Sudah 184.217 Orang Meninggal, WHO Bilang Krisis COVID-19 Akan Lama
Kamis, 23 April 2020 - 10:04 WIB
JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa krisis coronavirus disease-19 atau COVID-19 tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Peringatan ini disampaikan ketika korban meninggal secara global akibat wabah itu sudah mencapai 184.217 orang.
Menurut WHO, apa yang dilakukan banyak negara saat ini baru tahap awal pertarungan melawan pandemi COVID-19.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengeluarkan peringatan serius tersebut karena beberapa negara telah mencabut pembatasan kuncian atau lockdown yang telah mengubah kehidupan sehari-hari di seluruh dunia.
"Jangan salah; kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama," kata Tedros pada konferensi pers virtual, seperti dikutip AFP.
"Sebagian besar negara masih dalam tahap awal epidemi mereka. Dan beberapa yang terkena dampak awal pandemi sekarang mulai melihat lonjakan dalam kasus (infeksi)," ujarnya.
Pandemi ini telah memicu tidak hanya keadaan darurat kesehatan, tetapi juga kemunduran ekonomi global, di mana bisnis-bisnis berjuang untuk bertahan hidup, jutaan orang kehilangan pekerjaan, dan jutaan orang lainnya menghadapi kelaparan.
Data worldometers yang dikutip SINDOnews.com pada Kamis (23/4/2020) menunjukkan virus corona jenis baru ini sudah menyebar ke 210 negara dan beberapa wilayah. Jumlah kasus infeksi mencapai 2.637.673 orang dengan 184.217 kematian dan 717.625 pasien berhasil disembuhkan.
Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara terparah yang dilanda wabah ini. Negara yang dipimpin Presiden Donald John Trump tersebut memiliki 848.994 kasus infeksi COVID-19 dengan 47.676 kematian dan sebanyak 84.050 pasien berhasil disembuhkan.
Dengan kondisi seperti itu, Trump bersiap untuk menandatangani perintah eksekutif yang menangguhkan penerbitan green card (kartu hijau) bagi imigran selama 60 hari ke depan.
Menurut WHO, apa yang dilakukan banyak negara saat ini baru tahap awal pertarungan melawan pandemi COVID-19.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengeluarkan peringatan serius tersebut karena beberapa negara telah mencabut pembatasan kuncian atau lockdown yang telah mengubah kehidupan sehari-hari di seluruh dunia.
"Jangan salah; kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama," kata Tedros pada konferensi pers virtual, seperti dikutip AFP.
"Sebagian besar negara masih dalam tahap awal epidemi mereka. Dan beberapa yang terkena dampak awal pandemi sekarang mulai melihat lonjakan dalam kasus (infeksi)," ujarnya.
Pandemi ini telah memicu tidak hanya keadaan darurat kesehatan, tetapi juga kemunduran ekonomi global, di mana bisnis-bisnis berjuang untuk bertahan hidup, jutaan orang kehilangan pekerjaan, dan jutaan orang lainnya menghadapi kelaparan.
Data worldometers yang dikutip SINDOnews.com pada Kamis (23/4/2020) menunjukkan virus corona jenis baru ini sudah menyebar ke 210 negara dan beberapa wilayah. Jumlah kasus infeksi mencapai 2.637.673 orang dengan 184.217 kematian dan 717.625 pasien berhasil disembuhkan.
Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara terparah yang dilanda wabah ini. Negara yang dipimpin Presiden Donald John Trump tersebut memiliki 848.994 kasus infeksi COVID-19 dengan 47.676 kematian dan sebanyak 84.050 pasien berhasil disembuhkan.
Dengan kondisi seperti itu, Trump bersiap untuk menandatangani perintah eksekutif yang menangguhkan penerbitan green card (kartu hijau) bagi imigran selama 60 hari ke depan.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda