Didepak dari Program F-35, Turki Klaim Prototipe Jet Tempur Nirawaknya Terbang 2023
Jum'at, 23 April 2021 - 15:30 WIB
“Mengingat kemungkinan pembatasan penggunaan dan potensi embargo dengan sistem yang akan diadakan dari luar negeri dan memiliki lusinan avionik, komputer penerbangan dan misi yang tidak dapat kami akses, platform tempur nasional akan memungkinkan kami untuk menggunakannya secara mandiri," ujarnya, seperti dikutip Daily Sabah, Jumat (23/4/2021).
Seperti diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat dan delapan negara lain telah menghapuskan kesepakatan 2006 mengenai program F-35 dan menandatangani perjanjian baru yang mengecualikan Turki. Washington telah memberi tahun Ankara secara resmi tentang tidak diikutkannya Turki dalam program F-35.
Washington mulai menangguhkan kepesertaan Turki dalam program jet F-35 Lightning II pada tahun 2019, dengan alasan Ankara nekat membeli sistem rudal S-400 Rusia.
Washington berdalih sistem rudal S-400 dapat digunakan oleh Rusia untuk secara diam-diam mendapatkan rincian rahasia pada jet tempur F-35 dan tidak kompatibel dengan sistem persenjataan NATO.
Turki, bagaimanapun, bersikeras bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi aliansi tersebut.
Bayraktar membanggakan proyek jet tempur nirawak Turki yang menurutnya bernilai puluhan miliar dollar. "Kita berbicara tentang proyek bernilai puluhan miliar dolar selama bertahun-tahun ketika biaya pengadaan, operasi dan pemeliharaan dipertimbangkan," katanya.
Bayraktar menekankan, karena pengembangan dalam negeri dapat memakan waktu lama, hal itu dapat mengakibatkan platform Turki tertinggal satu generasi, itulah sebabnya mengembangkan jet tempur tak berawak menjadi sangat penting.
Alih-alih memproduksi pesawat seperti F-35 dalam 15 hingga 20 tahun, Bayraktar mengatakan, pihaknya berkonsentrasi pada area yang sudah dituju dunia—pesawat tempur tak berawak yang dilengkapi kecerdasan buatan dan berbiaya rendah.
"Hal ini dapat menjadikan Turki salah satu negara terkemuka di bidang seperti itu telah berhasil dengan UAV dan UCAV yang jadi 'pengubah permainan'," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat dan delapan negara lain telah menghapuskan kesepakatan 2006 mengenai program F-35 dan menandatangani perjanjian baru yang mengecualikan Turki. Washington telah memberi tahun Ankara secara resmi tentang tidak diikutkannya Turki dalam program F-35.
Washington mulai menangguhkan kepesertaan Turki dalam program jet F-35 Lightning II pada tahun 2019, dengan alasan Ankara nekat membeli sistem rudal S-400 Rusia.
Washington berdalih sistem rudal S-400 dapat digunakan oleh Rusia untuk secara diam-diam mendapatkan rincian rahasia pada jet tempur F-35 dan tidak kompatibel dengan sistem persenjataan NATO.
Turki, bagaimanapun, bersikeras bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi aliansi tersebut.
Bayraktar membanggakan proyek jet tempur nirawak Turki yang menurutnya bernilai puluhan miliar dollar. "Kita berbicara tentang proyek bernilai puluhan miliar dolar selama bertahun-tahun ketika biaya pengadaan, operasi dan pemeliharaan dipertimbangkan," katanya.
Bayraktar menekankan, karena pengembangan dalam negeri dapat memakan waktu lama, hal itu dapat mengakibatkan platform Turki tertinggal satu generasi, itulah sebabnya mengembangkan jet tempur tak berawak menjadi sangat penting.
Alih-alih memproduksi pesawat seperti F-35 dalam 15 hingga 20 tahun, Bayraktar mengatakan, pihaknya berkonsentrasi pada area yang sudah dituju dunia—pesawat tempur tak berawak yang dilengkapi kecerdasan buatan dan berbiaya rendah.
"Hal ini dapat menjadikan Turki salah satu negara terkemuka di bidang seperti itu telah berhasil dengan UAV dan UCAV yang jadi 'pengubah permainan'," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda