AS Setuju Jual Artileri dan Kit Bom Pintar Rp10,7 Triliun ke Taiwan

Kamis, 05 Agustus 2021 - 13:44 WIB
Para tentara Taiwan mengoperasikan sistem artileri Howitzer buatan Amerika Serikat. Foto/REUTERS/Pichi Chuang
WASHINGTON - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan banyak senjata senilai USD750 juta (lebih dari 10,7 triliun) ke Taiwan . Senjata-senjata itu mencakup artileri dan kit bom pintar.

Ini merupakan penjualan senjata pertama di era Presiden Joe Biden ke pulau itu menyusul serangkaian kesepakatan di bawah pendahulunya, Donald Trump, yang semuanya sangat ditentang China.





Diumumkan pada Rabu, penjualan banyak senjata yang disetujui itu melibatkan 40 sistem Medium Self-Propelled Howitzer M109A6 155mm dan peralatan terkait, sejumlah kendaraan dan senapan mesin, serta hampir 1.700 kit panduan presisi yang digunakan untuk mengubah proyektil "bodoh" menjadi amunisi berpemandu GPS.

Jenis-jenis senjata yang dijual itu dipaparkan Departemen Luar Negeri dalam sebuah pemberitahuan kepada Kongres AS pada Rabu waktu Washington.

Pemerintah Biden mengeklaim penjualan itu akan melayani kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan AS dengan mendukung upaya berkelanjutan Taipei untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya. "Dan mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel, serta membantu menjaga stabilitas politik di wilayah tersebut," bunyi pemberitahuan Departemen Luar Negeri kepada Kongres AS.

Kongres memiliki waktu 30 hari untuk mendung atau menentang penjualan senjata-senjata tersebut. Namun, Kongres biasanya tidak berusaha untuk memblokir transfer senjata ke Taiwan.

China sampai saat ini masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, meski pulau itu telah diperintah secara otonom sejak Perang Saudara China pada tahun 1949.

Beda dengan China yang menggunakan nama Republik Rakyat China, pemerintah di Taipei menyebut pulau itu sebagai “Republik China" meskipun hanya diakui oleh segelintir negara.

Amerika Serikat tidak lagi menjadi salah satu dari negara yang mengakui "Republik China" setelah memutuskan hubungan resmi pada tahun 1979, tetapi sejak itu tetap menjalin hubungan informal, termasuk serangkaian penjualan senjata yang panjang.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More