China: AS Jadikan Ancaman Rudal Hipersonik Alasan Ekspansi Militer
Rabu, 20 Oktober 2021 - 03:33 WIB
BEIJING - Amerika Serikat (AS) dituding sengaja membesar-besarkan laporan uji coba rudal hipersonik yang dilakukan China agar bisa membenarkan ekspansi militer dan melanjutkan hegemoninya. Tudingan itu dilemparkan Kementerian Luar Negeri China.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan Beijing dengan tegas menentang AS yang terus membesar-besarkan teori ancaman China. Dia menyatakan bahwa satu-satunya kepentingan Beijing adalah membela diri, dan mengklaim tidak akan terlibat dalam perlombaan senjata nuklir dengan negara mana pun.
“Pengembangan kemampuan militer yang diperlukan China sepenuhnya untuk melindungi kepentingan keamanan nasionalnya yang sah. Pertumbuhan kekuatan China adalah pertumbuhan kekuatan damai,” katanya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (20/10/2021).
Ia menambahkan bahwa tidak ada negara yang harus melawan pasukan China jika mereka tidak mengancam kedaulatan Beijing.
Wang mengklaim histeria atas peluncuran roket hipersonik China hanyalah upaya AS untuk mencari alasan lain guna memperluas kekuatan militernya dan mencari keuntungan keamanan mutlak.
Dia mengatakan para pejabat AS menciptakan narasi mereka sendiri dengan membicarakan kemajuan teknologi China sambil mengabaikan fakta bahwa Washington memiliki persenjataan nuklir terbesar dan tercanggih di dunia dan harus menginvestasikan triliunan dolar untuk meningkatkan triad nuklir – referensi ke tiga metode AS dalam menyebarkan senjata nuklir: dari darat, kapal selam, dan udara.
Wang menambahkan bahwa AS terus mendorong mentalitas perang dinginnya, dan kurangnya komitmennya terhadap perjanjian perlucutan senjata nuklir. Ia mencatat penarikan Washington dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik dan Perjanjian Rudal Jangka Menengah.
Setelah laporan muncul pada hari Sabtu bahwa China telah melakukan uji coba rudal hipersonik yang mengelilingi dunia pada bulan Agustus, Robert Wood, duta besar perlucutan senjata Amerika, mengatakan Washington sangat prihatin.
Wood mengklaim AS telah menahan diri dari mengejar senjata hipersonik dan Washington harus menanggapi perkembangan ini, dengan mencatat perkembangan terbaru Rusia di bidang ini juga.
“Kami hanya tidak tahu bagaimana kami bisa bertahan melawan jenis teknologi itu. China atau Rusia juga tidak,” akunya.
Pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian berpendapat bahwa uji coba yang banyak digembar-gemborkan itu hanyalah tes pesawat ruang angkasa rutin untuk mengevaluasi teknologi yang dapat digunakan kembali dalam roket.
"Ini sangat penting untuk mengurangi biaya pesawat ruang angkasa. Penggunaan ruang angkasa yang damai menyediakan cara yang nyaman dan murah untuk bepergian," terang Zhao.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan Beijing dengan tegas menentang AS yang terus membesar-besarkan teori ancaman China. Dia menyatakan bahwa satu-satunya kepentingan Beijing adalah membela diri, dan mengklaim tidak akan terlibat dalam perlombaan senjata nuklir dengan negara mana pun.
“Pengembangan kemampuan militer yang diperlukan China sepenuhnya untuk melindungi kepentingan keamanan nasionalnya yang sah. Pertumbuhan kekuatan China adalah pertumbuhan kekuatan damai,” katanya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (20/10/2021).
Ia menambahkan bahwa tidak ada negara yang harus melawan pasukan China jika mereka tidak mengancam kedaulatan Beijing.
Wang mengklaim histeria atas peluncuran roket hipersonik China hanyalah upaya AS untuk mencari alasan lain guna memperluas kekuatan militernya dan mencari keuntungan keamanan mutlak.
Dia mengatakan para pejabat AS menciptakan narasi mereka sendiri dengan membicarakan kemajuan teknologi China sambil mengabaikan fakta bahwa Washington memiliki persenjataan nuklir terbesar dan tercanggih di dunia dan harus menginvestasikan triliunan dolar untuk meningkatkan triad nuklir – referensi ke tiga metode AS dalam menyebarkan senjata nuklir: dari darat, kapal selam, dan udara.
Wang menambahkan bahwa AS terus mendorong mentalitas perang dinginnya, dan kurangnya komitmennya terhadap perjanjian perlucutan senjata nuklir. Ia mencatat penarikan Washington dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik dan Perjanjian Rudal Jangka Menengah.
Setelah laporan muncul pada hari Sabtu bahwa China telah melakukan uji coba rudal hipersonik yang mengelilingi dunia pada bulan Agustus, Robert Wood, duta besar perlucutan senjata Amerika, mengatakan Washington sangat prihatin.
Wood mengklaim AS telah menahan diri dari mengejar senjata hipersonik dan Washington harus menanggapi perkembangan ini, dengan mencatat perkembangan terbaru Rusia di bidang ini juga.
“Kami hanya tidak tahu bagaimana kami bisa bertahan melawan jenis teknologi itu. China atau Rusia juga tidak,” akunya.
Pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian berpendapat bahwa uji coba yang banyak digembar-gemborkan itu hanyalah tes pesawat ruang angkasa rutin untuk mengevaluasi teknologi yang dapat digunakan kembali dalam roket.
"Ini sangat penting untuk mengurangi biaya pesawat ruang angkasa. Penggunaan ruang angkasa yang damai menyediakan cara yang nyaman dan murah untuk bepergian," terang Zhao.
(ian)
tulis komentar anda