Dokumenter Baru Ungkap Agen Pemerintah China Justru Dukung Terorisme di Xinjiang
Sabtu, 03 April 2021 - 14:03 WIB
BEIJING - Video dokumenter keempat tentang perang anti-terorisme di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, China Barat Laut, dirilis pada hari Jumat. Ini berfokus pada aktivitas teroris di kawasan itu termasuk "agen-agen dalam bermuka dua" dan buku teks Uighur yang bermasalah, serta bagaimana Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM) yang menyelipkan produk audio dan video teroris ke China.
Video dokumenter "The War in the Shadows" yang berdurasi 56 menit itu diproduksi oleh CGTN. Dokumenter yang mengungkapkan alasan di balik terorisme yang pernah berkecamuk di Xinjiang dari dalam wilayah tersebut, mendapat banyak sorotan dan menginspirasi diskusi hangat di media sosial.
Film dokumenter ini mengungkap kasus-kasus khas "orang-orang dalam pemerintah China di Xinjiang" yang dijuluki sebagai "agen-agen dalam bermuka dua" yang telah bersembunyi di pemerintahan China—beberapa di antaranya bahkan memegang posisi kunci—untuk waktu yang lama. Para agen itu mampu mengeksploitasi sistem melalui kolaborasi diam-diam dengan "tiga kekuatan jahat" yakni terorisme, ekstremisme dan separatisme, dan mendukung mereka secara finansial serta memfasilitasi aktivitas mereka.
Mengambil kasus Shirzat Bawudun, yang pernah menjadi pejabat tinggi pemerintah China di wilayah tersebut, misalnya, ia kemudian ditemukan diam-diam mendukung kegiatan ekstremis yang terkait dengan organisasi teroris yang dikenal sebagai Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM).
Shirzat Bawudun menjadi kepala polisi di daerah Moyu di Hotan setelah dia terluka dalam perkelahian dengan teroris, yang membuatnya dipuji sebagai "pahlawan kontraterorisme" di Xinjiang. Dia kemudian secara diam-diam mendukung penyebaran ekstremisme dan bertemu dengan anggota kunci ETIM selama perjalanan bisnisnya ke luar negeri, mengungkapkan informasi anti-terorisme yang penting kepada teroris.
Shirzat Bawudun kemudian mengakui bahwa perilakunya sebagai "seperti jurang maut yang terus membuat saya tenggelam".
Sebagai salah satu lingkungan yang paling tidak dicurigai, ruang kelas sekolah juga menjadi tempat rahasia di mana para ekstremis ingin menyebarkan ideologi berbahaya mereka di awal tahun 2000-an. Investigasi polisi mengungkapkan bahwa di bawah arahan salah satu pejabat pendidikan tinggi Xinjiang, buku teks edisi 2003 dan 2009 berisi informasi dan gambar yang berisi kebencian etnis dan menghasut separatisme di kalangan remaja Uighur.
Satu bab dari film dokumenter—"The Textbooks"—mengungkapkan bagaimana mantan wakil sekretaris pendidikan dan komite kerja di Xinjiang, Sattar Sawut, menggunakan kekuasaannya ketika dia menjadi kepala Kelompok Reformasi Kurikulum Pendidikan Dasar Xinjiang untuk menyebarkan ideologi ekstremisnya melalui buku untuk memengaruhi anak-anak.
Video dokumenter "The War in the Shadows" yang berdurasi 56 menit itu diproduksi oleh CGTN. Dokumenter yang mengungkapkan alasan di balik terorisme yang pernah berkecamuk di Xinjiang dari dalam wilayah tersebut, mendapat banyak sorotan dan menginspirasi diskusi hangat di media sosial.
Film dokumenter ini mengungkap kasus-kasus khas "orang-orang dalam pemerintah China di Xinjiang" yang dijuluki sebagai "agen-agen dalam bermuka dua" yang telah bersembunyi di pemerintahan China—beberapa di antaranya bahkan memegang posisi kunci—untuk waktu yang lama. Para agen itu mampu mengeksploitasi sistem melalui kolaborasi diam-diam dengan "tiga kekuatan jahat" yakni terorisme, ekstremisme dan separatisme, dan mendukung mereka secara finansial serta memfasilitasi aktivitas mereka.
Mengambil kasus Shirzat Bawudun, yang pernah menjadi pejabat tinggi pemerintah China di wilayah tersebut, misalnya, ia kemudian ditemukan diam-diam mendukung kegiatan ekstremis yang terkait dengan organisasi teroris yang dikenal sebagai Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM).
Shirzat Bawudun menjadi kepala polisi di daerah Moyu di Hotan setelah dia terluka dalam perkelahian dengan teroris, yang membuatnya dipuji sebagai "pahlawan kontraterorisme" di Xinjiang. Dia kemudian secara diam-diam mendukung penyebaran ekstremisme dan bertemu dengan anggota kunci ETIM selama perjalanan bisnisnya ke luar negeri, mengungkapkan informasi anti-terorisme yang penting kepada teroris.
Shirzat Bawudun kemudian mengakui bahwa perilakunya sebagai "seperti jurang maut yang terus membuat saya tenggelam".
Sebagai salah satu lingkungan yang paling tidak dicurigai, ruang kelas sekolah juga menjadi tempat rahasia di mana para ekstremis ingin menyebarkan ideologi berbahaya mereka di awal tahun 2000-an. Investigasi polisi mengungkapkan bahwa di bawah arahan salah satu pejabat pendidikan tinggi Xinjiang, buku teks edisi 2003 dan 2009 berisi informasi dan gambar yang berisi kebencian etnis dan menghasut separatisme di kalangan remaja Uighur.
Satu bab dari film dokumenter—"The Textbooks"—mengungkapkan bagaimana mantan wakil sekretaris pendidikan dan komite kerja di Xinjiang, Sattar Sawut, menggunakan kekuasaannya ketika dia menjadi kepala Kelompok Reformasi Kurikulum Pendidikan Dasar Xinjiang untuk menyebarkan ideologi ekstremisnya melalui buku untuk memengaruhi anak-anak.
tulis komentar anda