Keberhasilan Penanganan Corona Pengaruhi Popularitas Pemimpin

Selasa, 21 April 2020 - 07:11 WIB
Penanganan wabah corona ternyata berpengaruh terhadap popularitas para pemimpin dunia. Foto/Istimewa
WASHINGTON - Penanganan wabah corona ternyata berpengaruh terhadap popularitas para pemimpin dunia. Sejumlah pemimpin yang dinilai gagal menangani Covid-19 pun mendapat kritikan pedas dari rakyatnya sehingga mengancam karier politiknya. Namun, banyak yang berhasil "memanfaatkan" momentum tersebut untuk mendulang popularitas.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe, dan Presiden Brasil Jair Bolsanaro mengalami penurunan popularitas yang mengancam karier politik mereka. Trump menjadi pemimpin dunia yang paling disorot karena terlambat dalam penanganan pandemi virus corona. Dia malah menyalahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang terlalu berpihak kepada China. Dia pun mengancam China akan menghadapi konsekuensi buruk karena menutupi kasus pandemi sehingga akhirnya mewabah ke seluruh dunia.

Jajak pendapat yang dilaksanakan Gallup menunjukkan popularitas Trump pada kisaran 43% dan tingkat ketidaksepakatan atau “kutukan” mencapai 54% pada April ini. Dibandingkan pada jajak pendapat Maret lalu, tingkat popularitasnya 49%, dan level ketidaksepakatan adalah 45%. CNN pun menyebut Trump menjadi presiden di dunia yang mengalami pergerakan tercepat survei popularitas dalam sejarah politik modern.



Rendahnya tingkat popularitas bisa dikaitkan dengan kegagalan penanganan pandemi Covid-19. Dia memberlakukan isolasi wilayah pada pertengahan Maret yang sangat terlambat. Padahal, dia berniat maju sebagai calon presiden (capres) pada pemilu November mendatang. Namun, semuanya bisa saja berubah ketika vaksin virus corona ditemukan dan ekonomi AS kembali bangkit.

Dalam pandangan Matt Bai, analis politik AS, menyebutkan bahwa ketidakjelasan penanganan pandemi global itu menjadikan publik semakin frustrasi. "Upaya Trump yang selalu tampil dalam konferensi pers setiap hari tentang penanganan virus corona seolah-olah sia-sia saja," kata Bai, dilansir Washington Post.

Apalagi, jajak pendapat Pew Research Center menunjukkan 65% rakyat AS berpikir Trump bertindak lambat dalam melihat ancaman virus corona. "Tujuh dari 10 orang AS menyatakan krisis terburuk akan segera menghantam AS," demikian kesimpulan survei Pew Research Center.

Survei lain yang dilaksanakan Morning Consult menunjukkan tingkat kesetujuan terhadap penanganan virus korona yang dilakukan Presiden Trump hanya negatif 10 pada awal Januari, menjadi negatif 3 pada pertengahan April lalu. Itu menunjukkan Trump dinilai gagal dalam penanganan virus corona. Publik AS pun sangat kecewa kepadanya.

Sejarah politik AS mencatat bahwa dukungan terhadap presiden seharusnya menunjukkan kenaikan saat krisis. Namun, Trump tidak mampu memanfaatkannya. Dukungan tertinggi terjadi pada George W Bush saat serangan teroris 11 September di mana popularitasnya meningkat hingga 89,8%. Hal yang sama juga dialami Presiden Barack Obama saat berhasil membunuh Osama bin Laden. Kemudian, krisis penyanderaan Iran pada 1979 menjadi Presiden Jimmy Carter mengalami peningkatan popularitas dari 32% menjadi 56%.

Namun demikian, popularitas Kongres justru mengalami kenaikan. Survei Gallup yang diterbitkan Gallup menyebutkan popularitas Kongres tertinggi sejak 2009 silam. Itu bisa saja setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berusaha memakzulkan Trump pada tahun lalu.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More