Perang Tinggalkan Trauma Bagi Anak-anak Gaza: 'Saya Masih Mendengar Bom'
Rabu, 02 Juni 2021 - 11:30 WIB
GAZA - Serangan mematikan selama 11 hari yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza telah berakhir. Namun itu tidak menghilangkan trauma psikologis yang tetap hidup di benak anak-anak Palestina di Jalur Gaza.
Setidaknya 234 warga Palestina , termasuk 66 anak-anak, tewas dalam kampanye pemboman Israel terbaru, dengan 450 anak-anak terluka. Sebelas anak yang meninggal menerima dukungan kesehatan mental untuk mengatasi trauma dari perang sebelumnya.
Menurut Save the Children, anak-anak di Gaza menderita ketakutan dan kecemasan, kurang tidur, serta menunjukkan tanda-tanda kesusahan yang mengkhawatirkan, termasuk gemetar terus menerus dan mengompol.
Serangan militer Israel menghancurkan total 1.800 bangunan tempat tinggal di Jalur Gaza dan sebagian menghancurkan setidaknya 14.300 lainnya. Lima puluh satu sekolah rusak akibat serangan udara, berdampak pada 41.897 anak-anak, dengan sekolah-sekolah terpaksa ditutup dan digunakan sebagai tempat penampungan.
Intensitas pemboman baru-baru ini, yang menurut warga Palestina adalah yang terburuk yang pernah mereka lihat, akan berdampak buruk pada anak-anak dan keluarga mereka untuk generasi mendatang.
Setidaknya 90 persen penduduk Palestina membutuhkan dukungan dan perawatan kesehatan mental sebagai akibat dari serangan militer Israel yang berulang dan kondisi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.
Dr Khaled Yousef Melad, seorang psikiater Palestina dari wilayah yang terkepung, mengatakan bahwa Gaza mengalami apa yang disebut perang psikologis.
“Perang psikologis memiliki lebih banyak efek jangka panjang daripada kehancuran yang meluas. Faktanya, disabilitas psikologis lebih berbahaya daripada disabilitas fisik,” kata Melad seperti dikutip dari The New Arab, Rabu (2/6/2021).
Setidaknya 234 warga Palestina , termasuk 66 anak-anak, tewas dalam kampanye pemboman Israel terbaru, dengan 450 anak-anak terluka. Sebelas anak yang meninggal menerima dukungan kesehatan mental untuk mengatasi trauma dari perang sebelumnya.
Menurut Save the Children, anak-anak di Gaza menderita ketakutan dan kecemasan, kurang tidur, serta menunjukkan tanda-tanda kesusahan yang mengkhawatirkan, termasuk gemetar terus menerus dan mengompol.
Serangan militer Israel menghancurkan total 1.800 bangunan tempat tinggal di Jalur Gaza dan sebagian menghancurkan setidaknya 14.300 lainnya. Lima puluh satu sekolah rusak akibat serangan udara, berdampak pada 41.897 anak-anak, dengan sekolah-sekolah terpaksa ditutup dan digunakan sebagai tempat penampungan.
Intensitas pemboman baru-baru ini, yang menurut warga Palestina adalah yang terburuk yang pernah mereka lihat, akan berdampak buruk pada anak-anak dan keluarga mereka untuk generasi mendatang.
Setidaknya 90 persen penduduk Palestina membutuhkan dukungan dan perawatan kesehatan mental sebagai akibat dari serangan militer Israel yang berulang dan kondisi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.
Dr Khaled Yousef Melad, seorang psikiater Palestina dari wilayah yang terkepung, mengatakan bahwa Gaza mengalami apa yang disebut perang psikologis.
“Perang psikologis memiliki lebih banyak efek jangka panjang daripada kehancuran yang meluas. Faktanya, disabilitas psikologis lebih berbahaya daripada disabilitas fisik,” kata Melad seperti dikutip dari The New Arab, Rabu (2/6/2021).
tulis komentar anda