Pakar China Mengaku Bersalah Curi Rahasia Perusahaan AS Monsanto
Jum'at, 07 Januari 2022 - 23:01 WIB
WASHINGTON - Warga negara China Xiang Haitao mengaku bersalah atas konspirasi melakukan spionase ekonomi. Sebelumnya, dia dituduh mencoba mencuri rahasia dagang dari perusahaan agrokimia Amerika Serikat (AS), Monsanto, saat tinggal di AS.
“Xiang Haitao (44) berkonspirasi mencuri rahasia dagang dari perusahaan untuk tujuan menguntungkan pemerintah asing, yaitu Republik Rakyat China," ungkap pernyataan Departemen Kehakiman AS dalam pernyataan pada Kamis (6/1/2022).
Xiang diduga berusaha mencuri rahasia dagang saat bekerja sebagai ilmuwan untuk Monsanto di negara bagian Missouri, tempat perusahaan itu bermarkas.
Setelah Xiang meninggalkan pekerjaannya, dia diduga membeli tiket penerbangan sekali jalan ke China dan pihak berwenang menemukan salinan algoritma “Nutrient Optimizer” Monsanto yang dianggap perusahaan sebagai rahasia dagang, di salah satu perangkat elektroniknya.
Terdakwa mengaku bersalah atas tuduhan pekan ini dan menghadapi ancaman hukuman 15 tahun penjara dan denda USD5 juta. Dia akan divonis pada 7 April.
“Kami tidak dapat mengizinkan warga negara AS atau warga negara asing untuk menyerahkan informasi bisnis yang sensitif kepada pesaing di negara lain,” ungkap Jaksa AS Sayler Fleming.
Dia menyebut kejahatan semacam itu sebagai “bahaya bagi ekonomi AS” dan “keamanan nasional kami.”
“Xiang Haitao (44) berkonspirasi mencuri rahasia dagang dari perusahaan untuk tujuan menguntungkan pemerintah asing, yaitu Republik Rakyat China," ungkap pernyataan Departemen Kehakiman AS dalam pernyataan pada Kamis (6/1/2022).
Xiang diduga berusaha mencuri rahasia dagang saat bekerja sebagai ilmuwan untuk Monsanto di negara bagian Missouri, tempat perusahaan itu bermarkas.
Setelah Xiang meninggalkan pekerjaannya, dia diduga membeli tiket penerbangan sekali jalan ke China dan pihak berwenang menemukan salinan algoritma “Nutrient Optimizer” Monsanto yang dianggap perusahaan sebagai rahasia dagang, di salah satu perangkat elektroniknya.
Terdakwa mengaku bersalah atas tuduhan pekan ini dan menghadapi ancaman hukuman 15 tahun penjara dan denda USD5 juta. Dia akan divonis pada 7 April.
“Kami tidak dapat mengizinkan warga negara AS atau warga negara asing untuk menyerahkan informasi bisnis yang sensitif kepada pesaing di negara lain,” ungkap Jaksa AS Sayler Fleming.
Dia menyebut kejahatan semacam itu sebagai “bahaya bagi ekonomi AS” dan “keamanan nasional kami.”
Lihat Juga :
tulis komentar anda