Rusia Janji Beri Bantuan untuk Afghanistan, Tapi Belum Mau Akui Pemerintahan Taliban

Rabu, 20 Oktober 2021 - 15:30 WIB
Delegasi Taliban di Moskow. FOTO/Reuters
MOSKOW - Rusia , China, dan Pakistan bersedia memberikan bantuan ke Afghanistan , tetapi Moskow mengatakan pihaknya belum siap untuk mengakui pemerintah Taliban . Demikian ditegaskan Kementerian Luar Negeri Rusia.

Janji bantuan kemanusiaan dan dukungan ekonomi datang setelah pembicaraan antara pejabat Rusia, China dan Pakistan, yang akan bergabung dengan perwakilan penguasa Afghanistan pada pertemuan di Moskow, Rabu (20/10/2021).





Tetapi, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, Rusia menahan pengakuan dari Taliban sambil menunggu mereka memenuhi janji yang mereka buat ketika mereka mengambil alih kekuasaan. Termasuk inklusivitas politik dan etnis dari pemerintahan baru.

"Pengakuan resmi terhadap Taliban tidak sedang dibahas untuk saat ini," kata Lavrov kepada wartawan. “Seperti kebanyakan negara berpengaruh lainnya di kawasan ini, kami berhubungan dengan mereka. Kami mendorong mereka untuk memenuhi janji yang mereka buat ketika mereka berkuasa,” lanjutnya.

Sementara Zamir Kabulov, perwakilan khusus Presiden Vladimir Putin di Afghanistan, mengatakan, pekan lalu bahwa dia tidak mengharapkan ada terobosan besar dalam pembicaraan tersebut.



Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menggambarkan mereka sebagai “upaya untuk mengetahui apa yang akan terjadi di Afghanistan ke depan.”

Kritikus mengatakan, mantan gerakan pemberontak itu mundur dari janji untuk tidak mengesampingkan perempuan dan minoritas, atau menganiaya musuh. Pada pertengahan Agustus, pemerintah Afghanistan runtuh ketika Amerika Serikat dan sekutunya menarik pasukan setelah 20 tahun di tanah, memimpin Taliban untuk merebut kekuasaan dalam serangan kilat.

Rusia, yang melakukan perangnya sendiri yang membawa malapetaka di Afghanistan dari 1979 hingga 1989, mencoba mengambil inisiatif diplomatik untuk menghindari ketidakstabilan di kawasan yang lebih luas yang dapat merusak kepentingannya. Secara khusus dikhawatirkan oleh kemungkinan militan merembes ke bekas republik Soviet di Asia Tengah, wilayah yang dilihat Moskow sebagai penyangga pertahanan.
(esn)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More