Australia Buktikan Rudal Buk Rusia Tembak Jatuh Malaysia Airlines MH17
Selasa, 09 Juni 2020 - 10:53 WIB
DEN HAAG - Australia, melalui kepolisiannya, membantu membuktikan bahwa pecahan yang ditemukan di reruntuhan pesawat Malaysia Airlines MH17 dan di tubuh korban berasal dari rudal Buk buatan Rusia .
Pengadilan di Den Haag, Belanda, dalam sidang hari Senin, mengungkap peran polisi Australia tersebut.
Jaksa Thijs Berger menguraikan penyelidikan forensik terhadap jatuhnya Malaysia Airlines MH17 pada 17 Juli 2014 di Ukraina. Sebanyak 298 orang di dalam pesawat tewas, termasuk 38 orang yang dinyatakan sebagai warga Australia. Pesawat itu ditembak jatuh di wilayah di mana pasukan pemerintah Ukraina memerangi pasukan pemberontak pro-Rusia.
Warga Rusia; Oleg Pulatov, Igor Girking, Sergey Dubinsky, dan warga Ukraina; Leonid Kharchenko, diadili secara in absentia di Belanda atas tuduhan pembunuhan dan penghancuran sebuah pesawat sipil. (Baca: Kerabat Korban Pesawat MH17: Putin yang Bertanggung Jawab! )
Berger menjelaskan bagaimana para penyelidik telah menghilangkan semua skenario lain yang dapat menyebabkan kecelakaan itu, termasuk ledakan di dalam pesawat, serangan jet tempur dan rudal darat ke udara selain rudal Buk buatan Rusia.
Jaksa penuntut mengatakan Polisi Federal Australia pergi ke Ukraina untuk menganalisis dua rudal Buk yang dibongkar, yakni M938 yang lebih tua dan yang lebih baru 9M38M1, pada Oktober 2014.
Berger mengatakan penyelidikan menemukan tiga bentuk fragmentasi yang unik—ubin, bar dan dasi kupu-kupu—di dalam rudal yang dibongkar di Ukraina.
Para detektif polisi Australia kemudian mencocokkan bentuk-bentuk itu dengan pecahan-pecahan yang ditemukan di tubuh korban, barang-barang dan reruntuhan pesawat.
"Polisi Federal Australia membuat perbandingan visual antara bagian-bagian asing yang ditemukan di satu sisi dan bagian-bagian dari dua rudal Buk tipe 9M38 dan 9M38M1 yang dibongkar di Ukraina di sisi lain," kata Berger di pengadilan, seperti dikutip AAP, Selasa (9/6/2020).
"Dengan melakukan itu, mereka melihat fitur seperti cetakan, tanda pahat (seperti penggilingan) dan sifat magnetik," ujarnya.
Sebelumnya, jaksa penuntut Belanda Dedy Woei-a-Tsoi mengatakan pemerintah Rusia dan beberapa individu telah menghalangi penyelidikan dengan bukti palsu. (Baca juga: Mahathir: Mana Bukti Rusia Tembak Jatuh Malaysia Airlines MH17? )
"Dalam banyak kasus orang-orang ini tampaknya didorong oleh keinginan akan uang atau perhatian untuk diri mereka sendiri," katanya di pengadilan. "Ada indikasi bahwa beberapa dari orang-orang ini dibayar oleh Federasi Rusia."
Sementara itu, pengacara salah satu terdakwa, Sabine ten Doesschate, mengeluh bahwa pembatasan perjalanan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 telah menghentikan timnya bertemu dengan klien mereka; Pulatov, yang tinggal di Rusia.
"Hubungan kepercayaan perlu tumbuh dan kami bermaksud berinvestasi dalam hal itu ...dengan melakukan perjalanan ke Rusia (dan menghabiskan) sekitar dua minggu di sana untuk membahas file kasus dengannya," katanya di pengadilan.
"Tanpa investasi dalam waktu seperti itu, sebenarnya tidak mungkin untuk membangun hubungan kepercayaan seperti itu," paparnya.
Ten Doesschate juga mengeluh bahwa tim pengacara tidak punya waktu untuk meninjau file kasus 40.000 halaman.
