AS Bikin Rudal Nuklir Baru Rp1.440 Triliun, Para Pakar Ketir-ketir
Jum'at, 12 Maret 2021 - 04:00 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) sedang membangun rudal nuklir baru senilai USD100 miliar (lebih dari Rp1.440 triliun). Para pakar kontrol senjata merasa ketir-ketir karena proyek senjata berbahaya itu berdasarkan serangkaian asumsi yang salah dan ketinggalan zaman.
Laporan baru dari Federasi Ilmuwan Amerika (FAS) mengungkap proyek rudal nuklir baru Amerika dan kecemasan para pakar.
Laporan tersebut, yang akan diterbitkan minggu depan, menyatakan bahwa pencegah strategis berbasis darat (GBSD) didorong oleh pelobi industri yang intens dan politisi yang akan mendapat manfaat paling banyak darinya secara ekonomi, daripada penilaian yang jelas tentang tujuan dari rudal balistik antarbenua (ICBM) baru.
“Semakin jelas bahwa belum ada pertimbangan serius tentang peran apa yang seharusnya dimainkan oleh senjata era Perang Dingin ini dalam lingkungan keamanan pasca-perang dingin,” bunyi laporan FAS, berjudul "Siled Thinking".
Menurut FAS, sebuah kelompok think tank non-partisan, label harga Angkatan Udara AS untuk GBSD baru sengaja dibingkai sedemikian rupa sehingga tampak sedikit lebih murah daripada biaya memperpanjang umur rudal yang akan digantikannya, Minuteman III.
Penilaian independen oleh perusahaan Rand pada waktu yang hampir bersamaan, menunjukkan bahwa harga senjata yang benar-benar baru dapat menelan biaya dua hingga tiga kali lipat.
Upaya Kongres untuk mengamanatkan studi independen tentang biaya komparatif diblokir pada 2019 dengan bantuan pelobi industri.
Perkiraan saat ini adalah bahwa biaya akuisisi dasar GBSD akan menjadi USD100 miliar, sedangkan total biaya pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan selama umur yang diproyeksikan hingga 2075 diproyeksikan sebesar USD264 miliar.
Laporan baru dari Federasi Ilmuwan Amerika (FAS) mengungkap proyek rudal nuklir baru Amerika dan kecemasan para pakar.
Laporan tersebut, yang akan diterbitkan minggu depan, menyatakan bahwa pencegah strategis berbasis darat (GBSD) didorong oleh pelobi industri yang intens dan politisi yang akan mendapat manfaat paling banyak darinya secara ekonomi, daripada penilaian yang jelas tentang tujuan dari rudal balistik antarbenua (ICBM) baru.
“Semakin jelas bahwa belum ada pertimbangan serius tentang peran apa yang seharusnya dimainkan oleh senjata era Perang Dingin ini dalam lingkungan keamanan pasca-perang dingin,” bunyi laporan FAS, berjudul "Siled Thinking".
Menurut FAS, sebuah kelompok think tank non-partisan, label harga Angkatan Udara AS untuk GBSD baru sengaja dibingkai sedemikian rupa sehingga tampak sedikit lebih murah daripada biaya memperpanjang umur rudal yang akan digantikannya, Minuteman III.
Penilaian independen oleh perusahaan Rand pada waktu yang hampir bersamaan, menunjukkan bahwa harga senjata yang benar-benar baru dapat menelan biaya dua hingga tiga kali lipat.
Upaya Kongres untuk mengamanatkan studi independen tentang biaya komparatif diblokir pada 2019 dengan bantuan pelobi industri.
Perkiraan saat ini adalah bahwa biaya akuisisi dasar GBSD akan menjadi USD100 miliar, sedangkan total biaya pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan selama umur yang diproyeksikan hingga 2075 diproyeksikan sebesar USD264 miliar.
Lihat Juga :
tulis komentar anda