Tegang dengan Rusia, AS Malah Jual Rudal Javelin ke Lithuania
Rabu, 22 Desember 2021 - 08:59 WIB
WASHINGTON - Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS) menyetujui potensi penjualan rudal anti-tank Javelin kepada pemerintah Lithuania dalam kesepakatan senilai USD125 juta.
Pentagon mengungkapkan penjualan itu pada Selasa (21/12/2021).
Penjualan itu terjadi saat ketegangan meningkat di Eropa Timur dengan Rusia mengumpulkan pasukan di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina.
Pada bulan Oktober, pemerintahan Biden mengirim Javelin ke Ukraina, seperti diungkapkan kedutaan besar AS di Kyiv.
“Paket total rudal anti-tank Javelin akan mencakup 341 varian senjata FGM-148F dan 30 unit peluncuran komando, suku cadang dan dukungan teknis,” ungkap Pentagon.
Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Pentagon memberi tahu Kongres tentang kemungkinan penjualan pada Selasa (21/12/2021).
“Penjualan yang diusulkan akan membantu Lithuania membangun kapasitas pertahanan jangka panjangnya untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya untuk memenuhi persyaratan pertahanan nasionalnya,” papar dia.
Meskipun disetujui Departemen Luar Negeri AS, pemberitahuan tersebut tidak menunjukkan satu kontrak telah ditandatangani atau bahwa negosiasi telah selesai.
Pentagon mengatakan Lockheed Martin dan Raytheon Technologies adalah kontraktor utama untuk senjata tersebut.
Pentagon mengungkapkan penjualan itu pada Selasa (21/12/2021).
Penjualan itu terjadi saat ketegangan meningkat di Eropa Timur dengan Rusia mengumpulkan pasukan di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina.
Pada bulan Oktober, pemerintahan Biden mengirim Javelin ke Ukraina, seperti diungkapkan kedutaan besar AS di Kyiv.
“Paket total rudal anti-tank Javelin akan mencakup 341 varian senjata FGM-148F dan 30 unit peluncuran komando, suku cadang dan dukungan teknis,” ungkap Pentagon.
Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Pentagon memberi tahu Kongres tentang kemungkinan penjualan pada Selasa (21/12/2021).
“Penjualan yang diusulkan akan membantu Lithuania membangun kapasitas pertahanan jangka panjangnya untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya untuk memenuhi persyaratan pertahanan nasionalnya,” papar dia.
Meskipun disetujui Departemen Luar Negeri AS, pemberitahuan tersebut tidak menunjukkan satu kontrak telah ditandatangani atau bahwa negosiasi telah selesai.
Pentagon mengatakan Lockheed Martin dan Raytheon Technologies adalah kontraktor utama untuk senjata tersebut.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda