IESCOP KBRI Addis Ababa Menuju Program Global
Kamis, 29 Juli 2021 - 21:54 WIB
ADDIS ABABA - Indonesia- Ethiopia Students Correspondence Program (IESCOP) yang digagas dan diluncurkan pertama kali oleh Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) Addis Ababa pada April lalu diharapkan dapat menjadi kegiatan global Indonesia. Program tersebut jangan hanya melibatkan pelajar Indonesia dan Ethiopia, juga pelajar dari negara-negara lain, karena IESCOP adalah sarana komunikasi dan pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi kemajuan pelajar Indonesia.
Hal itu disampaikan Asni Dewita, seorang guru sekolah menengah dan peserta seminar nasional bertajuk Learning Loss: Masalah Hari Ini atau Mimpi Buruk Masa Lalu kemarin Rabu (28/7-2021). Seminar yang dikuti sekitar 300 peserta itu diselenggarakan Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan Universitas Yarsi Jakarta, Asosiasi Profesi Pendidik dan Peneliti Sosiologi Indonesia (AP3SI) dan Revolt Institue.
Al Busyra Basnur, Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika yang juga sebagai pembicara pada seminar tersebut mengatakan bahwa IESCOP adalah sarana komunikasi dan tatap muka melalui virtual dan korespondensi yang mendorong terciptanya persahabatan dan kerjasama pelajar Indonesia dengan Ethiopia sejak usia dini.
“Melalui pertemuan virtual dan komunikasi jarak jauh, pelajar dapat berkenalan, saling berbagi dan belajar satu sama lain tentang hal-hal yang baru,” kata Al Busyra, seperti dikutip dari siaran pers KBRI Addis Ababa yang diterima Sindonews.
Pertemuan virtual ke-2 IESCOP diselenggarakan 26 Juni 2021 dan pertemuan ke-3 pada Agustus 2021. Program ini memang direncanakan akan melibatkan pelajar dari berbagai negara kawasan lain, diantaranya Eropa dan Amerika yang sudah menyatakan minat mereka.
Pada seminar nasional tersebut dibahas berbagai tantangan yang dihadapi pelajar dan mahasiswa Indonesia dalam kegiatan ajar mengajar selama pandemi Covid-19. Ternyata pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap pelajar, diantaranya berakibat menurunnya profil pembelajaran hingga learning loss di Indonesia.
Selain Al Busyra, hadir berbicara pada seminar tersebut Iwan Syahril yang merupakan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud. Lalu Rektor UNP, Ganefri, Rektor Universitas Yarsi Jakarta, Fasli Djalal dan Delbert Lim, peneliti Research on Improving System of Education (RISE), serta Reno Fernandes, pakar Pendidikan.
Hal itu disampaikan Asni Dewita, seorang guru sekolah menengah dan peserta seminar nasional bertajuk Learning Loss: Masalah Hari Ini atau Mimpi Buruk Masa Lalu kemarin Rabu (28/7-2021). Seminar yang dikuti sekitar 300 peserta itu diselenggarakan Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan Universitas Yarsi Jakarta, Asosiasi Profesi Pendidik dan Peneliti Sosiologi Indonesia (AP3SI) dan Revolt Institue.
Al Busyra Basnur, Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika yang juga sebagai pembicara pada seminar tersebut mengatakan bahwa IESCOP adalah sarana komunikasi dan tatap muka melalui virtual dan korespondensi yang mendorong terciptanya persahabatan dan kerjasama pelajar Indonesia dengan Ethiopia sejak usia dini.
“Melalui pertemuan virtual dan komunikasi jarak jauh, pelajar dapat berkenalan, saling berbagi dan belajar satu sama lain tentang hal-hal yang baru,” kata Al Busyra, seperti dikutip dari siaran pers KBRI Addis Ababa yang diterima Sindonews.
Pertemuan virtual ke-2 IESCOP diselenggarakan 26 Juni 2021 dan pertemuan ke-3 pada Agustus 2021. Program ini memang direncanakan akan melibatkan pelajar dari berbagai negara kawasan lain, diantaranya Eropa dan Amerika yang sudah menyatakan minat mereka.
Pada seminar nasional tersebut dibahas berbagai tantangan yang dihadapi pelajar dan mahasiswa Indonesia dalam kegiatan ajar mengajar selama pandemi Covid-19. Ternyata pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap pelajar, diantaranya berakibat menurunnya profil pembelajaran hingga learning loss di Indonesia.
Selain Al Busyra, hadir berbicara pada seminar tersebut Iwan Syahril yang merupakan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud. Lalu Rektor UNP, Ganefri, Rektor Universitas Yarsi Jakarta, Fasli Djalal dan Delbert Lim, peneliti Research on Improving System of Education (RISE), serta Reno Fernandes, pakar Pendidikan.
(ian)
tulis komentar anda