Utusan Khusus AS Mengaku Bertemu Kepala Militer Sudan Satu Hari Sebelum Kudeta

Sabtu, 30 Oktober 2021 - 12:07 WIB
Warga Sudan memprotes aksi kudeta yang dilakukan militer. FOTO/Reuters
WASHINGTON - Seorang utusan senior Amerika Serikat (AS) untuk wilayah Tanduk Afrika, di Afrika Timur, Jeffrey Feltman mengaku bertemu dengan pemimpin militer Sudan , Jenderal Abdel Fattah al-Burhan sehari sebelum militer negara itu merebut kekuasaan dari pemerintah transisi dalam sebuah kudeta.

“Saya melihatnya dua kali. Dua setengah jam pada hari Sabtu, sekitar satu jam pada hari Minggu. Pada hari Minggu, itu satu lawan satu. Dan, dia berbicara kepada saya tentang keprihatinannya dengan transisi, apa yang dia lihat sebagai batu sandungan dalam transisi, masalah dalam transisi, kekacauan di sisi sipil, kurangnya beberapa institusi,” kata Feltman, seperti dikutip dari presstv.ir, Jumat (29/10/2021).



Menurutya, Burhan tidak pernah mengisyaratkan bahwa dia akan membubarkan pemerintah melalui alat-alat militer. Burhan justru berdiskusi dengan Washington tentang cara untuk mengatasi “kekhawatirannya yang nyata tentang bagaimana transisi itu berjalan”.

Feltman juga mengklaim bahwa dia telah memperingatkan Burhan untuk tidak mengambil langkah apa pun terhadap pemerintahan sipil yang mengawasi transisi demokrasi. Pejabat tinggi AS itu mengatakan, Burhan akan segera menyadari bahwa tidak mudah untuk mengembalikan Sudan "ke masa lalu yang kelam", mengingat tekad para pengunjuk rasa untuk mencegah skenario seperti itu bersama dengan tekanan besar dunia internasional dan regional pada jenderal Sudan.



Namun nyatanya, di awal pekan ini Burhan memerintahkan pembubaran pemerintah dan menyatakan keadaan darurat. Dia juga bersumpah untuk membentuk apa yang dia sebut pemerintah yang kompeten.

Perdana Menteri Abdalla Hamdok ditahan dan dijadikan tahanan rumah. Beberapa anggota kepemimpinan sipil negara itu juga ditahan.



Burhan membantah perebutan kekuasaan oleh tentara merupakan kudeta, dengan mengatakan pemerintah transisi digulingkan untuk menghindari perang saudara di negara Afrika itu. Beberapa jam setelah kudeta militer, koalisi oposisi utama Sudan menyerukan pembangkangan sipil dan protes di seluruh negeri.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More