"Kami lebih suka memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan untuk mempersiapkan dan kami ingin menunda proses sementara dan pasti selama pembatasan terkait virus corona seperti yang telah terjadi dalam banyak kasus lain," katanya.
Persidangan dijadwalkan akan dilanjutkan pada hari Selasa (9/6/2020).
Pengadilan di Den Haag, Belanda, dalam sidang hari Senin, mengungkap peran polisi Australia tersebut.
Jaksa Thijs Berger menguraikan penyelidikan forensik terhadap jatuhnya Malaysia Airlines MH17 pada 17 Juli 2014 di Ukraina. Sebanyak 298 orang di dalam pesawat tewas, termasuk 38 orang yang dinyatakan sebagai warga Australia. Pesawat itu ditembak jatuh di wilayah di mana pasukan pemerintah Ukraina memerangi pasukan pemberontak pro-Rusia.
Warga Rusia; Oleg Pulatov, Igor Girking, Sergey Dubinsky, dan warga Ukraina; Leonid Kharchenko, diadili secara in absentia di Belanda atas tuduhan pembunuhan dan penghancuran sebuah pesawat sipil. (Baca: Kerabat Korban Pesawat MH17: Putin yang Bertanggung Jawab! )
Berger menjelaskan bagaimana para penyelidik telah menghilangkan semua skenario lain yang dapat menyebabkan kecelakaan itu, termasuk ledakan di dalam pesawat, serangan jet tempur dan rudal darat ke udara selain rudal Buk buatan Rusia.
Jaksa penuntut mengatakan Polisi Federal Australia pergi ke Ukraina untuk menganalisis dua rudal Buk yang dibongkar, yakni M938 yang lebih tua dan yang lebih baru 9M38M1, pada Oktober 2014.
Berger mengatakan penyelidikan menemukan tiga bentuk fragmentasi yang unik—ubin, bar dan dasi kupu-kupu—di dalam rudal yang dibongkar di Ukraina.
Para detektif polisi Australia kemudian mencocokkan bentuk-bentuk itu dengan pecahan-pecahan yang ditemukan di tubuh korban, barang-barang dan reruntuhan pesawat.
"Polisi Federal Australia membuat perbandingan visual antara bagian-bagian asing yang ditemukan di satu sisi dan bagian-bagian dari dua rudal Buk tipe 9M38 dan 9M38M1 yang dibongkar di Ukraina di sisi lain," kata Berger di pengadilan, seperti dikutip AAP, Selasa (9/6/2020).
"Dengan melakukan itu, mereka melihat fitur seperti cetakan, tanda pahat (seperti penggilingan) dan sifat magnetik," ujarnya.
Sebelumnya, jaksa penuntut Belanda Dedy Woei-a-Tsoi mengatakan pemerintah Rusia dan beberapa individu telah menghalangi penyelidikan dengan bukti palsu. (Baca juga: Mahathir: Mana Bukti Rusia Tembak Jatuh Malaysia Airlines MH17? )
"Dalam banyak kasus orang-orang ini tampaknya didorong oleh keinginan akan uang atau perhatian untuk diri mereka sendiri," katanya di pengadilan. "Ada indikasi bahwa beberapa dari orang-orang ini dibayar oleh Federasi Rusia."
Sementara itu, pengacara salah satu terdakwa, Sabine ten Doesschate, mengeluh bahwa pembatasan perjalanan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 telah menghentikan timnya bertemu dengan klien mereka; Pulatov, yang tinggal di Rusia.
"Hubungan kepercayaan perlu tumbuh dan kami bermaksud berinvestasi dalam hal itu ...dengan melakukan perjalanan ke Rusia (dan menghabiskan) sekitar dua minggu di sana untuk membahas file kasus dengannya," katanya di pengadilan.
"Tanpa investasi dalam waktu seperti itu, sebenarnya tidak mungkin untuk membangun hubungan kepercayaan seperti itu," paparnya.
Ten Doesschate juga mengeluh bahwa tim pengacara tidak punya waktu untuk meninjau file kasus 40.000 halaman.
"Kami lebih suka memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan untuk mempersiapkan dan kami ingin menunda proses sementara dan pasti selama pembatasan terkait virus corona seperti yang telah terjadi dalam banyak kasus lain," katanya.
Persidangan dijadwalkan akan dilanjutkan pada hari Selasa (9/6/2020).
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda