Arab Saudi Berniat Gelar Putaran Baru Pembicaraan dengan Iran
Senin, 21 Februari 2022 - 00:48 WIB
RIYADH - Menteri Luar Negeri Arab Saudi , Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan pada Sabtu (19/2/2022), bahwa kerajaan Saudi sedang menjadwalkan putaran kelima pembicaraan langsung dengan Iran , meskipun sejauh ini kurang ada kemajuan substantif.
Pangeran Faisal mengatakan, jika pakta nuklir 2015 dihidupkan kembali, itu harus menjadi "titik awal, bukan titik akhir" untuk mengatasi masalah regional. Ia juga menyatakan, bahwa Riyadh tetap tertarik untuk melakukan pembicaraan dengan Iran.
"Itu memang membutuhkan dari tetangga kami di Iran, keinginan serius untuk mengatasi masalah mendasar yang ada. Kami berharap ada keinginan serius untuk menemukan modus operandi baru," kata Pangeran Faisal, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (20/2/20222).
"Jika kita melihat kemajuan substantif pada file-file itu, maka ya pemulihan hubungan mungkin dilakukan. Sejauh ini kita belum melihat itu," katanya di Konferensi Keamanan Munich.
Arab Saudi dan Iran memutuskan hubungan diplomatik pada 2016. Tahun lalu, kedua negara meluncurkan pembicaraan yang diprakarsai oleh Irak. Pembicaraan ini berlangsung ketika kekuatan global berusaha menyelamatkan pakta nuklir dengan Teheran, yang dianggap cacat oleh negara-negara Teluk karena tidak menangani program rudal Iran dan jaringan proksi teroris.
Arab Saudi yang menjadi pemimpin Muslim Sunni dan Iran yang menjadi pemimpin Syiah berlomba-lomba untuk mendapatkan pengaruh dalam persaingan yang terjadi di seluruh kawasan Timur Tengah. Termasuk dalam peristiwa-peristiwa seperti perang yang menghancurkan di Yaman, dan selama krisis di Lebanon, di mana kelompok teroris Hizbullah yang didukung Iran bertanggung jawab atas merusak hubungan Teluk Beirut.
Pangeran Faisal mengatakan, jika pakta nuklir 2015 dihidupkan kembali, itu harus menjadi "titik awal, bukan titik akhir" untuk mengatasi masalah regional. Ia juga menyatakan, bahwa Riyadh tetap tertarik untuk melakukan pembicaraan dengan Iran.
"Itu memang membutuhkan dari tetangga kami di Iran, keinginan serius untuk mengatasi masalah mendasar yang ada. Kami berharap ada keinginan serius untuk menemukan modus operandi baru," kata Pangeran Faisal, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (20/2/20222).
"Jika kita melihat kemajuan substantif pada file-file itu, maka ya pemulihan hubungan mungkin dilakukan. Sejauh ini kita belum melihat itu," katanya di Konferensi Keamanan Munich.
Arab Saudi dan Iran memutuskan hubungan diplomatik pada 2016. Tahun lalu, kedua negara meluncurkan pembicaraan yang diprakarsai oleh Irak. Pembicaraan ini berlangsung ketika kekuatan global berusaha menyelamatkan pakta nuklir dengan Teheran, yang dianggap cacat oleh negara-negara Teluk karena tidak menangani program rudal Iran dan jaringan proksi teroris.
Arab Saudi yang menjadi pemimpin Muslim Sunni dan Iran yang menjadi pemimpin Syiah berlomba-lomba untuk mendapatkan pengaruh dalam persaingan yang terjadi di seluruh kawasan Timur Tengah. Termasuk dalam peristiwa-peristiwa seperti perang yang menghancurkan di Yaman, dan selama krisis di Lebanon, di mana kelompok teroris Hizbullah yang didukung Iran bertanggung jawab atas merusak hubungan Teluk Beirut.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda