Tersesat, Pinguin Antartika Ini Berenang 3.000 km ke Selandia Baru
Jum'at, 12 November 2021 - 19:31 WIB
WELLINGTON - Seekor penguin Antartika yang tersesat berenang hinggake pantai Selandia Baru , atau setidaknya 3.000 kilometer jauhnya dari habitat aslinya. Ini adalah insiden ketiga yang tercatat dari penguin jenis Adelie ditemukan tersasar di pantai Selandia Baru.
Pinguin yang kini diberi nama Pingu oleh penduduk setempat itu ditemukan tampak tersesat di pantai. Penduduk setempat yang menemukannya, Harry Sing mengatakan, dia pada awalnya mengira pinguin itu adalah "mainan lunak".
Singh dan istrinya pertama kali menemukan pinguin itu ketika mereka sedang berjalan-jalan setelah seharian bekerja di pantai di Birdlings Flat, sebuah pemukiman di selatan kota Christchurch.
"Pertama saya pikir itu adalah mainan lunak, tiba-tiba pinguin itu menggerakkan kepalanya, jadi saya menyadari itu nyata," kata Singh seperti dikutip dari BBC, Jumat (12/11/2021).
Rekaman pinguin yang kemudian diposting di halaman Facebook Singh, menunjukkan pinguin itu tampak tersesat dan sendirian.
"(Pinguin) itu tidak bergerak selama satu jam dan (terlihat) kelelahan," ungkap Singh.
Singh kemudian memanggil penyelamat pinguin karena dia khawatir binatang itu tidak masuk ke air, sehingga menjadikannya target potensial bagi hewan pemangsa lain yang berkeliaran di pantai.
"Kami tidak ingin itu berakhir di perut anjing atau kucing," katanya.
Dia akhirnya berhasil menghubungi Thomas Stracke, yang telah merehabilitasi pinguin di Pulau Selatan Selandia Baru selama sekitar 10 tahun.
Stracke terkejut menemukan bahwa pinguin itu adalah pinguin Adelie, spesies yang hidup secara eksklusif di semenanjung Antartika. Stracke, bersama dengan seorang dokter hewan, telah menyelamatkan pinguin pada malam yang sama.
Tes darah yang dilakukan pada Pingu menunjukkan bahwa ia sedikit kurus dan mengalami dehidrasi. Sejak itu telah diberikan cairan dan diberi makan melalui selang makanan.
Burung itu akhirnya akan dilepaskan ke pantai yang aman di Banks Peninsula, yang bebas dari anjing.
Penemuan ini yang ketiga dalam sejarah bahwa pinguin Adelie telah ditemukan di pantai Selandia Baru, setelah dua insiden pada tahun 1993 dan 1962.
Kemunculan pinguin Adelie jarang terjadi di Selandia Baru, tetapi jika lebih banyak muncul di masa depan, itu bisa menjadi tanda yang mengkhawatirkan, kata para ahli.
"Saya pikir jika kita mulai mendapatkan kedatangan pinguin Adelie tahunan, kita akan benar-benar pergi, ada sesuatu yang berubah di lautan yang perlu kita pahami," profesor zoologi Universitas Otago Philip Seddon mengatakan kepada situs berita The Guardian.
"Lebih banyak penelitian akan memberi kita lebih banyak pemahaman ke mana pinguin pergi, apa yang mereka lakukan, seperti apa tren populasinya - mereka akan memberi tahu kita sesuatu tentang kesehatan ekosistem laut itu secara umum," pungkasnya.
Pinguin yang kini diberi nama Pingu oleh penduduk setempat itu ditemukan tampak tersesat di pantai. Penduduk setempat yang menemukannya, Harry Sing mengatakan, dia pada awalnya mengira pinguin itu adalah "mainan lunak".
Singh dan istrinya pertama kali menemukan pinguin itu ketika mereka sedang berjalan-jalan setelah seharian bekerja di pantai di Birdlings Flat, sebuah pemukiman di selatan kota Christchurch.
"Pertama saya pikir itu adalah mainan lunak, tiba-tiba pinguin itu menggerakkan kepalanya, jadi saya menyadari itu nyata," kata Singh seperti dikutip dari BBC, Jumat (12/11/2021).
Rekaman pinguin yang kemudian diposting di halaman Facebook Singh, menunjukkan pinguin itu tampak tersesat dan sendirian.
"(Pinguin) itu tidak bergerak selama satu jam dan (terlihat) kelelahan," ungkap Singh.
Singh kemudian memanggil penyelamat pinguin karena dia khawatir binatang itu tidak masuk ke air, sehingga menjadikannya target potensial bagi hewan pemangsa lain yang berkeliaran di pantai.
"Kami tidak ingin itu berakhir di perut anjing atau kucing," katanya.
Dia akhirnya berhasil menghubungi Thomas Stracke, yang telah merehabilitasi pinguin di Pulau Selatan Selandia Baru selama sekitar 10 tahun.
Stracke terkejut menemukan bahwa pinguin itu adalah pinguin Adelie, spesies yang hidup secara eksklusif di semenanjung Antartika. Stracke, bersama dengan seorang dokter hewan, telah menyelamatkan pinguin pada malam yang sama.
Tes darah yang dilakukan pada Pingu menunjukkan bahwa ia sedikit kurus dan mengalami dehidrasi. Sejak itu telah diberikan cairan dan diberi makan melalui selang makanan.
Baca Juga
Burung itu akhirnya akan dilepaskan ke pantai yang aman di Banks Peninsula, yang bebas dari anjing.
Penemuan ini yang ketiga dalam sejarah bahwa pinguin Adelie telah ditemukan di pantai Selandia Baru, setelah dua insiden pada tahun 1993 dan 1962.
Kemunculan pinguin Adelie jarang terjadi di Selandia Baru, tetapi jika lebih banyak muncul di masa depan, itu bisa menjadi tanda yang mengkhawatirkan, kata para ahli.
"Saya pikir jika kita mulai mendapatkan kedatangan pinguin Adelie tahunan, kita akan benar-benar pergi, ada sesuatu yang berubah di lautan yang perlu kita pahami," profesor zoologi Universitas Otago Philip Seddon mengatakan kepada situs berita The Guardian.
"Lebih banyak penelitian akan memberi kita lebih banyak pemahaman ke mana pinguin pergi, apa yang mereka lakukan, seperti apa tren populasinya - mereka akan memberi tahu kita sesuatu tentang kesehatan ekosistem laut itu secara umum," pungkasnya.
(ian)
tulis komentar anda