Trump Perintahkan Tarik Sebagian Besar Pasukan AS dari Somalia
Sabtu, 05 Desember 2020 - 12:51 WIB
WASHINGTON - Presiden Donald Trump memerintahkan Pentagon untuk menarik sebagian besar dari 700 pasukan Amerika Serikat (AS) dari Somalia. Pentagon mengonfirmasi perintah tersebut dan penarikan akan dimulai awal 2021.
Pentagon atau Departemen Pertahanan dalam sebuah pernyataan mengatakan sebagian besar pasukan yang ditarik dari Somalia akan ditarik pulang dan sebagiann lagi dipindahkan ke negara-negara terdekat.
"Presiden Amerika Serikat telah memerintahkan Departemen Pertahanan dan Komando Afrika Amerika Serikat untuk memosisikan ulang sebagian besar personel dan aset keluar dari Somalia pada awal 2021," kata Pentagon pada hari Jumat, sebagaimana dilansir Wall Street Journal, Sabtu (5/12/2020).
Tidak jelas berapa banyak pasukan yang akan pulang, dan berapa banyak yang akan pindah ke Kenya dan Djibouti. Keberadaan pasukan Amerika di negara Afrika itu untuk menjalankan misi melawan kelompok teroris Al-Shabaab.
"Pasukan yang diposisikan ulang dari Somalia bergerak ke negara mitra di tempat lain di kawasan itu untuk menyelesaikan misi mereka," kata Komando Afrika AS (AFRICOM) kepada koresponden Fox News di Pentagon. "Militer AS tidak menarik diri dari Afrika Timur."
Menurut Reuters yang mengutip sumber-sumber Pentagon mengatakan pasukan AS telah dipindahkan dari posisi mereka di kota Bossaso dan Galkayo tahun ini. Sampai bulan lalu, pasukan Amerika masih berada di kota pelabuhan Kisymayo, pangkalan udara di Baledogle, dan di Ibu Kota Mogadishu.
Pasukan Amerika telah beroperasi di Somalia selama 13 tahun terakhir sebagai bagian dari perang melawan terorisme, berusaha untuk menopang pemerintah di Mogadishu melawan kelompok Al-Shabaab yang berafiliasi dengan al-Qaeda. Kelompok Al-Shabaab juga telah bersumpah setia kepada ISIS.
Penarikan diri pasukan AS yang tidak hanya dari Somalia menjadi bagian dari dorongan yang lebih luas oleh Trump untuk mengakhiri perang AS yang "tak berujung" di Timur Tengah dan sekitarnya. (Baca: China Nyalakan 'Matahari Buatan', 10 Kali Lebih Panas dari Matahari Asli )
Setelah calon presiden Partai Demokrat Joe Biden diproyeksikan oleh media-media AS sebagai pemenang pemilihan presiden 3 November—yang digugat Trump di pengadilan—utusan senior AS untuk koalisi anti-ISIS mengaku menyesatkan presiden tentang jumlah pasukan di Suriah.
Dalam beberapa minggu setelah pemilihan presiden, Trump memecat Menteri Pertahanan Mark Esper dan beberapa pejabat senior, menggantikannya dengan Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan Chris Miller dan tim asisten dari Dewan Keamanan Nasional yang berbagi visi kebijakannya. Esper dilaporkan menentang penarikan pasukan AS dari Somalia, dan menyarankan penarikan kehadiran AS dari sub-Sahara Afrika sebagai gantinya.
Menurut pejabat Pentagon, penarikan pasukan AS dari Somalia harus diselesaikan pada 15 Januari, batas waktu yang sama diberikan untuk penarikan pasukan AS dari Irak dan Afghanistan.(Baca juga: Indonesia Gerak Cepat Ingin Borong 48 Jet Tempur Rafale Prancis )
Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed mengatakan pada Oktober lalu bahwa dukungan militer AS telah memungkinkan Mogadishu untuk secara efektif memerangi Al-Shabab dan mengamankan Tanduk Afrika.
Pentagon atau Departemen Pertahanan dalam sebuah pernyataan mengatakan sebagian besar pasukan yang ditarik dari Somalia akan ditarik pulang dan sebagiann lagi dipindahkan ke negara-negara terdekat.
"Presiden Amerika Serikat telah memerintahkan Departemen Pertahanan dan Komando Afrika Amerika Serikat untuk memosisikan ulang sebagian besar personel dan aset keluar dari Somalia pada awal 2021," kata Pentagon pada hari Jumat, sebagaimana dilansir Wall Street Journal, Sabtu (5/12/2020).
Tidak jelas berapa banyak pasukan yang akan pulang, dan berapa banyak yang akan pindah ke Kenya dan Djibouti. Keberadaan pasukan Amerika di negara Afrika itu untuk menjalankan misi melawan kelompok teroris Al-Shabaab.
"Pasukan yang diposisikan ulang dari Somalia bergerak ke negara mitra di tempat lain di kawasan itu untuk menyelesaikan misi mereka," kata Komando Afrika AS (AFRICOM) kepada koresponden Fox News di Pentagon. "Militer AS tidak menarik diri dari Afrika Timur."
Menurut Reuters yang mengutip sumber-sumber Pentagon mengatakan pasukan AS telah dipindahkan dari posisi mereka di kota Bossaso dan Galkayo tahun ini. Sampai bulan lalu, pasukan Amerika masih berada di kota pelabuhan Kisymayo, pangkalan udara di Baledogle, dan di Ibu Kota Mogadishu.
Pasukan Amerika telah beroperasi di Somalia selama 13 tahun terakhir sebagai bagian dari perang melawan terorisme, berusaha untuk menopang pemerintah di Mogadishu melawan kelompok Al-Shabaab yang berafiliasi dengan al-Qaeda. Kelompok Al-Shabaab juga telah bersumpah setia kepada ISIS.
Penarikan diri pasukan AS yang tidak hanya dari Somalia menjadi bagian dari dorongan yang lebih luas oleh Trump untuk mengakhiri perang AS yang "tak berujung" di Timur Tengah dan sekitarnya. (Baca: China Nyalakan 'Matahari Buatan', 10 Kali Lebih Panas dari Matahari Asli )
Setelah calon presiden Partai Demokrat Joe Biden diproyeksikan oleh media-media AS sebagai pemenang pemilihan presiden 3 November—yang digugat Trump di pengadilan—utusan senior AS untuk koalisi anti-ISIS mengaku menyesatkan presiden tentang jumlah pasukan di Suriah.
Dalam beberapa minggu setelah pemilihan presiden, Trump memecat Menteri Pertahanan Mark Esper dan beberapa pejabat senior, menggantikannya dengan Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan Chris Miller dan tim asisten dari Dewan Keamanan Nasional yang berbagi visi kebijakannya. Esper dilaporkan menentang penarikan pasukan AS dari Somalia, dan menyarankan penarikan kehadiran AS dari sub-Sahara Afrika sebagai gantinya.
Menurut pejabat Pentagon, penarikan pasukan AS dari Somalia harus diselesaikan pada 15 Januari, batas waktu yang sama diberikan untuk penarikan pasukan AS dari Irak dan Afghanistan.(Baca juga: Indonesia Gerak Cepat Ingin Borong 48 Jet Tempur Rafale Prancis )
Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed mengatakan pada Oktober lalu bahwa dukungan militer AS telah memungkinkan Mogadishu untuk secara efektif memerangi Al-Shabab dan mengamankan Tanduk Afrika.
(min)
tulis komentar anda