Diplomat dan Pekerja Bantuan Eksodus Massal dari Korut
Sabtu, 03 April 2021 - 00:22 WIB
PYONGYANG - Diplomat asing dan pekerja bantuan telah meninggalkan Korea Utara (Korut) secara massal dalam beberapa bulan terakhir. Kekurangan barang dan pemberlakukan pembatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kehidupan sehari-hari untuk menghentikan penyebaran virus Corona baru menjadi pemicunya.
Demikian laporan Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia di Pyongyang dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook resminya.
Dalam pernyataan itu, sekarang hanya ada 290 ekspatriat di Korut, termasuk hanya sembilan duta besar dan empat kuasa usaha. Semua personel asing yang bekerja untuk LSM dan organisasi kemanusiaan telah meninggalkan negara itu.
"Tidak semua orang dapat menahan kerasnya pembatasan total yang belum pernah terjadi sebelumnya, kekurangan akut barang-barang yang diperlukan, termasuk obat-obatan (dan) kurangnya kesempatan untuk memecahkan masalah kesehatan," kata Kedubes Rusia seperti dikutip dari CNN, Sabtu (3/4/2021).
Kedubes Rusia dalam postingan tersebut juga mengharapkan sekitar 38 warga negara asing sembuh setelah mereka menyelesaikan karantina pasca menyambangi Korut di China.
Sebelum pandemi COVID-19 , Rusia memiliki salah satu misi diplomatik terbesar di Korut, tetapi kehadirannya menyusut baru-baru ini. Berbulan-bulan hidup dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang ketat dan mengatasi kekurangan ekstrim dari barang-barang yang diperlukan, termasuk obat-obatan tampaknya telah membawa dampak yang merugikan.
Perbatasan Korut secara efektif telah dikunci selama berbulan-bulan sebagai bagian dari upaya rezim Kim Jong-un untuk mencegah COVID-19, menelantarkan beberapa diplomat yang beroperasi di dalam Pyongyang.
Maskapai penerbangan milik Korut, Air Koryo, mengoperasikan penerbangan dari Vladivostok di Rusia timur, tetapi rute tersebut juga telah ditangguhkan selama berbulan-bulan. Meninggalkan Korut kabarnya cukup sulit. Pada bulan Februari, beberapa diplomat Rusia menghabiskan lebih dari 34 jam mencoba keluar dari negara itu, perjalanan yang melelahkan yang berakhir dengan setidaknya satu utusan mendorong koper dan anak-anak kecilnya di troli kereta api.
Demikian laporan Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia di Pyongyang dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook resminya.
Dalam pernyataan itu, sekarang hanya ada 290 ekspatriat di Korut, termasuk hanya sembilan duta besar dan empat kuasa usaha. Semua personel asing yang bekerja untuk LSM dan organisasi kemanusiaan telah meninggalkan negara itu.
"Tidak semua orang dapat menahan kerasnya pembatasan total yang belum pernah terjadi sebelumnya, kekurangan akut barang-barang yang diperlukan, termasuk obat-obatan (dan) kurangnya kesempatan untuk memecahkan masalah kesehatan," kata Kedubes Rusia seperti dikutip dari CNN, Sabtu (3/4/2021).
Kedubes Rusia dalam postingan tersebut juga mengharapkan sekitar 38 warga negara asing sembuh setelah mereka menyelesaikan karantina pasca menyambangi Korut di China.
Sebelum pandemi COVID-19 , Rusia memiliki salah satu misi diplomatik terbesar di Korut, tetapi kehadirannya menyusut baru-baru ini. Berbulan-bulan hidup dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang ketat dan mengatasi kekurangan ekstrim dari barang-barang yang diperlukan, termasuk obat-obatan tampaknya telah membawa dampak yang merugikan.
Perbatasan Korut secara efektif telah dikunci selama berbulan-bulan sebagai bagian dari upaya rezim Kim Jong-un untuk mencegah COVID-19, menelantarkan beberapa diplomat yang beroperasi di dalam Pyongyang.
Maskapai penerbangan milik Korut, Air Koryo, mengoperasikan penerbangan dari Vladivostok di Rusia timur, tetapi rute tersebut juga telah ditangguhkan selama berbulan-bulan. Meninggalkan Korut kabarnya cukup sulit. Pada bulan Februari, beberapa diplomat Rusia menghabiskan lebih dari 34 jam mencoba keluar dari negara itu, perjalanan yang melelahkan yang berakhir dengan setidaknya satu utusan mendorong koper dan anak-anak kecilnya di troli kereta api.
tulis komentar anda