Deretan Negara yang Kekurangan Tenaga Kerja, Peluang bagi Imigran
Rabu, 15 Desember 2021 - 17:07 WIB
BERLIN - Negara yang kekurangan tenaga kerja harus mencari cara agar sektor ekonomi negaranya dapat berjalan baik. Salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah dengan menghadirkan tenaga kerja asing untuk membantu di berbagai bidang yang diperlukan.
Negara apa saja yang mengalami kekurangan tenaga kerja? Berikut ulasannya.
1. Jerman
Jerman menjadi salah satu negara yang kekurangan tenaga kerja. Menurut data yang dipublikasikan The Boston Consulting Group dalam laporan berjudul “The Global Workface Crisis”, pasokan tenaga kerja di Jerman tidak mengalami pertumbuhan berarti sepanjang 2012-2020.
Bahkan, terjadi minus 0,40% dalam kurun waktu tersebut. Diprediksikan kekurangan tenaga kerja akan meningkat hingga tahun 2030 mendatang.
Melansir laman DW pada 24 Agustus 2021, Jerman akan menghadapi kekurangan tenaga kerja yang sangat besar.
Namun hal ini akan mampu teratasi apabila Jerman bersedia merekrut banyak imigran kerja dengan keterampilan baik. Umumnya para imigran ini akan menggantikan warga Jerman yang pensiun.
Pada 2021, Jerman memiliki penduduk usia kerja yang menyusut sebanyak 150 ribu dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Atas kondisi tersebut, pemerintah Jerman membutuhkan setidaknya 400 ribu imigran per tahun dengan berbagai profesi, seperti perawat, teknisi, dan akademisi.
2. Polandia
Serupa dengan Jerman, Polandia juga masuk ke dalam daftar negara yang minim tenaga kerja. Sepanjang tahun 2012-2020, tenaga kerja di negara tersebut minus 0,40 %.
Hingga 10 tahun mendatang, Polandia dikhawatirkan akan terus mengalami kekurangan tenaga kerja hingga 0,89%.
Situs The First News pada 6 Juli 2021 menyebutkan, krisis tenaga kerja dalam sektor perhotelan akan menyebabkan masalah di kemudian hari.
Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini. Banyak pekerja pada bidang ini yang meninggalkan pekerjaannya karena pembatasan dan penguncian wilayah. Setelah pembatasan wilayah ditiadakan, mereka pun tidak ingin kembali bekerja.
Padahal pemerintah Polandia telah melonggarkan kebijakan pembatasan wilayah dan memperbolehkan hotel, tempat rekreasi, dan tempat hiburan untuk kembali beroperasi.
Kapasitas pengunjungnya pun ditingkatkan menjadi 75 %. Namun, hal ini dipandang akan sulit. Mengingat, banyaknya pegawai yang berhenti dari pekerjaan mereka.
Para pengusaha di Polandia tetap memandang optimis fenomena yang mereka hadapi ini. Penawaran kerja diharapkan akan lebih masif daripada tingkat PHK-nya.
3. Rusia
Dengan jumlah penduduk 144,1 juta, Rusia turut mengalami kelangkaan tenaga kerja. Bukannya tumbuh, jumlah tenaga kerja di negara itu di tahun 2012 hingga 2020 justru minus 0,58%.
Diprediksi, angkanya akan bertambah hingga 0,81% hingga 2030. Mengatasi kelangkaan tenaga kerja ini, pemerintah Rusia akan mendatangkan tenaga kerja imigran dan meningkatkan GDP.
Adapun negara-negara yang akan menjadi tujuan pengambilan tenaga kerja adalah Uzbekistan, Kirgistan, dan Tajikistan.
Rusia diketahui memiliki ketergantungan dengan para tenaga kerja asing dari Asia Tengah dalam beberapa bidang. Seperti pembersihan jalan raya, pekerja pabrik, kurir pengirim paket, dan juru masak.
Rencana lainnya, pemerintah Rusia juga akan mendatangkan tenaga kerja andal dari beberapa negara EAEU (Eurasian Economic Union), yakni Armenia, Belarusia, dan Kazakhstan. Langkah ini dipandang positif mampu menambah GDP Rusia sebesar 2,3% di tahun 2030.
Negara apa saja yang mengalami kekurangan tenaga kerja? Berikut ulasannya.
1. Jerman
Jerman menjadi salah satu negara yang kekurangan tenaga kerja. Menurut data yang dipublikasikan The Boston Consulting Group dalam laporan berjudul “The Global Workface Crisis”, pasokan tenaga kerja di Jerman tidak mengalami pertumbuhan berarti sepanjang 2012-2020.
Bahkan, terjadi minus 0,40% dalam kurun waktu tersebut. Diprediksikan kekurangan tenaga kerja akan meningkat hingga tahun 2030 mendatang.
Melansir laman DW pada 24 Agustus 2021, Jerman akan menghadapi kekurangan tenaga kerja yang sangat besar.
Namun hal ini akan mampu teratasi apabila Jerman bersedia merekrut banyak imigran kerja dengan keterampilan baik. Umumnya para imigran ini akan menggantikan warga Jerman yang pensiun.
Pada 2021, Jerman memiliki penduduk usia kerja yang menyusut sebanyak 150 ribu dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Atas kondisi tersebut, pemerintah Jerman membutuhkan setidaknya 400 ribu imigran per tahun dengan berbagai profesi, seperti perawat, teknisi, dan akademisi.
2. Polandia
Serupa dengan Jerman, Polandia juga masuk ke dalam daftar negara yang minim tenaga kerja. Sepanjang tahun 2012-2020, tenaga kerja di negara tersebut minus 0,40 %.
Hingga 10 tahun mendatang, Polandia dikhawatirkan akan terus mengalami kekurangan tenaga kerja hingga 0,89%.
Situs The First News pada 6 Juli 2021 menyebutkan, krisis tenaga kerja dalam sektor perhotelan akan menyebabkan masalah di kemudian hari.
Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini. Banyak pekerja pada bidang ini yang meninggalkan pekerjaannya karena pembatasan dan penguncian wilayah. Setelah pembatasan wilayah ditiadakan, mereka pun tidak ingin kembali bekerja.
Padahal pemerintah Polandia telah melonggarkan kebijakan pembatasan wilayah dan memperbolehkan hotel, tempat rekreasi, dan tempat hiburan untuk kembali beroperasi.
Kapasitas pengunjungnya pun ditingkatkan menjadi 75 %. Namun, hal ini dipandang akan sulit. Mengingat, banyaknya pegawai yang berhenti dari pekerjaan mereka.
Para pengusaha di Polandia tetap memandang optimis fenomena yang mereka hadapi ini. Penawaran kerja diharapkan akan lebih masif daripada tingkat PHK-nya.
3. Rusia
Dengan jumlah penduduk 144,1 juta, Rusia turut mengalami kelangkaan tenaga kerja. Bukannya tumbuh, jumlah tenaga kerja di negara itu di tahun 2012 hingga 2020 justru minus 0,58%.
Diprediksi, angkanya akan bertambah hingga 0,81% hingga 2030. Mengatasi kelangkaan tenaga kerja ini, pemerintah Rusia akan mendatangkan tenaga kerja imigran dan meningkatkan GDP.
Adapun negara-negara yang akan menjadi tujuan pengambilan tenaga kerja adalah Uzbekistan, Kirgistan, dan Tajikistan.
Rusia diketahui memiliki ketergantungan dengan para tenaga kerja asing dari Asia Tengah dalam beberapa bidang. Seperti pembersihan jalan raya, pekerja pabrik, kurir pengirim paket, dan juru masak.
Rencana lainnya, pemerintah Rusia juga akan mendatangkan tenaga kerja andal dari beberapa negara EAEU (Eurasian Economic Union), yakni Armenia, Belarusia, dan Kazakhstan. Langkah ini dipandang positif mampu menambah GDP Rusia sebesar 2,3% di tahun 2030.
(sya)
tulis komentar anda