Khamenei: Krisis Ukraina Diciptakan Rezim Mafia AS
Rabu, 02 Maret 2022 - 19:26 WIB
TEHERAN - Iran berharap agar perang di Ukraina berakhir, tetapi yakin bahwa krisis tersebut berakar pada kebijakan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya. Hal itu dikatakan oleh Pemimpin Spiritual Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei .
“Di Ukraina, kami mendukung untuk menghentikan perang,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Selasa kemarin seperti dilansir dari Al Jazeera, Rabu (2/3/2022).
Ia menambahkan bahwa krisis dapat dikurangi hanya jika “akar penyebab” diketahui, yang dia identifikasi sebagai kebijakan kekuatan Barat.
Khamenei mengatakan "rezim mafia" AS menciptakan banyak krisis di seluruh dunia, yang katanya juga termasuk pembentukan ISIL (ISIS), dan campur tangan dalam urusan negara lain dengan memaksa perubahan rezim serta memasang politisi pro-Barat.
"Ukraina telah menjadi 'korban' kebijakan semacam itu dan telah terseret ke situasi saat ini," kata pemimpin spiritual tertinggi Iran itu.
Dalam pidatonya selama satu jam tentang perang Ukraina, Khamenei tidak menyebut Rusia sekali pun.
Khamenei mengatakan dua pelajaran harus dipetik dari krisis Ukraina oleh pemerintah dan orang-orang di seluruh dunia: bahwa Barat tidak dapat dipercaya dan bahwa dukungan rakyat adalah yang paling penting.
“Dukungan oleh pemerintah Barat untuk administrasi dan politisi yang telah dipasang oleh mereka adalah fatamorgana,” katanya, mengutip penarikan pasukan Barat pimpinan AS dari Afghanistan karena jatuh ke Taliban sebagai contoh.
Khamenei mengatakan rakyat adalah pendukung paling penting bagi pemerintah dan jika rakyat Ukraina sepenuhnya mendukung pemerintah mereka, mereka tidak akan berada di tempat seperti sekarang ini.
Reaksi Iran sebelumnya terhadap krisis Ukraina sejalan dengan sikap pemimpin tertinggi, terutama mengidentifikasi NATO yang dipimpin AS sebagai pelakunya.
Presiden Ebrahim Raisi pekan lalu adalah salah satu pemimpin dunia pertama yang berbicara dengan timpalannya dari Rusia Vladimir Putin setelah dia memerintahkan invasi ke Ukraina.
Reaksi Iran sebelumnya terhadap krisis Ukraina sejalan dengan sikap pemimpin tertinggi, terutama mengidentifikasi NATO yang dipimpin AS sebagai pelakunya.
Presiden Ebrahim Raisi pekan lalu adalah salah satu pemimpin dunia pertama yang berbicara dengan mitranya dari Rusia Vladimir Putin setelah dia memerintahkan invasi ke Ukraina.
Dalam panggilan teleponnya, Raisi mengatakan kepada Putin bahwa ekspansi NATO ke arah timur menghadirkan “ancaman serius” terhadap keamanan dan stabilitas negara-negara merdeka.
“Saya berharap apa yang terjadi akan membawa manfaat bagi bangsa dan kawasan,” kata Raisi.
Kementerian luar negeri Iran juga telah menegaskan pada beberapa kesempatan bahwa krisis itu “berakar di NATO” tetapi telah menyerukan agar itu diselesaikan melalui cara-cara diplomatik.
“Di Ukraina, kami mendukung untuk menghentikan perang,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Selasa kemarin seperti dilansir dari Al Jazeera, Rabu (2/3/2022).
Ia menambahkan bahwa krisis dapat dikurangi hanya jika “akar penyebab” diketahui, yang dia identifikasi sebagai kebijakan kekuatan Barat.
Khamenei mengatakan "rezim mafia" AS menciptakan banyak krisis di seluruh dunia, yang katanya juga termasuk pembentukan ISIL (ISIS), dan campur tangan dalam urusan negara lain dengan memaksa perubahan rezim serta memasang politisi pro-Barat.
"Ukraina telah menjadi 'korban' kebijakan semacam itu dan telah terseret ke situasi saat ini," kata pemimpin spiritual tertinggi Iran itu.
Dalam pidatonya selama satu jam tentang perang Ukraina, Khamenei tidak menyebut Rusia sekali pun.
Khamenei mengatakan dua pelajaran harus dipetik dari krisis Ukraina oleh pemerintah dan orang-orang di seluruh dunia: bahwa Barat tidak dapat dipercaya dan bahwa dukungan rakyat adalah yang paling penting.
“Dukungan oleh pemerintah Barat untuk administrasi dan politisi yang telah dipasang oleh mereka adalah fatamorgana,” katanya, mengutip penarikan pasukan Barat pimpinan AS dari Afghanistan karena jatuh ke Taliban sebagai contoh.
Khamenei mengatakan rakyat adalah pendukung paling penting bagi pemerintah dan jika rakyat Ukraina sepenuhnya mendukung pemerintah mereka, mereka tidak akan berada di tempat seperti sekarang ini.
Reaksi Iran sebelumnya terhadap krisis Ukraina sejalan dengan sikap pemimpin tertinggi, terutama mengidentifikasi NATO yang dipimpin AS sebagai pelakunya.
Presiden Ebrahim Raisi pekan lalu adalah salah satu pemimpin dunia pertama yang berbicara dengan timpalannya dari Rusia Vladimir Putin setelah dia memerintahkan invasi ke Ukraina.
Reaksi Iran sebelumnya terhadap krisis Ukraina sejalan dengan sikap pemimpin tertinggi, terutama mengidentifikasi NATO yang dipimpin AS sebagai pelakunya.
Presiden Ebrahim Raisi pekan lalu adalah salah satu pemimpin dunia pertama yang berbicara dengan mitranya dari Rusia Vladimir Putin setelah dia memerintahkan invasi ke Ukraina.
Dalam panggilan teleponnya, Raisi mengatakan kepada Putin bahwa ekspansi NATO ke arah timur menghadirkan “ancaman serius” terhadap keamanan dan stabilitas negara-negara merdeka.
“Saya berharap apa yang terjadi akan membawa manfaat bagi bangsa dan kawasan,” kata Raisi.
Kementerian luar negeri Iran juga telah menegaskan pada beberapa kesempatan bahwa krisis itu “berakar di NATO” tetapi telah menyerukan agar itu diselesaikan melalui cara-cara diplomatik.
(ian)
tulis komentar anda