Pasukan AS Hampir Invasi Nigeria di Bawah Presiden Trump
Selasa, 20 Juli 2021 - 22:36 WIB
WASHINGTON - Pasukan Amerika Serikat (AS), termasuk Navy Seal 6, hampir melakukan serangan tidak sah ke wilayah Nigeria - juga sering disebut sebagai invasi - tahun lalu. Itu terjadi saat pasukan AS menjalankan misi untuk membebaskan seorang warga Amerika berusia 27 tahun yang diculik oleh kelompok militan lokal.
Dalam buku berjudul I Alone Can Fix It: Donald J. Trump's Catastrophic Final Year oleh penulis Carol Leonnig dan Philip Rucker, adegan kacau itu digambarkan sedang berlangsung ketika pasukan khusus AS turun ke negara itu dalam upaya untuk menyelamatkan Philip Walton, putra seorang misionaris Amerika, yang telah diculik di rumahnya oleh sekelompok pria bersenjata di negara tetangga Niger.
Menurut Leonnig dan Rucker, operator AS harus menghentikan misi mereka saat dalam perjalanan setelah mengetahui bahwa ajudan Gedung Putih, Kash Patel, telah keliru dalam pernyataannya bahwa pemerintah Nigeria telah memberikan persetujuan atau bahkan telah diperingatkan AS tentang serangan akan datang untuk menyelamatkan pemuda itu, yang ditahan di kompleks terpencil di utara negara itu.
Operasi dilanjutkan setelah izin diperoleh dari pemerintah Nigeria, tetapi pengungkapan itu menggarisbawahi seberapa dekat AS untuk melakukan serangan tidak sah terhadap gerilyawan di negara asing.
Menurut buku itu, Patel bukanlah sosok yang tugasnya menghubungi pemerintah negara lain untuk memberi tahu mereka tentang operasi di wilayah mereka. Namun, menurut buku tersebut, proses penugasan seperti itu telah rusak di bulan-bulan terakhir masa jabatan Presiden Donald Trump .
Buku itu mengklaim Trump memberikan persetujuan untuk aksi militer tersebut saat Menteri Luar Negeri Mike Pompeo berada di luar negeri, penasihat keamanan nasional Robert O'Brien berada di luar kota, dan Menteri Pertahanan Mark Esper belum membahas masalah tersebut dengan presiden. Dalam kebingungan berikutnya, Patel dilaporkan "meyakinkan" pejabat senior yang terlibat dalam proses bahwa pemerintah Nigeria telah diberitahu.
“Misi itu harus dihentikan sampai pemerintah Nigeria menandatangani. Pasukan Amerika hampir saja melakukan invasi teknis ke negara asing,” tulis para penulis buku tersebut seperti dikutip dari The Independent, Selasa (20/7/2021).
I Alone Can Fix It: Donald J. Trump's Catastrophic Final Year dirilis pada 20 Juli, diterbitkan oleh Bloomsbury.
Patel menolak untuk membahas peristiwa Halloween ketika dihubungi oleh penulis buku. Menurut buku itu, misi pada 31 Oktober itu berjalan berhasil, yang menyebabkan kematian banyak militan, sementara penyelamatan Walton dilaporkan oleh outlet berita tahun lalu.
"Kemenangan besar untuk Pasukan Khusus AS yang sangat elit hari ini," tweet Trump pada saat penyelamatan Walton tahun lalu.
"Tadi malam, pejuang pemberani Negara kita menyelamatkan seorang sandera Amerika di Nigeria. Negara kita memberi hormat kepada tentara pemberani di balik operasi penyelamatan malam yang berani dan merayakan kembalinya warga Amerika lainnya dengan selamat!" dia menambahkan.
Dalam buku berjudul I Alone Can Fix It: Donald J. Trump's Catastrophic Final Year oleh penulis Carol Leonnig dan Philip Rucker, adegan kacau itu digambarkan sedang berlangsung ketika pasukan khusus AS turun ke negara itu dalam upaya untuk menyelamatkan Philip Walton, putra seorang misionaris Amerika, yang telah diculik di rumahnya oleh sekelompok pria bersenjata di negara tetangga Niger.
Menurut Leonnig dan Rucker, operator AS harus menghentikan misi mereka saat dalam perjalanan setelah mengetahui bahwa ajudan Gedung Putih, Kash Patel, telah keliru dalam pernyataannya bahwa pemerintah Nigeria telah memberikan persetujuan atau bahkan telah diperingatkan AS tentang serangan akan datang untuk menyelamatkan pemuda itu, yang ditahan di kompleks terpencil di utara negara itu.
Operasi dilanjutkan setelah izin diperoleh dari pemerintah Nigeria, tetapi pengungkapan itu menggarisbawahi seberapa dekat AS untuk melakukan serangan tidak sah terhadap gerilyawan di negara asing.
Menurut buku itu, Patel bukanlah sosok yang tugasnya menghubungi pemerintah negara lain untuk memberi tahu mereka tentang operasi di wilayah mereka. Namun, menurut buku tersebut, proses penugasan seperti itu telah rusak di bulan-bulan terakhir masa jabatan Presiden Donald Trump .
Buku itu mengklaim Trump memberikan persetujuan untuk aksi militer tersebut saat Menteri Luar Negeri Mike Pompeo berada di luar negeri, penasihat keamanan nasional Robert O'Brien berada di luar kota, dan Menteri Pertahanan Mark Esper belum membahas masalah tersebut dengan presiden. Dalam kebingungan berikutnya, Patel dilaporkan "meyakinkan" pejabat senior yang terlibat dalam proses bahwa pemerintah Nigeria telah diberitahu.
“Misi itu harus dihentikan sampai pemerintah Nigeria menandatangani. Pasukan Amerika hampir saja melakukan invasi teknis ke negara asing,” tulis para penulis buku tersebut seperti dikutip dari The Independent, Selasa (20/7/2021).
I Alone Can Fix It: Donald J. Trump's Catastrophic Final Year dirilis pada 20 Juli, diterbitkan oleh Bloomsbury.
Patel menolak untuk membahas peristiwa Halloween ketika dihubungi oleh penulis buku. Menurut buku itu, misi pada 31 Oktober itu berjalan berhasil, yang menyebabkan kematian banyak militan, sementara penyelamatan Walton dilaporkan oleh outlet berita tahun lalu.
"Kemenangan besar untuk Pasukan Khusus AS yang sangat elit hari ini," tweet Trump pada saat penyelamatan Walton tahun lalu.
"Tadi malam, pejuang pemberani Negara kita menyelamatkan seorang sandera Amerika di Nigeria. Negara kita memberi hormat kepada tentara pemberani di balik operasi penyelamatan malam yang berani dan merayakan kembalinya warga Amerika lainnya dengan selamat!" dia menambahkan.
(ian)
tulis komentar anda