Pejabat AS Bahas Cara Lindungi Warganya di Irak dari Serangan Iran
Kamis, 24 Desember 2020 - 06:06 WIB
WASHINGTON - Pejabat tinggi keamanan nasional Amerika Serikat (AS) menyetujui serangkaian opsi yang diusulkan untuk Presiden Donald Trump yang bertujuan mencegah serangan apa pun terhadap militer AS atau personel diplomatik di Irak .
Pertemuan itu dipicu serangan pada 20 Desember. “Sedikitnya delapan roket mendarat di Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad dalam serangan yang menargetkan Kedutaan Besar AS, menyebabkan beberapa kerusakan kecil,” ungkap pernyataan militer Irak dan kedutaan besar AS.
Pejabat AS itu menyebut kelompok pejabat komite utama, termasuk pelaksana Menteri Pertahanan Chris Miller, Menteri Luar Negeri (Menlu) Mike Pompeo dan Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien, membahas situasi itu di Gedung Putih.
“Mereka menyetujui berbagai opsi yang akan segera disajikan kepada Trump,” papar pejabat itu. Pejabat itu tidak menjelaskan isi opsi atau mengatakan apakah itu termasuk opsi militer. (Baca Juga: Trump Ancam Tak Tanda Tangani RUU COVID-19, Ingin BLT Lebih Besar)
"Masing-masing dirancang untuk menjadi non-eskalasi dan untuk mencegah serangan lebih lanjut," ungkap pejabat itu. (Lihat Infografis: Lima Shio yang Diprediksi Beruntung pada Tahun 2021)
Militer Irak menyalahkan serangan 20 Desember itu sebagai aksi "kelompok penjahat". (Lihat Video: Tak Terima Ditegur Makan Mi Instan, Seorang Pemuda Ancam Bunuh Ibu Kandung)
Tetapi para pejabat AS menyalahkan milisi yang didukung Iran atas serangan roket rutin terhadap fasilitas AS di Irak, termasuk di dekat kedutaan besar di Baghdad.
Tidak ada kelompok milisi yang didukung Iran yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Pejabat senior pemerintah AS tersebut mengatakan, “Tujuan dari pertemuan Gedung Putih adalah mengembangkan serangkaian pilihan yang tepat yang dapat kami berikan kepada presiden untuk memastikan bahwa kami mencegah milisi Iran dan Syiah di Irak melakukan serangan terhadap personel kami."
Sederet kelompok milisi mengumumkan pada Oktober bahwa mereka telah menangguhkan serangan roket terhadap pasukan AS dengan syarat pemerintah Irak memberikan jadwal untuk penarikan pasukan Amerika.
“Tetapi serangan roket ke Kedutaan Besar AS pada 18 November adalah tanda yang jelas bahwa milisi yang didukung Iran telah memutuskan melanjutkan serangan di pangkalan AS,” ujar pejabat keamanan Irak.
Washington, yang perlahan-lahan mengurangi 5.000 tentaranya di Irak, mengancam akan menutup kedutaannya kecuali pemerintah Irak mengendalikan milisi yang didukung Iran.
Pertemuan itu dipicu serangan pada 20 Desember. “Sedikitnya delapan roket mendarat di Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad dalam serangan yang menargetkan Kedutaan Besar AS, menyebabkan beberapa kerusakan kecil,” ungkap pernyataan militer Irak dan kedutaan besar AS.
Pejabat AS itu menyebut kelompok pejabat komite utama, termasuk pelaksana Menteri Pertahanan Chris Miller, Menteri Luar Negeri (Menlu) Mike Pompeo dan Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien, membahas situasi itu di Gedung Putih.
“Mereka menyetujui berbagai opsi yang akan segera disajikan kepada Trump,” papar pejabat itu. Pejabat itu tidak menjelaskan isi opsi atau mengatakan apakah itu termasuk opsi militer. (Baca Juga: Trump Ancam Tak Tanda Tangani RUU COVID-19, Ingin BLT Lebih Besar)
"Masing-masing dirancang untuk menjadi non-eskalasi dan untuk mencegah serangan lebih lanjut," ungkap pejabat itu. (Lihat Infografis: Lima Shio yang Diprediksi Beruntung pada Tahun 2021)
Militer Irak menyalahkan serangan 20 Desember itu sebagai aksi "kelompok penjahat". (Lihat Video: Tak Terima Ditegur Makan Mi Instan, Seorang Pemuda Ancam Bunuh Ibu Kandung)
Tetapi para pejabat AS menyalahkan milisi yang didukung Iran atas serangan roket rutin terhadap fasilitas AS di Irak, termasuk di dekat kedutaan besar di Baghdad.
Tidak ada kelompok milisi yang didukung Iran yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Pejabat senior pemerintah AS tersebut mengatakan, “Tujuan dari pertemuan Gedung Putih adalah mengembangkan serangkaian pilihan yang tepat yang dapat kami berikan kepada presiden untuk memastikan bahwa kami mencegah milisi Iran dan Syiah di Irak melakukan serangan terhadap personel kami."
Sederet kelompok milisi mengumumkan pada Oktober bahwa mereka telah menangguhkan serangan roket terhadap pasukan AS dengan syarat pemerintah Irak memberikan jadwal untuk penarikan pasukan Amerika.
“Tetapi serangan roket ke Kedutaan Besar AS pada 18 November adalah tanda yang jelas bahwa milisi yang didukung Iran telah memutuskan melanjutkan serangan di pangkalan AS,” ujar pejabat keamanan Irak.
Washington, yang perlahan-lahan mengurangi 5.000 tentaranya di Irak, mengancam akan menutup kedutaannya kecuali pemerintah Irak mengendalikan milisi yang didukung Iran.
(sya)
tulis komentar anda