Netanyahu Tahu Kerusuhan Keamanan di Yordania Saat Itu Terjadi

Senin, 05 April 2021 - 22:01 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto/REUTERS
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengetahui kerusuhan keamanan di Yordania dan kampanye penangkapan para pejabat senior termasuk mantan Putra Mahkota Hamzah bin Hussein saat itu terjadi.

Laporan itu diungkapkan surat kabar Israel Yedioth Ahronoth pada Minggu (4/4).

Seorang pengamat Arab di surat kabar tersebut, Smadar Perry mengatakan Netanyahu dan pejabat lainnya telah sangat akrab dengan peristiwa yang terjadi di Yordania selama beberapa pekan terakhir.





Karena itulah Raja Abdullah II dari Yordania sangat ingin mencegah Netanyahu menggunakan wilayah udara Yordania untuk melakukan perjalanan ke wilayah Teluk.



Menurut Perry, Amman jelas memiliki kecurigaan terhadap Netanyahu yang mengakui dia akan sangat senang menyingkirkan Raja Abdullah.



Netanyahu juga ingin melihat penguasa Yordania lainnya menggantikan Raja Abdullah, baik anggota keluarga kerajaan atau dari pihak militer.

Perry menambahkan pengadilan kerajaan Yordania mencurigai Netanyahu yang bahkan tidak repot-repot menyembunyikan niatnya dan mengungkapkannya dengan teman-teman barunya di Teluk.

Laporan tersebut mencatat, terlepas dari kerenggangan politik antara Yordania dan Israel, serta kemarahan pribadi yang ditunjukkan Raja Abdullah II terhadap Netanyahu, dua tahun lalu, raja Yordania telah memastikan para perwira militernya menyampaikan pesan jaminan kepada rekan-rekan Israel mereka bahwa "berbagai hal masih terkendali."

"Dengan kalimat sederhana, bahkan jika mereka di Mossad dan misi Divisi Intelijen Militer Israel telah buru-buru memberi tahu Netanyahu tentang apa yang terjadi di balik layar di kerajaan (Yordania) saat itu terjadi, Abdullah tidak lagi mempercayai siapa pun, bukan hanya perdana menteri Israel, atau tetangga Arabnya dan, ternyata, bahkan saudara kandungnya di keluarga kerajaan," ungkap Perry.

Perry percaya keluarga kerajaan Yordania telah dengan sengaja mengeluarkan laporan berita yang tidak akurat tentang penangkapan dan identitas para tersangka untuk "menjaga para pengikutnya di Irak, Arab Saudi dan Teluk dalam keadaan setengah gelap."

Menurut Perry, meskipun demikian tidak ada keraguan bahwa di masing-masing negara tersebut, termasuk di Israel, ada utusan khusus yang dekat dengan berbagai kejadian di Amman dan yang melapor kembali ke negaranya.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More