Natuna Kerap Diusik China Diduga Penyebab Indonesia Ingin Beli 50 Kapal Perang
Rabu, 02 Februari 2022 - 05:30 WIB
JAKARTA - Pemerintah Indonesia memutuskan bahwa sebagian dari investasi pertahanan senilai USD125 miliar akan digunakan untuk membeli 50 kapal perang baru selama dua tahun ke depan.
Para pakar menduga rencana itu dipicu oleh serbuan China di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna Utara yang semakin agresif.
Rencana pengadaan 50 kapal perang baru telah disampaikan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto baru-baru ini. Presiden Joko Widodo menyuarakan dukungan atas proposal pengadaan aset tempur tersebut.
Prabowo belum memberikan rincian spesifik tentang kapal perang baru yang nantinya akan kerahkan TNI Angkatan Laut.
Breaking Defense, mengutip para pakar, melaporkan hilangnya salah satu kapal selam tua Indonesia tahun lalu dan serbuan China yang terus-menerus ke ZEE Indonesia kemungkinan mendorong Prabowo dan Jokowi untuk meningkatkan investasi pertahanan.
Tahun lalu, Babcock International menandatangani perjanjian dengan PT PAL Indonesia untuk membangun dua versi modifikasi dari fregat AH140 di Jakarta.
Prabowo juga telah menandatangani kontrak untuk enam fregat multi-peran FREMM Italia dan dua fregat ringan kelas Maestrale Angkatan Laut Italia yang diperbarui.
Profesor sejarah Australia Robert Cribb mengatakan kepada Breaking Defense bahwa dominasi Angkatan Darat di Indonesia dapat menciptakan beberapa hambatan untuk memenuhi kebutuhan teknologi tinggi Angkatan Laut dan Angkatan Udara.
Dia mencatat bahwa keyakinan yang mengakar di antara banyak orang Indonesia bahwa “uang yang dihabiskan untuk meningkatkan kesejahteraan adalah investasi pertahanan yang lebih baik daripada perangkat keras” juga dapat berdampak negatif terhadap investasi bernilai miliaran dolar yang direncanakan.
Pakar keamanan nasional Australia Natalie Sambhi mengatakan bahwa tindakan “tidak dapat diterima” yang membiarkan negara lain secara rutin mencuri perikanannya dan melanggar kedaulatannya memotivasi Indonesia untuk memodernisasi Angkatan Laut-nya.
“Indonesia tahu tidak akan pernah memiliki kemampuan Angkatan Laut yang cukup untuk mengusir serangan China secara efektif, tetapi harus melakukan sesuatu,” katanya.
Sambhi menambahkan, Indonesia memiliki menteri pertahanan yang berlatar belakang militer dan sangat aktif menjalin hubungan pertahanan dengan negara lain di tengah pandemi.
“Ya, kita dapat berbicara tentang tujuan politiknya sendiri untuk itu, tetapi pada akhirnya dia sangat aktif dalam mendorong program modernisasi ini,” katanya.
Para pakar menduga rencana itu dipicu oleh serbuan China di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna Utara yang semakin agresif.
Rencana pengadaan 50 kapal perang baru telah disampaikan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto baru-baru ini. Presiden Joko Widodo menyuarakan dukungan atas proposal pengadaan aset tempur tersebut.
Prabowo belum memberikan rincian spesifik tentang kapal perang baru yang nantinya akan kerahkan TNI Angkatan Laut.
Breaking Defense, mengutip para pakar, melaporkan hilangnya salah satu kapal selam tua Indonesia tahun lalu dan serbuan China yang terus-menerus ke ZEE Indonesia kemungkinan mendorong Prabowo dan Jokowi untuk meningkatkan investasi pertahanan.
Tahun lalu, Babcock International menandatangani perjanjian dengan PT PAL Indonesia untuk membangun dua versi modifikasi dari fregat AH140 di Jakarta.
Prabowo juga telah menandatangani kontrak untuk enam fregat multi-peran FREMM Italia dan dua fregat ringan kelas Maestrale Angkatan Laut Italia yang diperbarui.
Profesor sejarah Australia Robert Cribb mengatakan kepada Breaking Defense bahwa dominasi Angkatan Darat di Indonesia dapat menciptakan beberapa hambatan untuk memenuhi kebutuhan teknologi tinggi Angkatan Laut dan Angkatan Udara.
Dia mencatat bahwa keyakinan yang mengakar di antara banyak orang Indonesia bahwa “uang yang dihabiskan untuk meningkatkan kesejahteraan adalah investasi pertahanan yang lebih baik daripada perangkat keras” juga dapat berdampak negatif terhadap investasi bernilai miliaran dolar yang direncanakan.
Pakar keamanan nasional Australia Natalie Sambhi mengatakan bahwa tindakan “tidak dapat diterima” yang membiarkan negara lain secara rutin mencuri perikanannya dan melanggar kedaulatannya memotivasi Indonesia untuk memodernisasi Angkatan Laut-nya.
“Indonesia tahu tidak akan pernah memiliki kemampuan Angkatan Laut yang cukup untuk mengusir serangan China secara efektif, tetapi harus melakukan sesuatu,” katanya.
Sambhi menambahkan, Indonesia memiliki menteri pertahanan yang berlatar belakang militer dan sangat aktif menjalin hubungan pertahanan dengan negara lain di tengah pandemi.
“Ya, kita dapat berbicara tentang tujuan politiknya sendiri untuk itu, tetapi pada akhirnya dia sangat aktif dalam mendorong program modernisasi ini,” katanya.
(min)
tulis komentar anda