Senator Amerika Sebut 30.000 Tentara AS di Taiwan, China Ancam Perang

Kamis, 19 Agustus 2021 - 01:33 WIB
Dalam sebuah opini di Washington Post, Senin, cendekiawan sayap kanan Henry Olsen menyatakan bahwa Biden tidak boleh mengikuti kebijakan pemerintahan Carter setelah kekalahan AS di Vietnam, yang menurutnya, melemahkan posisinya secara internasional. Dia meminta Biden; "Untuk menunjukkan kepada musuh kita dan sekutu kita bahwa dia bermaksud untuk mempertahankan dan memulihkan kepemimpinan global AS dengan perbuatan serta kata-kata.”

Dia secara blakblakan menargetkan China sebagai musuh global AS yang paling berbahaya, dengan mengatakan bahwa memerangi kebangkitannya yang merusak harus menjadi tugas global utama Biden.

Secara signifikan, Olsen kemudian fokus pada Taiwan: “Setelah bencana akhir pekan, Biden harus menjelaskan bahwa Amerika Serikat menganggap otonomi Taiwan dari China sebagai yang paling penting. Pernyataan itu harus diikuti dengan menjual persenjataan canggih kepada pemerintah Taipei dan dengan merundingkan penempatan pasukan di negara-negara tetangga yang lebih dekat ke Taiwan daripada pangkalan kami di Jepang, yang jaraknya lebih dari seribu mil. Dia juga harus mempertahankan tarif AS atas barang-barang China dan mendorong lebih keras untuk memisahkan ekonomi Amerika Serikat dari ketergantungannya yang berbahaya pada bisnis yang dikendalikan oleh Partai Komunis [China].”

Bahkan pemeriksaan sepintas terhadap peta Asia Timur memperjelas bahwa selain Jepang, dan mungkin Filipina, tidak ada tempat untuk menempatkan pasukan AS lebih dekat ke Taiwan—selain Taiwan sendiri.

Tanggapan Global Times terhadap tweet Cornyn menunjukkan bahwa Beijing mengikuti diskusi di Washington dengan cermat dan membuat rencana untuk mempertahankan apa yang dianggapnya sebagai “kepentingan intinya".

Editorial media itu menuntut penjelasan segera dari pemerintah AS pada tweet tersebut dan menekankan bahwa Taiwan adalah "garis merah" yang tidak dapat dilintasi.

Kemarin, kapal perang dan jet tempur China melakukan latihan militer di daerah selatan Taiwan sebagai tanggapan atas apa yang digambarkan Beijing sebagai "gangguan eksternal" dan "provokasi."

Pada bulan Maret, kepala Komando Indo-Pasifik AS Philip Davidson, menyerukan penggandaan anggaran militer komando dan memperingatkan perang dengan China atas Taiwan dalam enam tahun ke depan. Jauh dari berlebihan, peringatan itu memiliki makna baru yang mengerikan karena imperialisme AS secara sembrono mengobarkan titik nyala paling berbahaya di kawasan itu.
(min)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More