Pertama di Dunia, Yordania Vaksinasi COVID-19 Pengungsi
Sabtu, 16 Januari 2021 - 08:06 WIB
AMMAN - Yordania menjadi negara pertama di dunia yang memberikan vaksin kepada pengungsi setelah negera itu meluncurkan program vaksinasi COVID-19 . Hal itu diungkapkan badan pengungsi PBB, UNHCR.
Pengungsi pertama yang divaksinasi dan terdaftar di UNHCR adalah Raia Alkabasi, seorang pengungsi Irak yang tinggal di kota utara Yordania Irbid. Vaksinasi pertama ini dilakukan di Klinik Vaksinasi Irbid pada hari Kamis dan dikelola oleh Kementerian Kesehatan Yordania.
Yordania sebelumnya mengumumkan bahwa siapa pun yang tinggal di negara itu, termasuk pengungsi dan pencari suaka, akan memenuhi syarat untuk menerima vaksinasi gratis.
“Sekali lagi Yordania telah menunjukkan kepemimpinan dan solidaritas yang patut dicontoh dalam menampung pengungsi. Negara telah memasukkan pengungsi dalam setiap aspek respon kesehatan masyarakat terhadap pandemi, termasuk kampanye vaksinasi nasional, membuktikan bagaimana hal itu harus dilakukan jika kita ingin menjaga semua orang aman,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi seperti dikutip dari Al Araby, Sabtu (16/1/2021).
Yordania sendiri telah menyetujui penggunaan vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech, AstraZeneca/Oxford, dan Sinopharm.
Karena kondisi kehidupan yang buruk dan akses yang terbatas ke fasilitas, pengungsi sangat rentan terhadap infeksi.
Kasus COVID-19 pertama yang tercatat di antara pengungsi di Yordania terdaftar pada September 2020. Sejak itu, 1.928 pengungsi lainnya yang tinggal di kamp-kamp pengungsian telah dinyatakan positif terkena virus Corona baru tersebut.
Kepatuhan terhadap tindakan pencegahan telah membantu menjaga tingkat infeksi di antara komunitas pengungsi tetap rendah. Dari pengungsi yang diuji, 1,6% telah memberikan hasil positif, lebih rendah 3% dari hasil positif yang terdaftar di antara warga Yordania.
Kerajaan Yordania telah secara resmi mendaftarkan lebih dari 305.000 kasus virus Corona baru dan hampir 4.000 kematian.
UNHCR memuji pekerjaan pemerintah Yordania dan mendesak negara-negara lain di seluruh dunia untuk mengikuti teladan mereka.
“Sebagian besar pengungsi dunia ditampung di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Komunitas internasional harus berbuat lebih banyak untuk mendukung pemerintah tuan rumah dengan akses ke vaksin. Akses global dan adil inilah yang pada akhirnya akan melindungi kehidupan dan membendung pandemi,” ujar Grandi.
Vaksinasi juga sedang berlangsung untuk penduduk kamp pengungsi Za'atari, yang menampung hampir 80.000 pengungsi. Sebagian besar dari mereka melarikan diri dari negara tetangga Suriah.
“Memang kami takut tertular. Saya mendorong orang. Ada vaksin dan telah diuji. Ini untuk perlindungan kami,” kata Mahmoud, seorang penduduk lanjut usia di kamp Za'atari.
UNHCR telah meminta negara-negara yang telah mulai meluncurkan program vaksinasi untuk tidak mengabaikan kebutuhan orang-orang yang paling rentan.
Menurut badan PBB, dari 90 negara yang telah mengembangkan rencana vaksinasi, lebih dari setengahnya telah berkomitmen untuk memasukkan pengungsi.
Pengungsi pertama yang divaksinasi dan terdaftar di UNHCR adalah Raia Alkabasi, seorang pengungsi Irak yang tinggal di kota utara Yordania Irbid. Vaksinasi pertama ini dilakukan di Klinik Vaksinasi Irbid pada hari Kamis dan dikelola oleh Kementerian Kesehatan Yordania.
Yordania sebelumnya mengumumkan bahwa siapa pun yang tinggal di negara itu, termasuk pengungsi dan pencari suaka, akan memenuhi syarat untuk menerima vaksinasi gratis.
“Sekali lagi Yordania telah menunjukkan kepemimpinan dan solidaritas yang patut dicontoh dalam menampung pengungsi. Negara telah memasukkan pengungsi dalam setiap aspek respon kesehatan masyarakat terhadap pandemi, termasuk kampanye vaksinasi nasional, membuktikan bagaimana hal itu harus dilakukan jika kita ingin menjaga semua orang aman,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi seperti dikutip dari Al Araby, Sabtu (16/1/2021).
Yordania sendiri telah menyetujui penggunaan vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech, AstraZeneca/Oxford, dan Sinopharm.
Karena kondisi kehidupan yang buruk dan akses yang terbatas ke fasilitas, pengungsi sangat rentan terhadap infeksi.
Kasus COVID-19 pertama yang tercatat di antara pengungsi di Yordania terdaftar pada September 2020. Sejak itu, 1.928 pengungsi lainnya yang tinggal di kamp-kamp pengungsian telah dinyatakan positif terkena virus Corona baru tersebut.
Kepatuhan terhadap tindakan pencegahan telah membantu menjaga tingkat infeksi di antara komunitas pengungsi tetap rendah. Dari pengungsi yang diuji, 1,6% telah memberikan hasil positif, lebih rendah 3% dari hasil positif yang terdaftar di antara warga Yordania.
Kerajaan Yordania telah secara resmi mendaftarkan lebih dari 305.000 kasus virus Corona baru dan hampir 4.000 kematian.
UNHCR memuji pekerjaan pemerintah Yordania dan mendesak negara-negara lain di seluruh dunia untuk mengikuti teladan mereka.
“Sebagian besar pengungsi dunia ditampung di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Komunitas internasional harus berbuat lebih banyak untuk mendukung pemerintah tuan rumah dengan akses ke vaksin. Akses global dan adil inilah yang pada akhirnya akan melindungi kehidupan dan membendung pandemi,” ujar Grandi.
Vaksinasi juga sedang berlangsung untuk penduduk kamp pengungsi Za'atari, yang menampung hampir 80.000 pengungsi. Sebagian besar dari mereka melarikan diri dari negara tetangga Suriah.
“Memang kami takut tertular. Saya mendorong orang. Ada vaksin dan telah diuji. Ini untuk perlindungan kami,” kata Mahmoud, seorang penduduk lanjut usia di kamp Za'atari.
UNHCR telah meminta negara-negara yang telah mulai meluncurkan program vaksinasi untuk tidak mengabaikan kebutuhan orang-orang yang paling rentan.
Menurut badan PBB, dari 90 negara yang telah mengembangkan rencana vaksinasi, lebih dari setengahnya telah berkomitmen untuk memasukkan pengungsi.
(ber)
tulis komentar anda