Terbongkar, Kasus COVID Pertama Muncul di China Dua Bulan Sebelum Wuhan

Jum'at, 25 Juni 2021 - 20:01 WIB
Dalam makalah yang dirilis dalam bentuk pracetak pekan ini, Jesse Bloom dari Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle memulihkan data pengurutan yang dihapus dari kasus awal COVID-19 di China.

Data menunjukkan sampel yang diambil dari pasar Huanan “tidak mewakili” SARS-CoV-2 secara keseluruhan, dan merupakan varian dari urutan virus awal yang beredar sebelumnya, yang menyebar ke bagian lain China.

Institut Kesehatan Nasional AS mengonfirmasi kepada Reuters bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah diserahkan ke Sequence Read Archive (SRA) pada Maret 2020 dan kemudian dihapus atas permintaan penyelidik China, yang mengatakan akan diperbarui dan diserahkan ke arsip lain.

Pengkritik mengatakan penghapusan itu adalah bukti lebih lanjut bahwa China berusaha menutupi asal-usul COVID-19.

“Mengapa para ilmuwan meminta basis data internasional untuk menghapus data penting yang memberi tahu kita tentang bagaimana COVID-19 dimulai di Wuhan?” ujar Alina Chan, peneliti di Broad Institute, Universitas Harvard, menulis di Twitter.

Studi lain oleh para ilmuwan Australia, yang diterbitkan pada Kamis di jurnal Scientific Reports, menggunakan data genom untuk menunjukkan SARS-CoV-2 mengikat reseptor manusia jauh lebih mudah daripada spesies lain, menunjukkan virus itu sudah beradaptasi dengan manusia ketika pertama kali muncul.

Disebutkan, mungkin ada hewan tak dikenal lain dengan afinitas yang lebih kuat yang berfungsi sebagai spesies perantara, tetapi hipotesis bahwa virus itu bocor dari laboratorium tidak dapat dikesampingkan.

“Meskipun jelas virus awal memiliki kecenderungan tinggi untuk reseptor manusia, itu tidak berarti mereka buatan manusia,” papar Dominic Dwyer, ahli penyakit menular di Rumah Sakit Westmead Australia yang merupakan bagian dari tim WHO yang menyelidiki COVID-19 di Wuhan tahun ini.

"Kesimpulan seperti itu tetap spekulatif," ujar dia.

“Sampel serum masih perlu diuji untuk membuat kasus yang lebih kuat tentang asal-usul COVID-19,” papar Stuart Turville, profesor di Kirby Institute, organisasi penelitian medis Australia yang menanggapi studi Universitas Kent.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More