Mariupol Dikepung Pasukan Rusia, Warga: Kami Ketakutan
Kamis, 03 Maret 2022 - 22:09 WIB
KIEV - Penduduk kota pelabuhan Ukraina , Mariupol, mengatakan mereka berusaha untuk bertahan hidup dari rentetan tembakan Rusia yang menghancurkan distrik-distrik pemukiman dan memutus aliran listrik serta pasokan air.
“Sudah dua hari ini tidak ada penerangan, penghangat ruangan, dan air selama dua hari penuh dan kami hampir tidak punya makanan,” kata Maxim (27) seorang pengembang IT yang bersembunyi di apartemen kakek-neneknya, Kamis (3/3/2022) pagi seperti dikutip dari dari BBC.
"Makanan dan obat-obatan tidak bergerak di Mariupol sekarang. Pemerintah setempat mencoba memberikan roti dan air tetapi tidak ada," ungkapnya.
"Saya mengisi bak mandi dengan air sebelum air berhenti. Kami memiliki sekitar lima liter tersisa," imbuhnya seperti dikutip dari BBC.
Maxim meninggalkan apartemennya setelah invasi Rusia dimulai minggu lalu untuk tinggal bersama kakek-neneknya, yang berusia delapan puluhan tahun dan tidak dapat meninggalkan apartemen mereka di lantai enam di pusat kota. Mereka bertiga berlindung di lorong apartemen dari rentetan tembakan, dengan dua kucing Maxim dan burung beonya.
"Penembakan dimulai lagi pukul enam pagi ini," katanya. "Kota itu benar-benar gelap dalam semalam, tidak ada sumber cahaya selain ledakan. Suasana sunyi selama beberapa jam tetapi kemudian saat fajar mulai lagi. Kami dapat mendengarnya sekarang dari segala arah. Kami ketakutan," ucapnya.
Maxim mengatakan dia berdoa agar tentara Ukraina dapat menahan invasi dan memulihkan pasokan air.
"Kami tidak bisa meninggalkan apartemen ini untuk mendapatkan makanan, air, apa pun," katanya. "Kami kedinginan dan pada malam hari benar-benar hitam."
Dia mengatakan dia akan mencoba untuk berbicara lagi nanti pada hari Kamis tetapi baterainya kurang dari setengah terisi.
“Sudah dua hari ini tidak ada penerangan, penghangat ruangan, dan air selama dua hari penuh dan kami hampir tidak punya makanan,” kata Maxim (27) seorang pengembang IT yang bersembunyi di apartemen kakek-neneknya, Kamis (3/3/2022) pagi seperti dikutip dari dari BBC.
"Makanan dan obat-obatan tidak bergerak di Mariupol sekarang. Pemerintah setempat mencoba memberikan roti dan air tetapi tidak ada," ungkapnya.
"Saya mengisi bak mandi dengan air sebelum air berhenti. Kami memiliki sekitar lima liter tersisa," imbuhnya seperti dikutip dari BBC.
Maxim meninggalkan apartemennya setelah invasi Rusia dimulai minggu lalu untuk tinggal bersama kakek-neneknya, yang berusia delapan puluhan tahun dan tidak dapat meninggalkan apartemen mereka di lantai enam di pusat kota. Mereka bertiga berlindung di lorong apartemen dari rentetan tembakan, dengan dua kucing Maxim dan burung beonya.
"Penembakan dimulai lagi pukul enam pagi ini," katanya. "Kota itu benar-benar gelap dalam semalam, tidak ada sumber cahaya selain ledakan. Suasana sunyi selama beberapa jam tetapi kemudian saat fajar mulai lagi. Kami dapat mendengarnya sekarang dari segala arah. Kami ketakutan," ucapnya.
Maxim mengatakan dia berdoa agar tentara Ukraina dapat menahan invasi dan memulihkan pasokan air.
"Kami tidak bisa meninggalkan apartemen ini untuk mendapatkan makanan, air, apa pun," katanya. "Kami kedinginan dan pada malam hari benar-benar hitam."
Dia mengatakan dia akan mencoba untuk berbicara lagi nanti pada hari Kamis tetapi baterainya kurang dari setengah terisi.
tulis komentar anda