Iran Kaitkan 125 Orang dengan Pembunuhan Jenderal Soleimani
Senin, 03 Januari 2022 - 21:05 WIB
“Tidak ada individu, institusi, negara, atau faksi politik yang terlibat dalam pembunuhan Jenderal Soleimani dapat menikmati kekebalan,” ungkap pejabat itu.
Pengadilan investigasi Baghdad mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump pada Januari 2021.
Iran mengeluarkan surat perintah serupa terhadap Trump dan 35 orang lainnya pada pertengahan 2020, tetapi Interpol menolak seruan bantuan dari Iran, dengan alasan kasus tersebut dianggap bersifat "politis".
Trump telah berulang kali membual tentang "mendapatkan" Soleimani, menyebutnya "monster" dan mengatakan dengan sombong bahwa komandan anti-teror itu "lebih besar, berkali-kali" daripada mendiang Pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden.
Dalam sambutannya kepada televisi Iran, Gharibabadi menekankan bahwa komentar Trump dapat diterima sebagai bukti.
“Mantan Presiden AS Donald Trump adalah kepala mereka yang terlibat dalam memerintahkan eksekusi kejahatan teroris ini. Trump sendiri mengaku memerintahkan eksekusi aksi teroris ini dan menganggapnya sebagai kehormatan bagi dirinya sendiri. Pengakuannya dianggap sebagai dokumen yang kredibel di pengadilan internasional,” ujar pejabat itu.
Dalam perkembangan terkait, Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengirim surat ke Dewan Keamanan PBB yang menyerukan Amerika Serikat dan Israel untuk bertanggung jawab atas kematian Soleimani.
“Mengingat implikasi mengerikan dari tindakan teroris ini terhadap perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan harus memenuhi tanggung jawab berdasarkan Piagamnya dan meminta Amerika Serikat dan rezim Israel untuk bertanggung jawab atas perencanaan, mendukung, dan melakukan tindakan teroris itu,” ungkap Ravanchi.
Diplomat itu menunjuk pernyataan mantan kepala intelijen militer Israel Tamir Hayman kepada media bulan lalu yang mengakui keterlibatan langsung dinas intelijen Israel dalam pembunuhan itu.
Pembunuhan Soleimani, menurut Ravanchi, menjadi “hadiah dan layanan besar bagi Negara Islam (ISIS) dan kelompok teroris lain di kawasan yang menyambut pembunuhannya.”
Pengadilan investigasi Baghdad mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump pada Januari 2021.
Iran mengeluarkan surat perintah serupa terhadap Trump dan 35 orang lainnya pada pertengahan 2020, tetapi Interpol menolak seruan bantuan dari Iran, dengan alasan kasus tersebut dianggap bersifat "politis".
Trump telah berulang kali membual tentang "mendapatkan" Soleimani, menyebutnya "monster" dan mengatakan dengan sombong bahwa komandan anti-teror itu "lebih besar, berkali-kali" daripada mendiang Pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden.
Dalam sambutannya kepada televisi Iran, Gharibabadi menekankan bahwa komentar Trump dapat diterima sebagai bukti.
“Mantan Presiden AS Donald Trump adalah kepala mereka yang terlibat dalam memerintahkan eksekusi kejahatan teroris ini. Trump sendiri mengaku memerintahkan eksekusi aksi teroris ini dan menganggapnya sebagai kehormatan bagi dirinya sendiri. Pengakuannya dianggap sebagai dokumen yang kredibel di pengadilan internasional,” ujar pejabat itu.
Dalam perkembangan terkait, Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengirim surat ke Dewan Keamanan PBB yang menyerukan Amerika Serikat dan Israel untuk bertanggung jawab atas kematian Soleimani.
“Mengingat implikasi mengerikan dari tindakan teroris ini terhadap perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan harus memenuhi tanggung jawab berdasarkan Piagamnya dan meminta Amerika Serikat dan rezim Israel untuk bertanggung jawab atas perencanaan, mendukung, dan melakukan tindakan teroris itu,” ungkap Ravanchi.
Diplomat itu menunjuk pernyataan mantan kepala intelijen militer Israel Tamir Hayman kepada media bulan lalu yang mengakui keterlibatan langsung dinas intelijen Israel dalam pembunuhan itu.
Pembunuhan Soleimani, menurut Ravanchi, menjadi “hadiah dan layanan besar bagi Negara Islam (ISIS) dan kelompok teroris lain di kawasan yang menyambut pembunuhannya.”
tulis komentar anda