Invasi Rusia Tidak Terbukti, Presiden Ceko: Blunder Terbaru CIA
Kamis, 17 Februari 2022 - 17:21 WIB
PRAHA - Presiden Republik Ceko Milos Zeman mengecam komunitas intelijen Amerika Serikat (AS) atas klaim mereka bahwa Rusia akan menyerang Ukraina , yang sejauh ini gagal terwujud.
"Itu menambah rekam jejak mereka dalam membuat prediksi yang salah tentang peristiwa penting," katanya dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh surat kabar MF DNES.
“Yang pertama adalah di Irak, di mana tidak ditemukan senjata pemusnah massal. Yang kedua adalah di Afghanistan, ketika mereka mengklaim bahwa Taliban tidak akan pernah menaklukkan Kabul. Dan yang ketiga sekarang,” jelas sang Presiden seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (17/2/2022).
Politisi itu mengacu pada pembenaran AS untuk invasi ke Irak pada 2003 yang menjatuhkan Saddam Hussein dan penilaian bahwa pemerintah nasional Afghanistan yang didukung Amerika akan mampu bertahan melawan gerakan militan Taliban setelah penarikan pasukan asing yang dijadwalkan. Dalam kedua hal tersebut, intelijen Amerika salah besar.
Washington telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa Rusia sedang mempersiapkan invasi militer ke Ukraina, dan selama berminggu-minggu telah mengklaim bahwa serangan itu sudah dekat. Beberapa media Barat melangkah lebih jauh dan menyebut Selasa atau Rabu pekan ini sebagai hari-hari dimana Rusia bisa menyerang Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymir Zelensky, yang sebaliknya menyuarakan skeptisisme tentang ancaman Rusia, menjadikan hari Rabu sebagai hari libur untuk merayakan persatuan nasional Ukraina.
Rusia sendiri membantah memiliki rencana agresif untuk Ukraina sejak tuduhan itu pertama kali diumumkan pada November 2021.
Presiden Ceko mengatakan dia diberitahu tentang serangan Rusia yang tertunda terhadap Ukraina berdasarkan intelijen dari AS, dan bahwa informasi itu terbukti salah.
"Itu menambah rekam jejak mereka dalam membuat prediksi yang salah tentang peristiwa penting," katanya dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh surat kabar MF DNES.
“Yang pertama adalah di Irak, di mana tidak ditemukan senjata pemusnah massal. Yang kedua adalah di Afghanistan, ketika mereka mengklaim bahwa Taliban tidak akan pernah menaklukkan Kabul. Dan yang ketiga sekarang,” jelas sang Presiden seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (17/2/2022).
Politisi itu mengacu pada pembenaran AS untuk invasi ke Irak pada 2003 yang menjatuhkan Saddam Hussein dan penilaian bahwa pemerintah nasional Afghanistan yang didukung Amerika akan mampu bertahan melawan gerakan militan Taliban setelah penarikan pasukan asing yang dijadwalkan. Dalam kedua hal tersebut, intelijen Amerika salah besar.
Washington telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa Rusia sedang mempersiapkan invasi militer ke Ukraina, dan selama berminggu-minggu telah mengklaim bahwa serangan itu sudah dekat. Beberapa media Barat melangkah lebih jauh dan menyebut Selasa atau Rabu pekan ini sebagai hari-hari dimana Rusia bisa menyerang Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymir Zelensky, yang sebaliknya menyuarakan skeptisisme tentang ancaman Rusia, menjadikan hari Rabu sebagai hari libur untuk merayakan persatuan nasional Ukraina.
Rusia sendiri membantah memiliki rencana agresif untuk Ukraina sejak tuduhan itu pertama kali diumumkan pada November 2021.
Presiden Ceko mengatakan dia diberitahu tentang serangan Rusia yang tertunda terhadap Ukraina berdasarkan intelijen dari AS, dan bahwa informasi itu terbukti salah.
tulis komentar anda