Viral, Mahasiswi Berhijab Dicemooh Massa Hindu di Kampus India
Rabu, 09 Februari 2022 - 10:41 WIB
Pemerintah Karnataka yang dijalankan oleh Partai Bharatiya Janata (BJP), partai nasionalis Hindu, pada hari Selasa mengumumkan penutupan lembaga pendidikan selama tiga hari.
Kebuntuan di negara bagian Karnataka—rumah bagi pusat IT India di Bengaluru, telah membangkitkan ketakutan di antara komunitas minoritas tentang apa yang mereka katakan sebagai peningkatan penganiayaan di bawah pemerintahan nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi.
Demonstrasi pecah di salah satu kampus di wilayah tersebut pada hari Selasa. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan di kampus yang dikelola pemerintah. Pasukan polisi juga bermunculan di berbagai sekolah.
Ketua Menteri Basavaraj Bommai dari BJP meminta ketenangan setelah mengumumkan semua sekolah menengah di negara bagian itu akan ditutup selama tiga hari.
“Saya mengimbau kepada seluruh siswa, guru dan manajemen sekolah dan perguruan tinggi untuk menjaga perdamaian dan kerukunan,” katanya.
Para pelajar di sekolah menengah yang dikelola pemerintah diberitahu untuk tidak mengenakan jilbab bulan lalu. Sejak itu kelompok sayap kanan Hindu telah mencoba untuk mencegah para pelajar Muslim berhijab memasuki lembaga pendidikan.
Pemerintah Karnataka, di mana 12 persen dari populasi adalah Muslim, mengatakan dalam perintah pada 5 Februari bahwa semua sekolah harus mengikuti aturan berpakaian yang ditetapkan oleh manajemen.
Media lokal melaporkan pada pekan lalu bahwa beberapa sekolah di kota pesisir Udupi telah menolak masuknya gadis-gadis Muslim yang mengenakan jilbab dengan alasan perintah Kementerian Pendidikan, yang memicu protes dari orang tua dan siswa.
"Tiba-tiba, mereka mengatakan Anda tidak seharusnya memakai jilbab...mengapa mereka mulai sekarang?" kata Ayesha, seorang pelajar remaja di Mahatma Gandhi Memorial College di Udupi.
Ayesha mengatakan seorang guru telah menolaknya dari ujian kimia karena mengenakan pakaian itu.
Kebuntuan di negara bagian Karnataka—rumah bagi pusat IT India di Bengaluru, telah membangkitkan ketakutan di antara komunitas minoritas tentang apa yang mereka katakan sebagai peningkatan penganiayaan di bawah pemerintahan nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi.
Demonstrasi pecah di salah satu kampus di wilayah tersebut pada hari Selasa. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan di kampus yang dikelola pemerintah. Pasukan polisi juga bermunculan di berbagai sekolah.
Ketua Menteri Basavaraj Bommai dari BJP meminta ketenangan setelah mengumumkan semua sekolah menengah di negara bagian itu akan ditutup selama tiga hari.
“Saya mengimbau kepada seluruh siswa, guru dan manajemen sekolah dan perguruan tinggi untuk menjaga perdamaian dan kerukunan,” katanya.
Para pelajar di sekolah menengah yang dikelola pemerintah diberitahu untuk tidak mengenakan jilbab bulan lalu. Sejak itu kelompok sayap kanan Hindu telah mencoba untuk mencegah para pelajar Muslim berhijab memasuki lembaga pendidikan.
Pemerintah Karnataka, di mana 12 persen dari populasi adalah Muslim, mengatakan dalam perintah pada 5 Februari bahwa semua sekolah harus mengikuti aturan berpakaian yang ditetapkan oleh manajemen.
Media lokal melaporkan pada pekan lalu bahwa beberapa sekolah di kota pesisir Udupi telah menolak masuknya gadis-gadis Muslim yang mengenakan jilbab dengan alasan perintah Kementerian Pendidikan, yang memicu protes dari orang tua dan siswa.
"Tiba-tiba, mereka mengatakan Anda tidak seharusnya memakai jilbab...mengapa mereka mulai sekarang?" kata Ayesha, seorang pelajar remaja di Mahatma Gandhi Memorial College di Udupi.
Ayesha mengatakan seorang guru telah menolaknya dari ujian kimia karena mengenakan pakaian itu.
Lihat Juga :
tulis komentar anda