Reaksi Warga China terhadap Swab Anal COVID-19: 'Malu Tak Ada Habisnya'
Jum'at, 29 Januari 2021 - 15:18 WIB
"Dalam beberapa kasus tanpa gejala atau pada individu dengan gejala ringan, mereka cenderung sembuh dari penyakit dengan sangat cepat," paparnya.
“Mungkin saja tidak ada jejak virus di tenggorokan mereka setelah tiga hingga lima hari. Apa yang kami temukan adalah bahwa pada beberapa pasien yang terinfeksi, virus corona bertahan lebih lama di saluran pencernaan atau kotoran mereka daripada di saluran pernapasan mereka," imbuh Li.
China dilaporkan mulai menggunakan metode ini lebih sering setelah seorang bocah lelaki berusia 9 tahun dites tanpa gejala positif virus corona minggu lalu.
Lebih dari 1.200 siswa di sekolahnya di distrik selatan Daxing dan kontak dekat mereka diuji dengan metode usap anal.
CCTV mengatakan pada hari Minggu usap anal tidak akan digunakan seluas metode lain, karena teknik itu "tidak nyaman".
Ketika kasus COVID-19 meningkat di seluruh dunia, China telah memberlakukan persyaratan yang lebih ketat pada kedatangan internasional dalam upaya untuk menjaga transmisi domestik mendekati nol.
Negara itu juga memperketat pembatasan di dalam negeri, dengan Beijing mengumumkan bahwa orang-orang dari daerah berisiko menengah atau tinggi akan dilarang keluar kota mulai Kamis untuk mengurangi risiko penularan virus selama periode Tahun Baru Imlek.
Sementara itu, orang-orang yang datang ke negara tersebut harus memiliki beberapa hasil tes negatif dan karantina setidaknya selama 14 hari di hotel yang ditunjuk pada saat kedatangan, dengan banyak kota dan wilayah yang memberlakukan persyaratan observasi rumah tambahan.
Baca Juga: Indonesia Peringkat Ke-85 Penanganan Pandemi Covid-19
“Mungkin saja tidak ada jejak virus di tenggorokan mereka setelah tiga hingga lima hari. Apa yang kami temukan adalah bahwa pada beberapa pasien yang terinfeksi, virus corona bertahan lebih lama di saluran pencernaan atau kotoran mereka daripada di saluran pernapasan mereka," imbuh Li.
China dilaporkan mulai menggunakan metode ini lebih sering setelah seorang bocah lelaki berusia 9 tahun dites tanpa gejala positif virus corona minggu lalu.
Lebih dari 1.200 siswa di sekolahnya di distrik selatan Daxing dan kontak dekat mereka diuji dengan metode usap anal.
CCTV mengatakan pada hari Minggu usap anal tidak akan digunakan seluas metode lain, karena teknik itu "tidak nyaman".
Ketika kasus COVID-19 meningkat di seluruh dunia, China telah memberlakukan persyaratan yang lebih ketat pada kedatangan internasional dalam upaya untuk menjaga transmisi domestik mendekati nol.
Negara itu juga memperketat pembatasan di dalam negeri, dengan Beijing mengumumkan bahwa orang-orang dari daerah berisiko menengah atau tinggi akan dilarang keluar kota mulai Kamis untuk mengurangi risiko penularan virus selama periode Tahun Baru Imlek.
Sementara itu, orang-orang yang datang ke negara tersebut harus memiliki beberapa hasil tes negatif dan karantina setidaknya selama 14 hari di hotel yang ditunjuk pada saat kedatangan, dengan banyak kota dan wilayah yang memberlakukan persyaratan observasi rumah tambahan.
Baca Juga: Indonesia Peringkat Ke-85 Penanganan Pandemi Covid-19
Lihat Juga :
tulis komentar anda