, dan saya tidak mempercayainya."
Lavrov, yang jadi Menlu-nya Presiden Vladimir Putin sejak tahun 2004, mengatakan tema nuklir telah dilemparkan ke dalam diskusi hanya oleh Barat, yang katanya terus kembali ke perang nuklir seperti Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisis.
“Tentu saja itu membuat kita khawatir ketika Barat, seperti Freud, terus kembali dan kembali ke topik ini,” kata Lavrov setelah pembicaraan di Antalya, Turki dengan Menlu Ukraina Dmytro Kuleba.
Lavrov mengatakan pembicaraan tentang potensi serangan Rusia terhadap negara-negara pecahan Soviet di Baltik–Lithuania, Latvia dan Estonia, sekarang semua anggota Uni Eropa dan NATO–hanya tipuan lama.
Rusia dan Amerika Serikat memiliki persenjataan hulu ledak nuklir terbesar setelah Perang Dingin yang memecah dunia selama sebagian besar abad ke-20, mengadu Barat melawan Uni Soviet dan sekutunya.
Dia tidak percaya perubahan mengerikan itu akan terjadi. Namun, dia memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan Eropa bahwa Moskow tidak pernah lagi ingin bergantung pada Barat.
Ekonomi Rusia menghadapi krisis paling parah sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991 setelah Barat menjatuhkan sanksi berat pada hampir seluruh sistem keuangan dan perusahaan Rusia menyusul invasinya ke Ukraina sejak 24 Februari.
Ditanya oleh koresponden surat kabar Kommersant, apakah dia pikir perang nuklir dapat dipicu, Lavrov mengatakan kepada para wartawan di Turki: "Saya tidak ingin mempercayainya, dan saya tidak mempercayainya."
Baca Juga
Lavrov, yang jadi Menlu-nya Presiden Vladimir Putin sejak tahun 2004, mengatakan tema nuklir telah dilemparkan ke dalam diskusi hanya oleh Barat, yang katanya terus kembali ke perang nuklir seperti Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisis.
“Tentu saja itu membuat kita khawatir ketika Barat, seperti Freud, terus kembali dan kembali ke topik ini,” kata Lavrov setelah pembicaraan di Antalya, Turki dengan Menlu Ukraina Dmytro Kuleba.
Lavrov mengatakan pembicaraan tentang potensi serangan Rusia terhadap negara-negara pecahan Soviet di Baltik–Lithuania, Latvia dan Estonia, sekarang semua anggota Uni Eropa dan NATO–hanya tipuan lama.
Rusia dan Amerika Serikat memiliki persenjataan hulu ledak nuklir terbesar setelah Perang Dingin yang memecah dunia selama sebagian besar abad ke-20, mengadu Barat melawan Uni Soviet dan sekutunya.
tulis komentar anda