Ukraina Sebut 20.000 Tentara Bayaran Segera Datang, Tapi Siapa Mereka?
Senin, 07 Maret 2022 - 14:41 WIB
KIEV - Banyak negara bereaksi dengan waspada ketika pemerintah Ukraina mencari warganya untuk "legiun internasional" tentara bayaran dalam perjuangan melawan tentara Rusia.
Hampir 20.000 tentara bayaran asing ingin bertempur bersama jajaran militer Ukraina yang lumpuh, menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Dmytro Kuleba.
Pada Minggu (6/3/2022), rezim Ukraina mengumumkan pembukaan situs website untuk tentara bayaran yang berharap dapat "membantu Ukraina".
Langkah terbaru ini dilakukan dalam kampanye yang berkembang untuk beralih ke pejuang asing untuk apa yang dianggap Ukraina sebagai “pertahanan tanah air.”
Tidak jelas berapa banyak, jika ada, senjata dan tentara bayaran telah memasuki Ukraina, tetapi pada Jumat , Badan Intelijen Luar Negeri Rusia memperingatkan, “Dinas intelijen AS dan Inggris dalam beberapa pekan terakhir telah secara de facto mengubah wilayah Polandia menjadi 'pusat logistik.' digunakan untuk memasok senjata dan menyelundupkan pejuang.”
Menurut Rusia, para tentara bayaran itu termasuk teroris Negara Islam (ISIS) dari Suriah yang dilaporkan dilatih di pangkalan militer Al-Tanf milik Amerika Serikat (AS).
Polandia telah muncul sebagai salah satu pusat logistik terkemuka untuk senjata yang dikirim oleh negara-negara Eropa ke sisa-sisa militer Ukraina yang porak-poranda setelah satu setengah pekan digempur angkatan bersenjata Rusia.
Tapi implikasi penuh dari aliran tentara bayaran ke dalam konflik belum menjadi jelas. Ini adalah fenomena baru yang didorong oleh penangguhan persyaratan visa oleh Ukraina untuk para pejuang asing.
Hanya waktu yang akan menjawab apa yang bisa muncul dari kesediaan nyata negara-negara tertentu untuk digunakan sebagai landasan permusuhan dengan Rusia.
Pada Minggu, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken secara terbuka mendorong pihak berwenang Polandia, dengan mengatakan kepada CNN bahwa, “AS sangat mendukung Polandia menyediakan MiG, SU, pesawat yang dapat diterbangkan oleh Ukraina, kepada Ukraina."
Tapi, setidaknya sejauh ini, Polandia tampaknya menolak mengambil umpan yang sangat berbahaya itu.
Hanya beberapa jam setelah juru bicara pertahanan Rusia Igor Konashenkov menjelaskan bahwa setiap keputusan oleh negara-negara tetangga untuk menawarkan Ukraina penggunaan lapangan udara mereka (atau memfasilitasi apa yang disebut Zona Larangan Terbang) dapat dianggap sebagai keterlibatan negara-negara ini dalam serangan konflik bersenjata.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Polandia mengecam kemungkinan itu, mengecam tuduhan itu sebagai “berita palsu” tweet oleh Nexta, outlet anti-Rusia yang diduga didanai AS dan didirikan seorang blogger Belarusia yang dilaporkan pernah berjuang bersama batalion neo-Nazi Azov yang terkenal di Ukraina.
“Sayangnya, Nexta menyebarkan informasi yang salah. Polandia tidak akan mengirim jet tempurnya ke #Ukraina,” papar Kemlu Polandia.
Polandia juga tidak akan mengizinkan Ukraina menggunakan bandaranya. “Kami secara signifikan membantu di banyak bidang lain,” tambah Kemlu Polandia.
Tetapi Polandia bukan satu-satunya negara yang memfasilitasi masuknya tentara bayaran ke wilayah yang dilanda perang.
Sejumlah pejuang asing menggunakan kesempatan untuk membantu menyatukan apa yang disebut "Legiun Internasional" tentara bayaran yang telah diminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dengan rekrutan dari AS, Kanada, dan Jepang.
Para tentara bayaran itu, menurut beberapa media, ditawari cek USD60.000/bulan. Jumlah tersebut tentu sangat menggiurkan.
Tetapi tidak semua orang senang dengan upaya rezim Ukraina melibatkan warganya dalam konflik global yang sangat politis.
Aljazair memerintahkan kedutaan besar Ukraina menghapus dari halaman Facebook-nya satu iklan yang mendesak "warga negara asing" untuk menghubungi kedutaan dan "bergabung dengan perlawanan terhadap penjajah Rusia dan melindungi keamanan dunia."
Satu sumber di Kementerian Luar Negeri Aljazair dilaporkan mengatakan kepada situs berita Aljazair TSA bahwa posting tersebut "melanggar ketentuan Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik antar negara."
Senegal terpaksa mengambil sikap serupa setelah Kedutaan Besar (Kedubes) Ukraina menyampaikan seruan untuk tentara bayaran, menuntut permintaan itu "segera ditarik" dan bersikeras bahwa "setiap prosedur untuk mendaftarkan orang-orang Senegal atau berkebangsaan asing" dihentikan "tanpa penundaan."
Dan bahkan Inggris, salah satu pendukung paling vokal rezim Ukraina di panggung internasional, harus menghentikan upaya Menteri Luar Negeri Liz Truss membujuk warga negara Inggris agar bergabung sebagai tentara bayaran.
