Inggris Sesumbar Bisa Tendang Rusia dari Belakang
Kamis, 24 Februari 2022 - 01:20 WIB
LONDON - Angkatan Darat Inggris dapat memberikan pukulan berat kepada pasukan Moskow dan menendang Rusia dari "belakang" jika ada dorongan untuk menekannya. Hal itu diungkapkan Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace di tengah meningkatnya kebuntuan atas Ukraina .
Dalam pidatonya kepada personel militer pada hari Rabu, Ben Wallace bersikeras bahwa sejarah menunjukkan tentara Inggris akan mampu menghadapi pasukan negara Eropa Timur jika diperlukan. Hal itu berdasarkan kekalahan mereka dalam Perang Crimea pada abad ke-19.
Menurut Wallace, resimen Pengawal Skotlandia “menendang bagian belakang Tsar Nicholas I pada tahun 1853 di Crimea,” dan “selalu dapat melakukannya lagi.”
"Tsar Nicholas I membuat kesalahan yang sama (Presiden Vladimir) Putin lakukan...dia tidak punya teman, tidak ada aliansi," tambahnya seperti dilansir dari Russia Today, Kamis (24/2/2022).
Wallace juga mengklaim bahwa tentara Inggris akan bekerja lembur karena ketegangan berkobar antara Moskow dan Kiev.
“Sayangnya kita punya musuh yang sibuk sekarang di Putin, yang telah menjadi bodoh sepenuhnya,” kata Menteri Pertahanan Inggris itu.
Pernyataan Wallace muncul setelah presiden Rusia mengumumkan bahwa Moskow akan mengakui dua wilayah Donbass yang memisahkan diri sebagai negara merdeka.
Dalam beberapa hari terakhir, baik tentara Kiev dan mereka yang setia kepada separatis Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk telah menuduh satu sama lain melakukan agresi dalam bentuk tembakan di seluruh jalur kontak.
Jumat lalu, para pemimpin pemberontak mengklaim bahwa mereka memiliki informasi intelijen yang menunjukkan bahwa Ukraina siap untuk memerintahkan serangan guna merebut kembali kedua wilayah tersebut.
Bagaimanapun, Kiev telah menolak tuduhan telah memposisikan dirinya untuk menyerang, dengan sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional negara itu, Alexey Danilov, mengklaim "ada upaya untuk memprovokasi pasukan Ukraina dan bahwa pasukan hanya akan melepaskan tembakan jika ada ancaman.
Selama beberapa bulan terakhir, para pejabat Barat telah membunyikan alarm bahwa Rusia dapat memerintahkan serangan terhadap Ukraina. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pekan lalu mengatakan bahwa lonjakan tajam dalam pertempuran mungkin merupakan awal dari operasi "false flag", memberi pasukan Moskow "alasan untuk masuk" dan menyerang.
Namun, Kremlin secara konsisten membantah bahwa mereka memiliki rencana untuk menyerang.
Dalam ledakan emosi yang berapi-api di bulan Januari, seorang anggota Parlemen Eropa Polandia, Radosław Sikorski, mengancam bahwa Rusia bisa “mendapatkan tendangan keras” jika mencoba untuk menegaskan kendali atas negaranya. Dia juga mengklaim Moskow adalah "pemerkosa berantai" di Eropa Timur.
Dalam pidatonya kepada personel militer pada hari Rabu, Ben Wallace bersikeras bahwa sejarah menunjukkan tentara Inggris akan mampu menghadapi pasukan negara Eropa Timur jika diperlukan. Hal itu berdasarkan kekalahan mereka dalam Perang Crimea pada abad ke-19.
Menurut Wallace, resimen Pengawal Skotlandia “menendang bagian belakang Tsar Nicholas I pada tahun 1853 di Crimea,” dan “selalu dapat melakukannya lagi.”
"Tsar Nicholas I membuat kesalahan yang sama (Presiden Vladimir) Putin lakukan...dia tidak punya teman, tidak ada aliansi," tambahnya seperti dilansir dari Russia Today, Kamis (24/2/2022).
Wallace juga mengklaim bahwa tentara Inggris akan bekerja lembur karena ketegangan berkobar antara Moskow dan Kiev.
“Sayangnya kita punya musuh yang sibuk sekarang di Putin, yang telah menjadi bodoh sepenuhnya,” kata Menteri Pertahanan Inggris itu.
Pernyataan Wallace muncul setelah presiden Rusia mengumumkan bahwa Moskow akan mengakui dua wilayah Donbass yang memisahkan diri sebagai negara merdeka.
Dalam beberapa hari terakhir, baik tentara Kiev dan mereka yang setia kepada separatis Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk telah menuduh satu sama lain melakukan agresi dalam bentuk tembakan di seluruh jalur kontak.
Jumat lalu, para pemimpin pemberontak mengklaim bahwa mereka memiliki informasi intelijen yang menunjukkan bahwa Ukraina siap untuk memerintahkan serangan guna merebut kembali kedua wilayah tersebut.
Bagaimanapun, Kiev telah menolak tuduhan telah memposisikan dirinya untuk menyerang, dengan sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional negara itu, Alexey Danilov, mengklaim "ada upaya untuk memprovokasi pasukan Ukraina dan bahwa pasukan hanya akan melepaskan tembakan jika ada ancaman.
Selama beberapa bulan terakhir, para pejabat Barat telah membunyikan alarm bahwa Rusia dapat memerintahkan serangan terhadap Ukraina. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pekan lalu mengatakan bahwa lonjakan tajam dalam pertempuran mungkin merupakan awal dari operasi "false flag", memberi pasukan Moskow "alasan untuk masuk" dan menyerang.
Namun, Kremlin secara konsisten membantah bahwa mereka memiliki rencana untuk menyerang.
Dalam ledakan emosi yang berapi-api di bulan Januari, seorang anggota Parlemen Eropa Polandia, Radosław Sikorski, mengancam bahwa Rusia bisa “mendapatkan tendangan keras” jika mencoba untuk menegaskan kendali atas negaranya. Dia juga mengklaim Moskow adalah "pemerkosa berantai" di Eropa Timur.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda