Jenderal AS: China Manfaatkan Covid-19 untuk Klaim Laut China Selatan
Sabtu, 06 Juni 2020 - 02:36 WIB
TOKYO - China memafaatkan pandemi virus corona baru (Covid-19) sebagai kedok untuk mendorong klaim teritorial di Laut China Selatan melalui lonjakan aktivitas Angkatan Laut-nya. Hal tersebut disampaikan komandan Pasukan Amerika Serikat (AS) di Jepang, Letnan Jenderal Kevin Schneider.
Jenderal Amerika tersebut mengatakan manuver Angkatan Laut Beijing yang gencar bertujuan untuk mengintimidasi negara-negara lain yang terlibat sengketa klaim wilayah Laut China Selatan.
Menurut Schneider telah ada lonjakan aktivitas militer oleh China di perairan sengketa tersebut termasuk pengerahan kapal-kapal Angkatan Laut, kapal-kapal penjaga pantai dan kelompok kapal penangkap ikan dalam melecehkan kapal-kapal negara lain yang berada di perairan yang diklaim Beijing.
"Melalui krisis Covid-19 kami melihat lonjakan aktivitas maritim," katanya kepada Reuters dalam wawancara telepon, Jumat, yang dilansir Sabtu (6/6/2020). Dia mengatakan Beijing juga meningkatkan aktivitasnya di Laut China Timur, di mana Beijing terlibat sengketa wilayah dengan Tokyo. (Baca: China Usir Kapal Perang AS Bersenjata Rudal dari Laut China Selatan )
Schneider memprediksi peningkatan aktivitas militer Beijing akan terus berlanjut. "Saya tidak melihat palung, saya melihat dataran tinggi," katanya, merujuk pada gencarnya aktvitas militer China.
China sendiri mengatakan kegiatan maritimnya di Laut China Selatan bertujuan damai. Kantor pers di Kedutaan Besar China di Tokyo belum bersia memberikan komentar di luar jam kerja normal.
Jepang menjadi tuan rumah konsentrasi pasukan AS terbesar di Asia, termasuk kelompok tempur kapal induk, pasukan ekspedisi amfibi dan skuadron tempur. Selain membela Jepang, berbagai peralatan tempur itu dikerahkan untuk mencegah China memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut, termasuk di Laut Cina Selatan.
Kritik terbaru AS terhadap China muncul ketika hubungan kedua negara semakin tegang di tengah tuduhan oleh Washington bahwa Beijing gagal memperingatkannya dengan cukup cepat tentang coronavirus. China menampik kritik itu sebagai upaya pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menutupi kesalahannya sendiri.
Beijing telah membangun pangkalan-pangkalan militer di atas terumbu di Laut China Selatan yang kaya energi, di atau dekat perairan yang diklaim oleh negara-negara lain, termasuk Filipina, Vietnam, dan Malaysia. Pihaknya memberlakukan larangan penangkapan ikan secara sepihak sampai 16 Agustus.
Jenderal Amerika tersebut mengatakan manuver Angkatan Laut Beijing yang gencar bertujuan untuk mengintimidasi negara-negara lain yang terlibat sengketa klaim wilayah Laut China Selatan.
Menurut Schneider telah ada lonjakan aktivitas militer oleh China di perairan sengketa tersebut termasuk pengerahan kapal-kapal Angkatan Laut, kapal-kapal penjaga pantai dan kelompok kapal penangkap ikan dalam melecehkan kapal-kapal negara lain yang berada di perairan yang diklaim Beijing.
"Melalui krisis Covid-19 kami melihat lonjakan aktivitas maritim," katanya kepada Reuters dalam wawancara telepon, Jumat, yang dilansir Sabtu (6/6/2020). Dia mengatakan Beijing juga meningkatkan aktivitasnya di Laut China Timur, di mana Beijing terlibat sengketa wilayah dengan Tokyo. (Baca: China Usir Kapal Perang AS Bersenjata Rudal dari Laut China Selatan )
Schneider memprediksi peningkatan aktivitas militer Beijing akan terus berlanjut. "Saya tidak melihat palung, saya melihat dataran tinggi," katanya, merujuk pada gencarnya aktvitas militer China.
China sendiri mengatakan kegiatan maritimnya di Laut China Selatan bertujuan damai. Kantor pers di Kedutaan Besar China di Tokyo belum bersia memberikan komentar di luar jam kerja normal.
Jepang menjadi tuan rumah konsentrasi pasukan AS terbesar di Asia, termasuk kelompok tempur kapal induk, pasukan ekspedisi amfibi dan skuadron tempur. Selain membela Jepang, berbagai peralatan tempur itu dikerahkan untuk mencegah China memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut, termasuk di Laut Cina Selatan.
Kritik terbaru AS terhadap China muncul ketika hubungan kedua negara semakin tegang di tengah tuduhan oleh Washington bahwa Beijing gagal memperingatkannya dengan cukup cepat tentang coronavirus. China menampik kritik itu sebagai upaya pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menutupi kesalahannya sendiri.
Beijing telah membangun pangkalan-pangkalan militer di atas terumbu di Laut China Selatan yang kaya energi, di atau dekat perairan yang diklaim oleh negara-negara lain, termasuk Filipina, Vietnam, dan Malaysia. Pihaknya memberlakukan larangan penangkapan ikan secara sepihak sampai 16 Agustus.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda