Jadi Pelaku Utama Pembunuhan Ilmuwan Nuklir, Eks Pegawai Militer Iran Dituntut

Selasa, 16 Februari 2021 - 06:45 WIB
Pada 2018, selama presentasi melobi pemerintahan Donald Trump untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyuhu menyebut Fakhrizadeh sebagai direktur program senjata nuklir Iran, menyerukan kepada komunitas internasional untuk "mengingat nama itu."

Republik Islam Iran telah berulang kali membantah bahwa mereka memiliki rencana untuk membangun bom nuklir, yang mana Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengeluarkan fatwa yang melarang pengembangan senjata semacam itu.

Fatwa Khamenei mengikuti keputusan serupa oleh pendahulunya, Ruhollah Khomeini, yang melarang pengembangan atau penggunaan semua senjata pemusnah massal selama Perang Iran-Irak. Ketika tentara Saddam Hussein melemparkan hulu ledak kimia ke tentara dan kota-kota Iran, teheran tidak pernah membalas dengan cara yang sama meskipun haknya untuk melakukannya di bawah perjanjian internasional.

Minggu lalu, The Jewish Chronicle yang mengutip sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa operasi untuk membunuh Fakhrizadeh adalah pekerjaan Mossad, dan bahwa senjata khusus seberat satu ton yang digunakan untuk membunuh ilmuwan tersebut telah diselundupkan ke Iran "sepotong demi sepotong" pada tahun 2020. Menurut laporan itu, operasi tersebut telah melibatkan lebih dari 20 agen, termasuk warga negara Israel dan Iran, dan telah direncanakan dengan "cermat".

Bulan lalu, Iran meminta Interpol untuk mengeluarkan red notice pada empat orang yang diduga terlibat dalam pembunuhan ilmuwan tersebut.
(min)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More