WHO: 7 Layanan Kesehatan Ukraina Terkena Serangan Sejak Invasi Rusia Dimulai
Selasa, 08 Maret 2022 - 01:45 WIB
JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkonfirmasi 7 serangan terhadap infrastruktur perawatan kesehatan di Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari. “Jumlah ini naik dari perhitungan 4 hari sebelumnya,” sebut pernyataan WHO, Senin (7/3/2022).
"Pada 7 Maret, 9 insiden serangan yang diverifikasi terhadap layanan kesehatan di Ukraina telah dipublikasikan di Sistem Pengawasan Serangan terhadap Perawatan Kesehatan (SSA), tujuh dengan tingkat kepastian 'Dikonfirmasi', dan dua dengan tingkat kepastian 'mungkin'," sebut pernyataan WHO, seperti dikutip dari Reuters.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan di Twitter pada hari Minggu, bahwa "beberapa" serangan telah terjadi, tanpa memberikan rincian. Ia juga menambahkan bahwa serangan itu adalah pelanggaran hukum humaniter internasional.
Pejabat WHO tidak memberikan informasi tentang para pelaku karena sistem pengawasannya tidak memiliki mandat untuk mengumpulkan informasi tentang mereka.
Enam dari tujuh serangan yang dikonfirmasi melibatkan persenjataan berat, database menunjukkan. Satu melibatkan senjata individu, seperti granat atau alat peledak improvisasi, di ambulans pada 26 Februari. Serangan yang dikonfirmasi bersama-sama menyebabkan enam kematian dan 12 cedera.
"Mereka (fasilitas kesehatan) dilindungi oleh hukum humaniter internasional, tetapi masih terjadi lagi," kata Francesco Rocca, Presiden Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengatakan kepada wartawan. "Ini sangat menyedihkan," lanjutnya.
Invasi Rusia telah dikecam di seluruh dunia, mengirim lebih dari 1,5 juta orang Ukraina melarikan diri ke luar negeri. Invasi ini memicu sanksi besar-besaran yang telah mengisolasi Rusia dengan cara yang belum pernah dialami oleh ekonomi sebesar itu.
Rusia membantah sengaja menargetkan warga sipil. Ia menyebut kampanye yang diluncurkan pada 24 Februari sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan menangkap para pemimpin yang disebutnya neo-Nazi. Ukraina dan sekutu Baratnya mengatakan ini dalih transparan untuk invasi untuk menaklukkan negara berpenduduk 44 juta orang.
"Pada 7 Maret, 9 insiden serangan yang diverifikasi terhadap layanan kesehatan di Ukraina telah dipublikasikan di Sistem Pengawasan Serangan terhadap Perawatan Kesehatan (SSA), tujuh dengan tingkat kepastian 'Dikonfirmasi', dan dua dengan tingkat kepastian 'mungkin'," sebut pernyataan WHO, seperti dikutip dari Reuters.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan di Twitter pada hari Minggu, bahwa "beberapa" serangan telah terjadi, tanpa memberikan rincian. Ia juga menambahkan bahwa serangan itu adalah pelanggaran hukum humaniter internasional.
Pejabat WHO tidak memberikan informasi tentang para pelaku karena sistem pengawasannya tidak memiliki mandat untuk mengumpulkan informasi tentang mereka.
Enam dari tujuh serangan yang dikonfirmasi melibatkan persenjataan berat, database menunjukkan. Satu melibatkan senjata individu, seperti granat atau alat peledak improvisasi, di ambulans pada 26 Februari. Serangan yang dikonfirmasi bersama-sama menyebabkan enam kematian dan 12 cedera.
"Mereka (fasilitas kesehatan) dilindungi oleh hukum humaniter internasional, tetapi masih terjadi lagi," kata Francesco Rocca, Presiden Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengatakan kepada wartawan. "Ini sangat menyedihkan," lanjutnya.
Invasi Rusia telah dikecam di seluruh dunia, mengirim lebih dari 1,5 juta orang Ukraina melarikan diri ke luar negeri. Invasi ini memicu sanksi besar-besaran yang telah mengisolasi Rusia dengan cara yang belum pernah dialami oleh ekonomi sebesar itu.
Rusia membantah sengaja menargetkan warga sipil. Ia menyebut kampanye yang diluncurkan pada 24 Februari sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan menangkap para pemimpin yang disebutnya neo-Nazi. Ukraina dan sekutu Baratnya mengatakan ini dalih transparan untuk invasi untuk menaklukkan negara berpenduduk 44 juta orang.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda