Myanmar Dilanda Pertumpahan Darah, 1.000 Orang Lebih Kabur ke India
Sabtu, 20 Maret 2021 - 09:51 WIB
NEW DELHI - Lebih dari 1.000 orang melarikan diri dari kekerasan pertumpahan darah di Myanmar dengan menyeberang ke Negara Bagian Mizoram, India. Seorang anggota Parlemen India mengatakan eksodus itu dimulai sejak akhir Februari.
Jumlah itu kemungkinan akan meningkat lebih lanjut. Anggota Parlemen dari Mizoram, K. Vanlalvena, mengatakan kepada Reuters bahwa pihak berwenang di negara bagian timur laut yang kecil itu mendorong otoritas federal untuk membantu membangun kamp-kamp pengungsi di dekat perbatasan.
“Kalau tidak, semua pengungsi akan terpencar di mana-mana di India,” ujarnya yang dilansir Reuters, Sabtu (20/3/2021).
Eksodus orang-orang dari Myanmar ke India dimulai pada akhir Februari, beberapa minggu setelah junta militer Myanmar melancarkan kudeta terhadap pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Kudeta ini memicu gelombang protes berdarah ketika orang-orang yang menuntut kembalinya pemerintah sipil pimpinan Suu Kyi ditembak mati oleh pasukan keamanan junta.
Kelompok aktivis mengatakan setidaknya 234 orang telah terbunuh sejak kudeta 1 Februari dimulai dan ribuan lainnya telah ditahan.
Militer Myanmar mengatakan bahwa mereka hanya menggunakan kekuatan bila diperlukan. Militer juga membela pengambilalihan kekuasaan oleh mereka, dengan mengatakan tuduhan kecurangan dalam pemilu 8 November yang dimenangkan telak oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD)—partainya Suu Kyi—diabaikan oleh komisi pemilu.
Meskipun sejumlah polisi Myanmar dan keluarga mereka awalnya menyeberang karena menolak untuk mematuhi perintah untuk membubarkan protes pro-demokrasi, Vanlalvena mengatakan bahwa lebih banyak orang meninggalkan Negara Bagian Chin, Myanmar, karena kerusuhan yang berkembang dan memasuki Mizoram.
“Kebanyakan dari mereka adalah warga sipil,” katanya. "Jumlah (dari anggota) polisi tidak meningkat."
Jumlah itu kemungkinan akan meningkat lebih lanjut. Anggota Parlemen dari Mizoram, K. Vanlalvena, mengatakan kepada Reuters bahwa pihak berwenang di negara bagian timur laut yang kecil itu mendorong otoritas federal untuk membantu membangun kamp-kamp pengungsi di dekat perbatasan.
Baca Juga
“Kalau tidak, semua pengungsi akan terpencar di mana-mana di India,” ujarnya yang dilansir Reuters, Sabtu (20/3/2021).
Eksodus orang-orang dari Myanmar ke India dimulai pada akhir Februari, beberapa minggu setelah junta militer Myanmar melancarkan kudeta terhadap pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Kudeta ini memicu gelombang protes berdarah ketika orang-orang yang menuntut kembalinya pemerintah sipil pimpinan Suu Kyi ditembak mati oleh pasukan keamanan junta.
Kelompok aktivis mengatakan setidaknya 234 orang telah terbunuh sejak kudeta 1 Februari dimulai dan ribuan lainnya telah ditahan.
Militer Myanmar mengatakan bahwa mereka hanya menggunakan kekuatan bila diperlukan. Militer juga membela pengambilalihan kekuasaan oleh mereka, dengan mengatakan tuduhan kecurangan dalam pemilu 8 November yang dimenangkan telak oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD)—partainya Suu Kyi—diabaikan oleh komisi pemilu.
Meskipun sejumlah polisi Myanmar dan keluarga mereka awalnya menyeberang karena menolak untuk mematuhi perintah untuk membubarkan protes pro-demokrasi, Vanlalvena mengatakan bahwa lebih banyak orang meninggalkan Negara Bagian Chin, Myanmar, karena kerusuhan yang berkembang dan memasuki Mizoram.
“Kebanyakan dari mereka adalah warga sipil,” katanya. "Jumlah (dari anggota) polisi tidak meningkat."
tulis komentar anda