Di Hadapan PM Israel, Merkel Tegaskan Palestina Harus Hidup dalam Keadaan Aman
Senin, 11 Oktober 2021 - 05:00 WIB
YERUSALEM - Kanselir Jerman yang akan segera pensiun, Angle Merkel melakukan kunjungan resmi terakhir ke Israel pada akhir pekan lalu. Kunjungan ini dilakukan di tengah perbedaan antara dua negara bersekutu itu mengenai isu-isu kunci, yakni program nuklir Iran dan pembentukan negara Palestina.
Merkel mengatakan pada Minggu (10/10), bahwa Jerman tetap berkomitmen untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir internasional dengan Iran, sebuah langkah yang ditentang keras oleh Israel. Dia juga mengatakan Jerman percaya solusi dua negara tetap menjadi cara terbaik untuk mengakhiri konflik Israel selama puluhan tahun dengan Palestina.
“Saya pikir pada titik ini, bahkan jika pada tahap ini tampaknya hampir tidak ada harapan, gagasan solusi dua negara tidak boleh diambil dari meja, tidak boleh dikubur. Dan, bahwa Palestina harus dapat hidup dalam keadaan aman," kata Merkel pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Naftali Bennett, seperti dikutip dari Aljazeera.
Merkel juga mengatakan, pembangunan pemukiman Israel di wilayah pendudukan tidak akan membantu mengatasi masalah. Hingga kini, perluasan pemukiman Yahudi di Palestina memang kerap menimbulkan bentrokan mematikan.
Jerman adalah pemain utama dalam kesepakatan nuklir internasional 2015 dengan Iran. Kesepakatan itu berantakan setelah Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, dengan dukungan Israel, menarik diri dari perjanjian pada 2018.
Pemerintahan Biden telah berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu – yang dikenal sebagai JCPOA – atas keberatan Israel. “Saya tidak pernah menganggap JCPOA ideal, tetapi itu lebih baik daripada tidak memiliki kesepakatan,” kata Merkel.
Menurutnya, situasinya "sangat sulit", karena Iran terus memperkaya uranium. "Kami menghadapi minggu-minggu kritis seputar pertanyaan ini," katanya.
Sementara Israel, yang tak lain adalah musuh terbesar Iran, tetap menuduh Iran tengah mencoba mengembangkan senjata nuklir. “Tidak ada gunanya mencoba menenangkan Iran. Mereka menafsirkan konsiliasi sebagai kelemahan. Ini adalah titik kritis dalam waktu, dan posisi Jerman sangat penting,” kata Bennett.
Merkel mengatakan pada Minggu (10/10), bahwa Jerman tetap berkomitmen untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir internasional dengan Iran, sebuah langkah yang ditentang keras oleh Israel. Dia juga mengatakan Jerman percaya solusi dua negara tetap menjadi cara terbaik untuk mengakhiri konflik Israel selama puluhan tahun dengan Palestina.
“Saya pikir pada titik ini, bahkan jika pada tahap ini tampaknya hampir tidak ada harapan, gagasan solusi dua negara tidak boleh diambil dari meja, tidak boleh dikubur. Dan, bahwa Palestina harus dapat hidup dalam keadaan aman," kata Merkel pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Naftali Bennett, seperti dikutip dari Aljazeera.
Merkel juga mengatakan, pembangunan pemukiman Israel di wilayah pendudukan tidak akan membantu mengatasi masalah. Hingga kini, perluasan pemukiman Yahudi di Palestina memang kerap menimbulkan bentrokan mematikan.
Jerman adalah pemain utama dalam kesepakatan nuklir internasional 2015 dengan Iran. Kesepakatan itu berantakan setelah Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, dengan dukungan Israel, menarik diri dari perjanjian pada 2018.
Pemerintahan Biden telah berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu – yang dikenal sebagai JCPOA – atas keberatan Israel. “Saya tidak pernah menganggap JCPOA ideal, tetapi itu lebih baik daripada tidak memiliki kesepakatan,” kata Merkel.
Menurutnya, situasinya "sangat sulit", karena Iran terus memperkaya uranium. "Kami menghadapi minggu-minggu kritis seputar pertanyaan ini," katanya.
Sementara Israel, yang tak lain adalah musuh terbesar Iran, tetap menuduh Iran tengah mencoba mengembangkan senjata nuklir. “Tidak ada gunanya mencoba menenangkan Iran. Mereka menafsirkan konsiliasi sebagai kelemahan. Ini adalah titik kritis dalam waktu, dan posisi Jerman sangat penting,” kata Bennett.
(esn)
tulis komentar anda