Rouhani Tolak Negosiasi Program Rudal Iran
Selasa, 15 Desember 2020 - 18:36 WIB
TEHERAN - Iran menyatakan program rudalnya tidak akan bisa dinegosiasikan jika Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk mengadakan pembicaraan dengan dengan Teheran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 . Hal itu ditegaskan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Sebaliknya, Rouhani memperingatkan Presiden AS terpilih Joe Biden untuk tidak melanjutkan upaya pemimpin AS Donald Trump dalam mengaitkan program rudal kontroversial Teheran dengan kesepakatan nuklir baru.
"Amerika telah mencoba selama berbulan-bulan untuk menambahkan masalah rudal dan ini ditolak. Trump tidak mendapat informasi dan tidak tahu tentang masalah tersebut, tetapi Tuan Biden sangat menyadari rincian kesepakatan itu," kata Rouhani dalam konferensi yang disiarkan televisi seperti dikutip dari Al Araby, Selasa (15/12/2020).
Biden telah menjelaskan bahwa dia ingin membawa AS ke dalam kesepakatan nuklir 2015, yang ditarik Trump pada 2018.(Baca juga: Kembali ke Perjanjian Nuklir Iran, Biden Siapkan Tuntutan Baru )
Ada batu sandungan yang mungkin mencegah penyelarasan kembali pihak-pihak terkait, termasuk pengembangan rudal balistik Iran.
Beberapa percaya AS dapat membuat keringanan sanksi dengan syarat Iran membatasi program rudal balistiknya dan menghentikan intervensi regionalnya.(Baca juga: PBB: Rudal Anti-Tank di Libya Mirip Rudal Dehlavieh Iran )
Iran telah menuntut Washington segera mengakhiri sanksi dan membayar kompensasi sebelum setuju untuk melakukan pembicaraan.
"Saya belum mendengar Biden mengatakan bahwa kami harus mencapai kesepakatan lain untuk kembali ke kesepakatan nuklir, itulah yang dikatakan Trump," tambah Rouhani.
Program rudal domestik Iran yang sangat besar dipandang sebagai ancaman bagi banyak sekutu regional AS, termasuk Arab Saudi dan Israel.
Iran dituduh berada di balik serangan rudal dan pesawat tak berawak di fasilitas minyak Saudi pada 2019.
Iran menyerang pangkalan Irak yang menampung tentara Amerika pada bulan Januari menggunakan rudal, setelah pembunuhan jenderal Iran Qasem Soleimani.
Teheran melihat program misilnya sebagai bagian penting dari pertahanannya terhadap ancaman asing, termasuk Israel, AS, dan negara-negara Teluk.(Baca juga: Rouhani Tuduh Israel Bunuh Ilmuwan Nuklir Iran untuk Picu Perang )
Sebaliknya, Rouhani memperingatkan Presiden AS terpilih Joe Biden untuk tidak melanjutkan upaya pemimpin AS Donald Trump dalam mengaitkan program rudal kontroversial Teheran dengan kesepakatan nuklir baru.
"Amerika telah mencoba selama berbulan-bulan untuk menambahkan masalah rudal dan ini ditolak. Trump tidak mendapat informasi dan tidak tahu tentang masalah tersebut, tetapi Tuan Biden sangat menyadari rincian kesepakatan itu," kata Rouhani dalam konferensi yang disiarkan televisi seperti dikutip dari Al Araby, Selasa (15/12/2020).
Biden telah menjelaskan bahwa dia ingin membawa AS ke dalam kesepakatan nuklir 2015, yang ditarik Trump pada 2018.(Baca juga: Kembali ke Perjanjian Nuklir Iran, Biden Siapkan Tuntutan Baru )
Ada batu sandungan yang mungkin mencegah penyelarasan kembali pihak-pihak terkait, termasuk pengembangan rudal balistik Iran.
Beberapa percaya AS dapat membuat keringanan sanksi dengan syarat Iran membatasi program rudal balistiknya dan menghentikan intervensi regionalnya.(Baca juga: PBB: Rudal Anti-Tank di Libya Mirip Rudal Dehlavieh Iran )
Iran telah menuntut Washington segera mengakhiri sanksi dan membayar kompensasi sebelum setuju untuk melakukan pembicaraan.
"Saya belum mendengar Biden mengatakan bahwa kami harus mencapai kesepakatan lain untuk kembali ke kesepakatan nuklir, itulah yang dikatakan Trump," tambah Rouhani.
Program rudal domestik Iran yang sangat besar dipandang sebagai ancaman bagi banyak sekutu regional AS, termasuk Arab Saudi dan Israel.
Iran dituduh berada di balik serangan rudal dan pesawat tak berawak di fasilitas minyak Saudi pada 2019.
Iran menyerang pangkalan Irak yang menampung tentara Amerika pada bulan Januari menggunakan rudal, setelah pembunuhan jenderal Iran Qasem Soleimani.
Teheran melihat program misilnya sebagai bagian penting dari pertahanannya terhadap ancaman asing, termasuk Israel, AS, dan negara-negara Teluk.(Baca juga: Rouhani Tuduh Israel Bunuh Ilmuwan Nuklir Iran untuk Picu Perang )
(ber)
tulis komentar anda