Pada Minggu, kepala angkatan bersenjata Inggris Laksamana Tony Radakin mengatakan itu "melanggar hukum dan tidak membantu" bagi warga Inggris untuk berperang melawan Rusia di Ukraina.
Hampir 20.000 tentara bayaran asing ingin bertempur bersama jajaran militer Ukraina yang lumpuh, menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Dmytro Kuleba.
Pada Minggu (6/3/2022), rezim Ukraina mengumumkan pembukaan situs website untuk tentara bayaran yang berharap dapat "membantu Ukraina".
Langkah terbaru ini dilakukan dalam kampanye yang berkembang untuk beralih ke pejuang asing untuk apa yang dianggap Ukraina sebagai “pertahanan tanah air.”
Tidak jelas berapa banyak, jika ada, senjata dan tentara bayaran telah memasuki Ukraina, tetapi pada Jumat , Badan Intelijen Luar Negeri Rusia memperingatkan, “Dinas intelijen AS dan Inggris dalam beberapa pekan terakhir telah secara de facto mengubah wilayah Polandia menjadi 'pusat logistik.' digunakan untuk memasok senjata dan menyelundupkan pejuang.”
Menurut Rusia, para tentara bayaran itu termasuk teroris Negara Islam (ISIS) dari Suriah yang dilaporkan dilatih di pangkalan militer Al-Tanf milik Amerika Serikat (AS).
Polandia telah muncul sebagai salah satu pusat logistik terkemuka untuk senjata yang dikirim oleh negara-negara Eropa ke sisa-sisa militer Ukraina yang porak-poranda setelah satu setengah pekan digempur angkatan bersenjata Rusia.
Tapi implikasi penuh dari aliran tentara bayaran ke dalam konflik belum menjadi jelas. Ini adalah fenomena baru yang didorong oleh penangguhan persyaratan visa oleh Ukraina untuk para pejuang asing.
Hanya waktu yang akan menjawab apa yang bisa muncul dari kesediaan nyata negara-negara tertentu untuk digunakan sebagai landasan permusuhan dengan Rusia.
Pada Minggu, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken secara terbuka mendorong pihak berwenang Polandia, dengan mengatakan kepada CNN bahwa, “AS sangat mendukung Polandia menyediakan MiG, SU, pesawat yang dapat diterbangkan oleh Ukraina, kepada Ukraina."
Tapi, setidaknya sejauh ini, Polandia tampaknya menolak mengambil umpan yang sangat berbahaya itu.
Hanya beberapa jam setelah juru bicara pertahanan Rusia Igor Konashenkov menjelaskan bahwa setiap keputusan oleh negara-negara tetangga untuk menawarkan Ukraina penggunaan lapangan udara mereka (atau memfasilitasi apa yang disebut Zona Larangan Terbang) dapat dianggap sebagai keterlibatan negara-negara ini dalam serangan konflik bersenjata.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Polandia mengecam kemungkinan itu, mengecam tuduhan itu sebagai “berita palsu” tweet oleh Nexta, outlet anti-Rusia yang diduga didanai AS dan didirikan seorang blogger Belarusia yang dilaporkan pernah berjuang bersama batalion neo-Nazi Azov yang terkenal di Ukraina.
“Sayangnya, Nexta menyebarkan informasi yang salah. Polandia tidak akan mengirim jet tempurnya ke #Ukraina,” papar Kemlu Polandia.
Polandia juga tidak akan mengizinkan Ukraina menggunakan bandaranya. “Kami secara signifikan membantu di banyak bidang lain,” tambah Kemlu Polandia.
Tetapi Polandia bukan satu-satunya negara yang memfasilitasi masuknya tentara bayaran ke wilayah yang dilanda perang.
Sejumlah pejuang asing menggunakan kesempatan untuk membantu menyatukan apa yang disebut "Legiun Internasional" tentara bayaran yang telah diminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dengan rekrutan dari AS, Kanada, dan Jepang.
Para tentara bayaran itu, menurut beberapa media, ditawari cek USD60.000/bulan. Jumlah tersebut tentu sangat menggiurkan.
Tetapi tidak semua orang senang dengan upaya rezim Ukraina melibatkan warganya dalam konflik global yang sangat politis.
Aljazair memerintahkan kedutaan besar Ukraina menghapus dari halaman Facebook-nya satu iklan yang mendesak "warga negara asing" untuk menghubungi kedutaan dan "bergabung dengan perlawanan terhadap penjajah Rusia dan melindungi keamanan dunia."
Satu sumber di Kementerian Luar Negeri Aljazair dilaporkan mengatakan kepada situs berita Aljazair TSA bahwa posting tersebut "melanggar ketentuan Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik antar negara."
Senegal terpaksa mengambil sikap serupa setelah Kedutaan Besar (Kedubes) Ukraina menyampaikan seruan untuk tentara bayaran, menuntut permintaan itu "segera ditarik" dan bersikeras bahwa "setiap prosedur untuk mendaftarkan orang-orang Senegal atau berkebangsaan asing" dihentikan "tanpa penundaan."
Dan bahkan Inggris, salah satu pendukung paling vokal rezim Ukraina di panggung internasional, harus menghentikan upaya Menteri Luar Negeri Liz Truss membujuk warga negara Inggris agar bergabung sebagai tentara bayaran.
Pada Minggu, kepala angkatan bersenjata Inggris Laksamana Tony Radakin mengatakan itu "melanggar hukum dan tidak membantu" bagi warga Inggris untuk berperang melawan Rusia di Ukraina.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda