Belajar dari Tragedi Nanggala-402, RI Didesak Nonaktifkan KRI Cakra
Sabtu, 01 Mei 2021 - 14:04 WIB
Sebelum tragedi KRI Nanggala-402, Indonesia memiliki lima armada kapal selam, termasuk tiga kapal baru dari Korea Selatan. Terbaru, KRI Alugoro, dirakit secara lokal dengan bantuan Korea Selatan.
Tragedi kapal selam itu telah membuat banyak prajurit TNI AL khawatir akan keselamatan mereka.
"Ya, [prajurit] khawatir dan marah, sesuatu harus berubah, terutama [mengenai] pemeliharaan,” kata sumber keamanan Indonesia kepada This Week in Asia.
"Masalah utamanya adalah bahwa komandan sering kali dipaksa untuk ditempatkan meskipun peralatan dan persneling di atas kapal tidak berfungsi 100 persen; bahkan pada 50 persen, masalah diketahui telah terjadi," lanjut sumber tersebut.
Tempo operasi, kekurangan dana dan membuat mentalitas memprihatinkan."
“Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut perlu memproyeksikan citra bahwa mereka siap berperang. Ini semakin membebani aset yang perlu menjalani pemeliharaan atau perombakan," imbuh sumber tersebut.
“Prioritas [angkatan bersenjata] adalah pada pengadaan daripada pemeliharaan. [Tenggelamnya Nanggala] ini menunjukkan dampak dari kebijakan itu," sambung dia.
Sumber tersebut mengatakan bahwa “membeli mainan baru” itu penting, tetapi yang sama pentingnya adalah merawatnya.
Collin Koh, seorang peneliti di Institute of Defense and Strategic Studies di Singapura, setuju dengan argumen bahwa kapal selam Cakra sudah tua untuk beroperasi.
Tragedi kapal selam itu telah membuat banyak prajurit TNI AL khawatir akan keselamatan mereka.
"Ya, [prajurit] khawatir dan marah, sesuatu harus berubah, terutama [mengenai] pemeliharaan,” kata sumber keamanan Indonesia kepada This Week in Asia.
"Masalah utamanya adalah bahwa komandan sering kali dipaksa untuk ditempatkan meskipun peralatan dan persneling di atas kapal tidak berfungsi 100 persen; bahkan pada 50 persen, masalah diketahui telah terjadi," lanjut sumber tersebut.
Tempo operasi, kekurangan dana dan membuat mentalitas memprihatinkan."
“Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut perlu memproyeksikan citra bahwa mereka siap berperang. Ini semakin membebani aset yang perlu menjalani pemeliharaan atau perombakan," imbuh sumber tersebut.
“Prioritas [angkatan bersenjata] adalah pada pengadaan daripada pemeliharaan. [Tenggelamnya Nanggala] ini menunjukkan dampak dari kebijakan itu," sambung dia.
Sumber tersebut mengatakan bahwa “membeli mainan baru” itu penting, tetapi yang sama pentingnya adalah merawatnya.
Collin Koh, seorang peneliti di Institute of Defense and Strategic Studies di Singapura, setuju dengan argumen bahwa kapal selam Cakra sudah tua untuk beroperasi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda