Taliban Ingkar Janji, Minoritas Syiah Afghanistan Ancam Lanjutkan Bentrokan
Rabu, 22 September 2021 - 17:14 WIB
KABUL - Etnis Hazara, kelompok minoritas Syiah di Afghanistan , mengancam akan melanjutkan konfrontasi bersenjata dengan Taliban jika mereka ingkar janji dan tidak menahan diri dari tirani. Hal itu ditegaskan mantan Wakil Presiden Karim Khalili, yang memimpin Hazara, salah satu pemimpin utama kelompok etnis itu.
“Sejauh ini, kita telah melihat Kabinet sementara (Taliban), yang sama sekali tidak inklusif. Kelanjutan kursus ini tidak dapat diterima oleh kekuatan (politik) dan kelompok etnis lainnya,” tegas Khalili.
"Situasi ini pasti akan menjadi tak tertahankan bagi Tajik dan Uzbek, dan mereka, bersama dengan Hazara, akan kembali ke medan perang," kata pemimpin Hazara itu seperti dikutip dari TASS, Rabu (22/9/2021).
Sementara itu, Khalili berharap dengan adanya tekanan dari komunitas global, Taliban tidak memaksakan kehendaknya kepada seluruh penduduk dan perang saudara dapat dihindari.
“Kami masih berjuang untuk itu dan berharap bahwa Taliban akan belajar dari (pengalaman) tahun 1990-an dan akan siap untuk mendirikan pemerintahan yang inklusif dan menahan diri dari tirani,” lanjut Khalili.
"Kita tidak boleh dipaksa untuk menempuh jalan perlawanan bersenjata untuk melindungi kehidupan dan hak-hak dasar rakyat kita," Khalili memperingatkan. Menurut Khalili, perkembangan di Afghanistan bukan hanya masalah internal tetapi juga ancaman keamanan global.
“Saya berharap kemiskinan, perang dan obat-obatan di satu sisi serta kurangnya sistem pemerintahan yang sah yang ditegakkan oleh rakyat dan komunitas global di sisi lain, tidak akan mengembalikan Afghanistan menjadi tempat berkembang biak bagi kelompok teroris, yang tidak hanya akan menghancurkan wilayah itu sendiri, tetapi juga menimbulkan ancaman bagi keamanan internasional," pungkas Khalili.
“Sejauh ini, kita telah melihat Kabinet sementara (Taliban), yang sama sekali tidak inklusif. Kelanjutan kursus ini tidak dapat diterima oleh kekuatan (politik) dan kelompok etnis lainnya,” tegas Khalili.
"Situasi ini pasti akan menjadi tak tertahankan bagi Tajik dan Uzbek, dan mereka, bersama dengan Hazara, akan kembali ke medan perang," kata pemimpin Hazara itu seperti dikutip dari TASS, Rabu (22/9/2021).
Sementara itu, Khalili berharap dengan adanya tekanan dari komunitas global, Taliban tidak memaksakan kehendaknya kepada seluruh penduduk dan perang saudara dapat dihindari.
“Kami masih berjuang untuk itu dan berharap bahwa Taliban akan belajar dari (pengalaman) tahun 1990-an dan akan siap untuk mendirikan pemerintahan yang inklusif dan menahan diri dari tirani,” lanjut Khalili.
"Kita tidak boleh dipaksa untuk menempuh jalan perlawanan bersenjata untuk melindungi kehidupan dan hak-hak dasar rakyat kita," Khalili memperingatkan. Menurut Khalili, perkembangan di Afghanistan bukan hanya masalah internal tetapi juga ancaman keamanan global.
“Saya berharap kemiskinan, perang dan obat-obatan di satu sisi serta kurangnya sistem pemerintahan yang sah yang ditegakkan oleh rakyat dan komunitas global di sisi lain, tidak akan mengembalikan Afghanistan menjadi tempat berkembang biak bagi kelompok teroris, yang tidak hanya akan menghancurkan wilayah itu sendiri, tetapi juga menimbulkan ancaman bagi keamanan internasional," pungkas Khalili.
(esn)
tulis komentar anda