Tetangga Indonesia Ini Luncurkan Misi ke Bulan pada 2026
Kamis, 14 Oktober 2021 - 09:31 WIB
CANBERRA - Australia , negara tetangga Indonesia , akan meluncurkan misi eksplorasi ke Bulan untuk pertama kalinya pada awal 2026 mendatang. Canberra akan mengirimkan sebuah rover buatannya sendiri yang akan dioperasikan Badan Penerbangan dan Antarika (NASA) Amerika Serikat (AS).
Australia telah menandatangani kesepakatan dengan NASA untuk mengembangkan rover atau kendaraan penjelajah kecil yang akan memiliki kemampuan untuk mengambil batu dan debu bulan dan membawanya kembali ke pendarat Bulan yang dioperasikan oleh NASA.
Tanah Bulan atau regolith diperkirakan mengandung oksigen dalam bentuk oksida. NASA, dengan peralatan terpisah, akan bertujuan untuk mengekstrak oksigen dari sampel.
"Ini adalah langkah kunci untuk membangun kehadiran manusia yang berkelanjutan di Bulan, serta mendukung misi masa depan ke Mars," kata pemerintah Australia dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip CNN, Kamis (14/10/2021).
Perjanjian tersebut, yang mencakup kontribusi sebesar 50 juta dollar Australia (USD37 juta), merupakan bagian dari inisiatif Bulan ke Mars Australia.
"Ini adalah sejarah Bulan untuk Australia. Kami akan melihat bisnis Australia, penelitian, merancang dan membangun sebuah rover yang akan pergi ke Bulan dan melakukan beberapa sains menarik," kata Enrico Palermo, kepala Badan Antariksa Australia (ASA) dalam program televisi "Today".
Palermo mengatakan Australia berada di ujung tombak teknologi dan sistem robotika untuk operasi jarak jauh, yang akan menjadi pusat pengaturan kehadiran berkelanjutan di Bulan dan akhirnya mendukung eksplorasi manusia di Mars.
Administrator NASA Bill Nelson mengatakan kesepakatan dengan Australia memperluas koalisi negara-negara yang mendukung kembalinya umat manusia ke Bulan di bawah program Artemis.
Australia telah menandatangani kesepakatan dengan NASA untuk mengembangkan rover atau kendaraan penjelajah kecil yang akan memiliki kemampuan untuk mengambil batu dan debu bulan dan membawanya kembali ke pendarat Bulan yang dioperasikan oleh NASA.
Tanah Bulan atau regolith diperkirakan mengandung oksigen dalam bentuk oksida. NASA, dengan peralatan terpisah, akan bertujuan untuk mengekstrak oksigen dari sampel.
"Ini adalah langkah kunci untuk membangun kehadiran manusia yang berkelanjutan di Bulan, serta mendukung misi masa depan ke Mars," kata pemerintah Australia dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip CNN, Kamis (14/10/2021).
Perjanjian tersebut, yang mencakup kontribusi sebesar 50 juta dollar Australia (USD37 juta), merupakan bagian dari inisiatif Bulan ke Mars Australia.
"Ini adalah sejarah Bulan untuk Australia. Kami akan melihat bisnis Australia, penelitian, merancang dan membangun sebuah rover yang akan pergi ke Bulan dan melakukan beberapa sains menarik," kata Enrico Palermo, kepala Badan Antariksa Australia (ASA) dalam program televisi "Today".
Palermo mengatakan Australia berada di ujung tombak teknologi dan sistem robotika untuk operasi jarak jauh, yang akan menjadi pusat pengaturan kehadiran berkelanjutan di Bulan dan akhirnya mendukung eksplorasi manusia di Mars.
Administrator NASA Bill Nelson mengatakan kesepakatan dengan Australia memperluas koalisi negara-negara yang mendukung kembalinya umat manusia ke Bulan di bawah program Artemis.
Lihat Juga :
tulis komentar anda