Putin Awasi Latihan Nuklir Besar-besaran, Presiden Ukraina Temui Sekutu

Sabtu, 19 Februari 2022 - 16:06 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan mengawasi latihan nuklir besar-besaran, Sabtu (19/2/2022). Sedangkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menemui para sekutu Barat-nya di Jerman. Foto/Kremlin.ru
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan akan mengawasi latihan nuklir besar-besaran pada Sabtu (19/2/2022). Pada hari sama, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkunjung ke Jerman untuk menemui para pemimpin Barat yang jadi sekutunya.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan latihan militer hari ini akan mencakup beberapa latihan peluncuran rudal balistik antarbenua dan rudal jelajah. Angkatan Udara, unit distrik militer selatan, serta armada Laut Utara dan Laut Hitam akan terlibat dalam latihan nuklir besar-besaran.

Pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko, selama pembicaraan dengan Putin pada hari Jumat di Moskow, mengatakan dia juga akan mengambil bagian dalam mengawasi latihan hari Sabtu.

Latihan perang ini digelar setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada hari Kamis mengatakan bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina dalam beberapa hari.



Kekhawatiran Barat berfokus pada sekitar 150.000 tentara Rusia—termasuk sekitar 60 persen dari keseluruhan pasukan darat Rusia—terkonsentrasi di dekat perbatasan Ukraina.



Kremlin menegaskan tidak memiliki rencana untuk menyerang. Tetapi Moskow telah menuntut agar AS dan sekutunya menjauhkan Ukraina dan negara-negara pecahan Soviet lainnya dari aliansi militer NATO, tidak menyebarkan senjata di Ukraina dan menarik kembali pasukan NATO dari Eropa Timur.

Washington dan sekutunya secara blak-blakan menolak tuntutan Rusia, dan Moskow mengancam akan mengambil "langkah-langkah teknis-militer" yang tidak ditentukan.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia bersikap transparan tentang latihan hari Sabtu, telah memberikan pemberitahuan ke semua saluran yang tepat, dan bahwa latihan ini tidak boleh membuat khawatir siapa pun.

Dia mengatakan peran Putin sangat penting, dan presiden kemungkinan akan mengambil bagian dari “pusat situasi”.

Rusia mengadakan latihan besar pasukan nuklir strategisnya setiap tahun, tetapi manuver yang direncanakan pada hari Sabtu melibatkan Armada Laut Hitam.

Armada tersebut berbasis di Semenanjung Crimea, yang dianeksasi Rusia dari Ukraina pada 2014.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sedang melakukan perjalanan ke Jerman untuk bertemu dengan para pemimpin Barat. Salah satunya adalah Wakil Presiden AS Kamala Harris.

Namun, Presiden AS Joe Biden justru mempertanyakan apakah itu "pilihan bijak" bagi pemimpin Ukraina untuk meninggalkan negaranya saat ketakutan perang mencapai puncaknya.

Amerika Serikat mengatakan bahwa dengan perkiraan 149.000 tentara Rusia di perbatasan Ukraina—sebanyak 190.000 jika termasuk pasukan separatis pro-Moskow—serangan tidak bisa dihindari.

Rusia tidak pernah memberikan jumlah untuk penempatan pasukannya di sepanjang perbatasan dengan Ukraina atau berapa banyak yang mengambil bagian dalam latihan yang sedang berlangsung dengan negara tetangga; Belarusia.

Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa percikan, yang Washington peringatkan bisa menjadi insiden operasi "false flag [bendera palsu]" yang disengaja yang diatur oleh Moskow, dapat memicu konfrontasi militer terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Kepala NATO Jens Stoltenberg, yang menghadiri Konferensi Keamanan Munich, memperingatkan jumlah pasukan Rusia yang dikumpulkan jauh melebihi yang dibutuhkan untuk latihan militer, dan bahwa Rusia memiliki kapasitas untuk menyerang tanpa peringatan.

Prancis dan Jerman telah mendesak Rusia untuk menggunakan pengaruhnya terhadap pemberontak di timur Ukraina untuk mendorongnya agar menahan diri dan berkontribusi pada de-eskalasi.

Namun di lapangan, lonjakan bentrokan telah menumbuhkan rasa takut.

Seorang reporter AFP di dekat garis depan antara pasukan pemerintah Ukraina dan separatis pro-Rusia di wilayah Luhansk mendengar ledakan.

Pengawas dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa mengatakan Sabtu mereka telah melihat peningkatan yang signifikan dalam jumlah serangan di sepanjang garis depan, khususnya di daerah separatis Donetsk dan Luhansk.

Para pejabat mengatakan kepada media lokal bahwa 25.000 orang telah meninggalkan Luhansk dan lebih dari 6.000 telah meninggalkan Donetsk ke Rusia. Ada laporan tentang antrian mobil yang panjang di pos pemeriksaan di Donetsk.

Berusaha untuk membalikkan narasi agresor, para pemimpin separatis pro-Moskow menuduh Kiev merencanakan serangan untuk merebut kembali wilayah timur. Evakuasi warga sipil di sana dikatakan sebagai tanggapan atas kekhawatiran tentang serangan pasukan pemerintah.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More