Zig-zag PM Sudan Abdalla Hamdok: Dikudeta, Diangkat Lagi, lalu Mundur

Senin, 03 Januari 2022 - 07:53 WIB
Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok mengundurkan diri pada Minggu (2/1/2022). Dia sebelumnya dikudeta oleh militer lalu diangkat lagi sebagai perdana menteri. Foto/REUTERS
KHARTOUM - Perdana Menteri (PM) Sudan Abdalla Hamdok mengundurkan diri pada hari Minggu di tengah kebuntuan politik. Ini adalah sepak terjang zig-zag politiknya setelah sebelumnya dikudeta oleh militer dan diangkat lagi.

PM Hamdok mengundurkan diri ketika protes pro-demokrasi meluas di negara tersebut. Protes massal itu sebagai respons atas kudeta militer yang menggagalkan transisi rapuh negara itu ke pemerintahan demokratis.

Pada 25 Oktober 2021, pasukan keamanan menahan Hamdok dan beberapa pemimpin sipil top lainnya dalam kudeta sebelum fajar.





Panglima Angkatan Darat Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengumumkan bahwa pemerintah sipil dan badan-badan transisi lainnya telah dibubarkan.

Pada 21 November 2021, setelah beberapa demonstrasi massal menentang kudeta, para pemimpin militer dan Hamdok mengumumkan kesepakatan untuk pengangkatannya kembali sebagai PM Sudan.

Hamdok mengatakan pada saat itu bahwa dia telah kembali ke tampuk kekuasaan untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut dan melindungi reformasi ekonomi.

Namun, pada Minggu (2/1/2022) Hamdok mengumumkan pengunduran dirinya setelah gagal membentuk pemerintah di tengah berlanjutnya protes anti-militer.

Dia menyerukan dialog untuk menyepakati "piagam nasional" dan "menggambar roadmap" untuk menyelesaikan transisi.

Kudeta Oktober lalu telah membatalkan rencana Sudan untuk beralih ke demokrasi setelah pemberontakan rakyat memaksa penggulingan otokrat lama Omar al-Bashir oleh militer dan pemerintah Islam-nya pada April 2019.

Pada hari Minggu, sebelum pengunduran diri PM Hamdok, pasukan keamanan Sudan dengan keras membubarkan pengunjuk rasa pro-demokrasi. Sebuah kelompok medis mengatakan setidaknya dua orang tewas.

Komite Dokter Sudan, yang merupakan bagian dari gerakan pro-demokrasi, mengatakan salah satu korban tewas dipukul dengan keras di kepalanya saat mengambil bagian dalam pawai protes di Khartoum.

Yang kedua ditembak di dadanya di kota kembar Khartoum, Omdurman. Kelompok itu, seperti dikutip AP, Senin (3/1/2022), mengatakan puluhan pengunjuk rasa lainnya terluka.

Aktivis Nazim Sirag mengatakan pasukan keamanan menggunakan gas air mata dan granat untuk membubarkan pengunjuk rasa. Pasukan juga mengejar demonstran di jalan-jalan di seberang ibu kota.

Protes juga terjadi di kota-kota lain termasuk Port Sudan dan Nyala di wilayah Darfur.

Protes pecah meskipun keamanan diperketat dan memblokir jembatan dan jalan di Khartoum dan Omdurman. Koneksi internet juga terganggu menjelang protes.

Kematian dua demonstran pada hari Minggu telah menambah jumlah korban tewas di antara pengunjuk rasa sejak kudeta menjadi setidaknya 56 orang.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More