Tanggapi Biden, Iran Tegaskan Mampu Hadapi 'Opsi Lain' Amerika Serikat

Minggu, 29 Agustus 2021 - 07:01 WIB
Anggota Garda Revolusi Iran mengikuti latihan bersama Rusia di Samudera Hindia, Iran, pada 17 Februari 2021. Foto/WANA/REUTERS
TEHERAN - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan AS dapat beralih ke "opsi lain" jika negosiasi dengan Iran gagal.

Seorang pejabat senior Iran menanggapi pernyataan Biden dengan mengatakan itu adalah ancaman ilegal dan Teheran memiliki hak menanggapi dengan cara yang sama.

Peringatan dari Iran disuarakan pada Sabtu oleh Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Laksamana Ali Shamkhani yang men-tweet dalam bahasa Farsi, Inggris, Ibrani, dan Arab.





Dia mencatat "penekanan pada penggunaan 'Opsi Lain' terhadap Iran" yang diungkapkan selama pertemuan antara Presiden Biden dan Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett di Gedung Putih pada Jumat.



“Sinyalnya adalah ancaman ilegal ke negara lain yang menegaskan hak Republik Islam Iran untuk membalas tanggapan terhadap 'Opsi yang Tersedia'," ujar Shamkhani, menambahkan tagar #ActiveResistance.



Pernyataan Iran itu menanggapi jaminan yang diberikan Biden kepada Bennett bahwa AS tidak akan ragu mengambil tindakan terhadap Iran jika jalur diplomasi yang dipilih terbukti tidak membuahkan hasil.

“Jika diplomasi gagal, kami siap beralih ke opsi lain,” papar Biden, tanpa menyebutkan secara spesifik.

Pertemuan di Washington digelar satu hari di belakang jadwal setelah penundaan karena serangan teroris di Kabul pada Kamis, yang menewaskan lebih dari 170 orang, termasuk 13 tentara AS.

Pertemuan pemimpin AS dan Israel itu untuk meredakan ketegangan yang memburuk di era pendahulu Bennett, Benjamin Netanyahu.

Mantan Perdana Menteri Netanyahu adalah kritikus vokal terhadap kesepakatan nuklir multilateral era Obama dengan Iran.

Netanyahu juga menolak upaya Biden menghidupkan lagi kesepakatan nuklir Iran setelah penarikan Donald Trump dari perjanjian tersebut.

Keretakan itu dicontohkan kurangnya kerja sama intelijen yang dilaporkan antara pemerintah Netanyahu dan pemerintahan Biden.

Menurut New York Times, Israel tidak memberi tahu AS tentang rencana serangan Israel di situs nuklir Natanz Iran pada April hingga saat-saat terakhir, membuat AS tidak punya kesempatan membatalkannya, jika Washington menginginkannya.

Israel belum mengaku bertanggung jawab atas tindakan sabotase tersebut.

Pemerintahan Biden dan Iran telah melakukan pembicaraan tidak langsung di Wina selama berbulan-bulan, tetapi tidak ada terobosan yang muncul darinya.

Perjanjian 2015, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), menjadi semakin tidak berarti setelah Trump secara sepihak menarik diri darinya pada 2018, dan menargetkan Iran dengan sanksi ekonomi yang melumpuhkan.

Teheran mulai mengingkari kesepakatan setahun kemudian, dengan mengatakan penandatangan kesepakatan Barat lainnya gagal memberikan kompensasi yang memadai atas kerusakan yang dilakukan terhadap Iran oleh langkah AS.

Sesuai JCPOA, Teheran setuju membatasi industri nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi dan peluang bisnis yang menguntungkan.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More