AS Sudah Siap Jika Iran Ingin Balaskan Kematian Jenderal Soleimani
Senin, 21 Desember 2020 - 14:54 WIB
DOHA - Militer Amerika Serikat (AS) mengatakan sudah siap untuk bereaksi jika Iran melancarkan serangan balas dendam atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani oleh drone Amerika.
Komandan Komando Pusat (CENTCOM) AS, Jenderal Kenneth McKenzie, menyampaikan hal itu pada hari Minggu. Komentar itu disampaikan menjelang setahun kematian Jenderal Soleimani, sosok yang pernah jadi komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. (Baca: Kapal Induk China Mendekat, Taiwan Kerahkan 6 Kapal Perang dan 8 Pesawat )
"Kami siap untuk membela diri, teman dan mitra kami di kawasan ini, dan kami siap untuk bereaksi jika perlu," kata Jenderal McKenzie, kepada wartawan, seperti dikutip NDTV, Senin (21/12/2020).
Dia melakukan tur di wilayah itu beberapa minggu sebelum peringatan 3 Januari 2020, tanggal pembunuhan Soleimani oleh serangan pesawat tak berawak AS di dekat bandara Baghdad, Irak.
"Penilaian saya adalah kami berada dalam posisi yang sangat baik dan kami akan bersiap untuk apa pun yang mungkin dipilih oleh Iran atau wakil mereka untuk mereka lakukan," kata McKenzie, seorang jenderal bintang empat Amerika kepada sekelompok kecil jurnalis di sebuah wawancara telepon dari lokasi yang dirahasiakan di wilayah Timur Tengah.
Komandan CENTCOM itu mengatakan dia baru-baru ini mengunjungi Baghdad, di mana dia bertemu dengan kepala koalisi anti-jihadis, Jenderal Amerika Paul Calvert, serta kepala staf militer Irak, Jenderal Abdul Amir Yarallah. (Baca: Dulu Sembunyi-sembunyi, Kini Ornamen Natal Dijual Terbuka di Arab Saudi )
McKenzie mengatakan dia juga pergi ke Suriah untuk bertemu dengan pasukan Amerika yang ditempatkan di pangkalan kecil di Al-Tanf, dekat perbatasan dengan Yordania dan Irak.
Sebagai tanda nyata kekhawatiran para pemimpin militer AS tentang niat Iran setelah pembunuhan Soleimani, tur McKenzie saat ini tidak diumumkan sebelumnya.
Demikian pula, kunjungan pekan lalu oleh Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS, ke Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Israel, dan Afghanistan dirahasiakan sampai dia meninggalkan wilayah tersebut.
"Saya berbicara dengan komandan saya tentang hal itu setiap hari dan saya pikir kami akan siap," kata McKenzie.
Bahkan ketika Angkatan Darat AS terus menarik pasukan dari Irak dan Afghanistan yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump—dengan tujuan untuk menarik pasukan hingga 2.500 personel di setiap negara pada 15 Januari—Pentagon secara substansial telah memperkuat posturnya di sekitar Irak untuk mencegah Iran meluncurkan serangan apa pun.
Kapal induk USS Nimitz telah berpatroli di perairan Teluk sejak akhir November, dan dua pembom B-52 Amerika baru-baru ini melintasi wilayah tersebut dalam demonstrasi kekuatan yang dengan jelas ditujukan ke Iran dan sekutunya.
Namun, tembakan tiga roket meledak pada Minggu di kompleks Kedutaan AS di Baghdad. Serangan itu menyebabkan kerusakan material tetapi tidak ada korban jiwa,
Itu adalah serangan ketiga terhadap instalasi militer dan diplomatik Amerika di Irak sejak gencatan senjata tanpa batas disepakati dengan kelompok-kelompok pro-Iran pada Oktober.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
Komandan Komando Pusat (CENTCOM) AS, Jenderal Kenneth McKenzie, menyampaikan hal itu pada hari Minggu. Komentar itu disampaikan menjelang setahun kematian Jenderal Soleimani, sosok yang pernah jadi komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. (Baca: Kapal Induk China Mendekat, Taiwan Kerahkan 6 Kapal Perang dan 8 Pesawat )
"Kami siap untuk membela diri, teman dan mitra kami di kawasan ini, dan kami siap untuk bereaksi jika perlu," kata Jenderal McKenzie, kepada wartawan, seperti dikutip NDTV, Senin (21/12/2020).
Dia melakukan tur di wilayah itu beberapa minggu sebelum peringatan 3 Januari 2020, tanggal pembunuhan Soleimani oleh serangan pesawat tak berawak AS di dekat bandara Baghdad, Irak.
"Penilaian saya adalah kami berada dalam posisi yang sangat baik dan kami akan bersiap untuk apa pun yang mungkin dipilih oleh Iran atau wakil mereka untuk mereka lakukan," kata McKenzie, seorang jenderal bintang empat Amerika kepada sekelompok kecil jurnalis di sebuah wawancara telepon dari lokasi yang dirahasiakan di wilayah Timur Tengah.
Komandan CENTCOM itu mengatakan dia baru-baru ini mengunjungi Baghdad, di mana dia bertemu dengan kepala koalisi anti-jihadis, Jenderal Amerika Paul Calvert, serta kepala staf militer Irak, Jenderal Abdul Amir Yarallah. (Baca: Dulu Sembunyi-sembunyi, Kini Ornamen Natal Dijual Terbuka di Arab Saudi )
McKenzie mengatakan dia juga pergi ke Suriah untuk bertemu dengan pasukan Amerika yang ditempatkan di pangkalan kecil di Al-Tanf, dekat perbatasan dengan Yordania dan Irak.
Sebagai tanda nyata kekhawatiran para pemimpin militer AS tentang niat Iran setelah pembunuhan Soleimani, tur McKenzie saat ini tidak diumumkan sebelumnya.
Demikian pula, kunjungan pekan lalu oleh Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS, ke Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Israel, dan Afghanistan dirahasiakan sampai dia meninggalkan wilayah tersebut.
"Saya berbicara dengan komandan saya tentang hal itu setiap hari dan saya pikir kami akan siap," kata McKenzie.
Bahkan ketika Angkatan Darat AS terus menarik pasukan dari Irak dan Afghanistan yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump—dengan tujuan untuk menarik pasukan hingga 2.500 personel di setiap negara pada 15 Januari—Pentagon secara substansial telah memperkuat posturnya di sekitar Irak untuk mencegah Iran meluncurkan serangan apa pun.
Kapal induk USS Nimitz telah berpatroli di perairan Teluk sejak akhir November, dan dua pembom B-52 Amerika baru-baru ini melintasi wilayah tersebut dalam demonstrasi kekuatan yang dengan jelas ditujukan ke Iran dan sekutunya.
Namun, tembakan tiga roket meledak pada Minggu di kompleks Kedutaan AS di Baghdad. Serangan itu menyebabkan kerusakan material tetapi tidak ada korban jiwa,
Itu adalah serangan ketiga terhadap instalasi militer dan diplomatik Amerika di Irak sejak gencatan senjata tanpa batas disepakati dengan kelompok-kelompok pro-Iran pada Oktober.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(min)
tulis komentar anda