Diancam China Tak Dapat Vaksin COVID-19, Ukraina Ciut Nyali

Sabtu, 26 Juni 2021 - 06:13 WIB
Ukraina menarik dukungannya untuk penyelidikan independen pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur setelah China mengancam akan memblokir pengiriman vaksin COVID-19. Foto/Ilustrasi
JENEWA - China mengancam akan memblokir vaksin COVID-19 untuk Ukraina setelah negara Eropa itu mendukung penyelidikan di wilayah Xinjiang . Ukraina pun lantas menarik dukungannya.

Ukraina sebelumnya turut bergabung dengan lebih dari 40 negara dalam pernyataan yang dipresentasikan oleh Kanada di Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa, Swiss, yang mendesak China untuk mengizinkan akses segera bagi pengamat independen ke Xinjiang. Beberapa kelompok hak asasi manusia menuduh China melakukan penganiayaan terhadap Muslim Uighur dan kelompok minoritas lainnya di wilayah tersebut.

Dua diplomat Barat mengatakan pada hari Kamis, Ukraina mencabut namanya dari daftar negara pendukung setelah otoritas China memperingatkan Kiev bahwa mereka akan memblokir pengiriman setidaknya 500.000 dosis vaksin COVID-19 yang direncanakan kecuali jika hal itu dilakukan," kata diplomat dari dua negara Barat. Para diplomat itu berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk membahas masalah ini secara terbuka.

Ukraina telah setuju untuk membeli 1,9 juta dosis vaksin CoronaVac dari Sinovac Biotech China. Pada awal Mei, Ukraina telah menerima 1,2 juta dosis, menurut Menteri Kesehatan Maxim Stepanov.

Di masa lalu, pemerintah China tidak asing dengan menekan negara-negara lain di lingkaran diplomatik Jenewa atau di ibukota nasional baik untuk berbaris di belakang pernyataannya atau menghindari pernyataan pendukung yang mengkritik, mempertanyakan atau mencari pengawasan hak asasi manusia di negara itu.





Tetapi dugaan tekanan itu akan menandai eskalasi upaya intens baru-baru ini oleh Beijing untuk melawan kritik terhadap catatan hak asasinya, kali ini dengan berpotensi membahayakan kesehatan - bahkan nyawa - sebagai cara untuk meminimalkan perhatian internasional terhadapnya, kata para diplomat.

Salah satu diplomat Barat menyebutnya sebagai tanda diplomasi "telanjang jari" oleh China. Diplomat lainnya mengutip laporan tekanan signifikan di Kiev.

“Semalam delegasi memberi tahu kami bahwa mereka perlu mundur," ujar diplomat kedua seperti dikutip dari The Associated Press, Sabtu (26/6/2021).
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More