Pasukan Uganda Halangi Kunjungan Dubes AS ke Rumah Pemimpin Oposisi
Selasa, 19 Januari 2021 - 17:11 WIB
KAMPALA - Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) di Kampala dihalangi oleh personel keamanan saat mengunjungi pemimpin oposisi Uganda , Bobi Wine di kediamannya. Peristiwa ini membuat misi diplomatik menyebut tahahan rumah terhadap Wine tanda menghkhawatirkan.
Wine, yang bernama asli Robert Kyagulanyi, telah menjalani tahanan rumah sejak Kamis lalu tak lama setelah memberikan suara dalam pemilihan presiden negara itu.
Calon Presiden petahana Yoweri Museveni (76), yang berkuasa sejak 1986, dinyatakan sebagai pemenang pemilu dengan 59% suara melawan 35% yang memilih Wine.
"Duta Besar AS, Natalie E. Brown, dilarang mengunjungi Kyagulanyi di kediamannya di pinggiran kota sebelah utara ibu kota," kata Kedutaan Besar AS dalam sebuah pernyataan pada Senin malam.
"Brown ingin memeriksa kesehatan dan keselamatan Wine," kata misi diplomatik AS tersebut seperti dikutip dari Reuters, Selasa (19/1/2021).
Juru bicara pemerintah Ofwono Opondo tidak menjawab panggilan telepon Reuters untuk memberikan komentar.
Pemungutan suara pekan lalu, kata kedutaan AS, dinodai oleh pelecehan terhadap kandidat oposisi, penindasan terhadap hak-hak media dan pendukung oposisi, serta pemadaman internet secara nasional.
"Tindakan melanggar hukum ini dan penahanan rumah yang efektif terhadap seorang calon presiden melanjutkan tren mengkhawatirkan dalam jalannya demokrasi Uganda," kata Kedubes AS.
Amerika Serikat dan Uni Eropa tidak mengerahkan misi pengamat untuk pemungutan suara karena penolakan akreditasi dan kegagalan otoritas Uganda untuk menerapkan rekomendasi oleh misi sebelumnya.
Selama kampanye, pasukan keamanan secara rutin membubarkan demonstrasi Wine dengan gas air mata, peluru, pemukulan, dan penahanan. Mereka mengutip pelanggaran hukum yang dimaksudkan untuk mengekang penyebaran virus Corona untuk tindakan tersebut.
Pada bulan November, 54 orang tewas ketika pasukan keamanan memadamkan aksi protes yang meletus setelah Wine ditahan karena dugaan pelanggaran tindakan anti-virus Corona.
Wine dan National Unity Platform (NUP)-nya telah menolak hasil pemilu tersebut dan mengatakan mereka merencanakan gugatan ke pengadilan.
Pada hari Senin, pasukan keamanan menutup kantor partai Wine di ibu kota, sebuah langkah yang menurut partai tersebut, mempersulit upaya mereka untuk mendapatkan dan mengumpulkan bukti penyimpangan yang dilakukan selama pemilu.
Wine, yang bernama asli Robert Kyagulanyi, telah menjalani tahanan rumah sejak Kamis lalu tak lama setelah memberikan suara dalam pemilihan presiden negara itu.
Calon Presiden petahana Yoweri Museveni (76), yang berkuasa sejak 1986, dinyatakan sebagai pemenang pemilu dengan 59% suara melawan 35% yang memilih Wine.
"Duta Besar AS, Natalie E. Brown, dilarang mengunjungi Kyagulanyi di kediamannya di pinggiran kota sebelah utara ibu kota," kata Kedutaan Besar AS dalam sebuah pernyataan pada Senin malam.
"Brown ingin memeriksa kesehatan dan keselamatan Wine," kata misi diplomatik AS tersebut seperti dikutip dari Reuters, Selasa (19/1/2021).
Juru bicara pemerintah Ofwono Opondo tidak menjawab panggilan telepon Reuters untuk memberikan komentar.
Pemungutan suara pekan lalu, kata kedutaan AS, dinodai oleh pelecehan terhadap kandidat oposisi, penindasan terhadap hak-hak media dan pendukung oposisi, serta pemadaman internet secara nasional.
"Tindakan melanggar hukum ini dan penahanan rumah yang efektif terhadap seorang calon presiden melanjutkan tren mengkhawatirkan dalam jalannya demokrasi Uganda," kata Kedubes AS.
Amerika Serikat dan Uni Eropa tidak mengerahkan misi pengamat untuk pemungutan suara karena penolakan akreditasi dan kegagalan otoritas Uganda untuk menerapkan rekomendasi oleh misi sebelumnya.
Selama kampanye, pasukan keamanan secara rutin membubarkan demonstrasi Wine dengan gas air mata, peluru, pemukulan, dan penahanan. Mereka mengutip pelanggaran hukum yang dimaksudkan untuk mengekang penyebaran virus Corona untuk tindakan tersebut.
Pada bulan November, 54 orang tewas ketika pasukan keamanan memadamkan aksi protes yang meletus setelah Wine ditahan karena dugaan pelanggaran tindakan anti-virus Corona.
Wine dan National Unity Platform (NUP)-nya telah menolak hasil pemilu tersebut dan mengatakan mereka merencanakan gugatan ke pengadilan.
Pada hari Senin, pasukan keamanan menutup kantor partai Wine di ibu kota, sebuah langkah yang menurut partai tersebut, mempersulit upaya mereka untuk mendapatkan dan mengumpulkan bukti penyimpangan yang dilakukan selama pemilu.
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda